Durga Umayi adalah sebuah roman yang bercerita tentang hidup seorang wanita bernama Iin Sulinda yang akan bertambah panjang jadi Iin Sulinda Pertiwi Nusamusbida Charlotte Eugenie de Progueleaux nee du Bois de la Montagne Angelin Ruth Portier Tukinah Senik.
Ia biasa dipanggil dengan Nyonya Nusamusbida, Iin atau Linda atau Tiwi atau Madame Nussy, Bik Ci atau Tante Wi. Tergantung situasi dan suasana. Ia adalah anak penjual gethuk-cothot di dekat Kelenteng Cina di sudut alun-alun. Dia dianugerahi oleh Tuhan sang pencipta alam berupa paras rupawan, kekar seperti indo dibanding dengan abang kembar-dampitnya yang bernama Kang Brojol yang berbeda fisiknya, meskipun dia mempunyai hidung yang sama persis dengan Iin, hidung petruk menurut istri Brojol.
Iin Sulinda lahir sebagai putri bungsu dari pasangan Obrus, seorang eks Kopral KNIL dan Heiho zaman Jepang dan gerilyawan zaman revolusi bersenjata dulu, dan Legimah, seorang penjual gethuk cothot di depan Klenteng. Iin tumbuh sebagai gadis cantik yang sering dikagumi para pemuda setempat, di mana pun beradanya. Kehidupan yang dijalaninya itu berlangsung dari sejak zaman Belanda sampai zaman Orde Baru.
Sebenarnya, Iin Sulinda dikenal sebagai call girl di kalangan diplomat dan negarawan dunia, pengusaha papan atas, dan sudah tentu para jenderal berbintang. Semua itu dilakukannya dengan dalih tugas negara demi lancarnya diplomasi-diplomasi, lobi-lobi penting tingkat internasional. Kelakuannya ini sering semata-mata untuk melihat bagaimana banyak laki-laki yang konon tokoh-tokoh gagah, agung, serba mentereng di depan publik, nyatanya tak berdaya oleh seorang wanita di atas ranjang.
Iin adalah korban laki-laki. Hal ini dialaminya sedari kecil. Terasa sekali bagaimana kakak laki-lakinya begitu bebas keluar-main ke mana saja tanpa beban, sedangkan dirinya, Iin maksudnya, cuma pelampiasan kesal sang kakak. Misalnya saja Iin-lah yang menjahit baju dan celana kakaknya yang sobek, atau Iin-lah yang ditendang kakaknya ketika sedang datang.
Selama hidupnya, Iin membantu mencuci dan menyeterika busana oleh para kalangan tinggi yang selalu berpakaian necis dan rapi. Namun, hatinya terpesona oleh seorang pemuda yang biasa-biasa saja yang dalam cerita pemuda tersebut sukanya memakai baju berkantong dobel dan bercelana short gaya pandu hijau sirih, bersenapan kayu, kepala gundul berpeci beledu.
Iin Sulinda lahir sebagai putri bungsu dari pasangan Obrus, seorang eks Kopral KNIL dan Heiho zaman Jepang dan gerilyawan zaman revolusi bersenjata dulu, dan Legimah, seorang penjual gethuk cothot di depan Klenteng. Iin tumbuh sebagai gadis cantik yang sering dikagumi para pemuda setempat, di mana pun beradanya. Kehidupan yang dijalaninya itu berlangsung dari sejak zaman Belanda sampai zaman Orde Baru.
Sebenarnya, Iin Sulinda dikenal sebagai call girl di kalangan diplomat dan negarawan dunia, pengusaha papan atas, dan sudah tentu para jenderal berbintang. Semua itu dilakukannya dengan dalih tugas negara demi lancarnya diplomasi-diplomasi, lobi-lobi penting tingkat internasional. Kelakuannya ini sering semata-mata untuk melihat bagaimana banyak laki-laki yang konon tokoh-tokoh gagah, agung, serba mentereng di depan publik, nyatanya tak berdaya oleh seorang wanita di atas ranjang.
Iin adalah korban laki-laki. Hal ini dialaminya sedari kecil. Terasa sekali bagaimana kakak laki-lakinya begitu bebas keluar-main ke mana saja tanpa beban, sedangkan dirinya, Iin maksudnya, cuma pelampiasan kesal sang kakak. Misalnya saja Iin-lah yang menjahit baju dan celana kakaknya yang sobek, atau Iin-lah yang ditendang kakaknya ketika sedang datang.
Selama hidupnya, Iin membantu mencuci dan menyeterika busana oleh para kalangan tinggi yang selalu berpakaian necis dan rapi. Namun, hatinya terpesona oleh seorang pemuda yang biasa-biasa saja yang dalam cerita pemuda tersebut sukanya memakai baju berkantong dobel dan bercelana short gaya pandu hijau sirih, bersenapan kayu, kepala gundul berpeci beledu.
Pada suatu ketika dalam cerita tersebut terjadi pertempuran melawan NICA, sedangkan tempat kang Brojol abang kembar-dampitnya berada pada persimpangan jalan yang strategis sebagai dapur umum tetapi juga markas pengaturan siasat. Melihat situasi itu Iin mengirim surat lewat seorang pejuang TKR yang berkesatriaan di benteng bekas VOC di muka istana, untuk sementara waktu dia harus berada di desa, menolong abang kembar-dampitnya.
Dalam cerita tersebut, Iin melakukan perjuangan dengan memenggal kepala seorang perwira Gurka dan meletakkan kepala tersebut di meja panglima. Sejak peristiwa itu Iin tidak bisa tidur tenang, paginya dengan dalih mau mandi di sungai, Iin menghilang dari pasukan. Namun, ia kepergok suatu patroli pasukan anjing NICA yang tersohor buasnya. Iin dituduh sebagai komunis subversive teroris, kemudian dianiaya dengan sadis yaitu disetrum, dijepit, ditelanjangi dan diperkosa.
Setelah peristiwa itu, ia putus asa dan tidak ada yang memperhatikannya sebagai gadis yang bukan gadis lagi. Terbitlah Iin menjadi call-girl bereputasi Internasional di Jakarta. Kehidupan Iin berubah, kini orang-orang memanggilnya Madame Nussy yang hidupnya serba glamour. Nussy sering berpindah-pindah tempat dari negara satu ke negara yang lain hanya sekedar makan siang ataupun sarapan.
Dalam cerita tersebut, Iin melakukan perjuangan dengan memenggal kepala seorang perwira Gurka dan meletakkan kepala tersebut di meja panglima. Sejak peristiwa itu Iin tidak bisa tidur tenang, paginya dengan dalih mau mandi di sungai, Iin menghilang dari pasukan. Namun, ia kepergok suatu patroli pasukan anjing NICA yang tersohor buasnya. Iin dituduh sebagai komunis subversive teroris, kemudian dianiaya dengan sadis yaitu disetrum, dijepit, ditelanjangi dan diperkosa.
Setelah peristiwa itu, ia putus asa dan tidak ada yang memperhatikannya sebagai gadis yang bukan gadis lagi. Terbitlah Iin menjadi call-girl bereputasi Internasional di Jakarta. Kehidupan Iin berubah, kini orang-orang memanggilnya Madame Nussy yang hidupnya serba glamour. Nussy sering berpindah-pindah tempat dari negara satu ke negara yang lain hanya sekedar makan siang ataupun sarapan.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan pelukis muda dari bali bernama Rohadi. Ia jatuh cinta pada pelukis tersebut, di tengah-tengah perjumpaannya dengan Rohadi ia bertemu kembali dengan pemuda bersenapan kayu, berkepala gundul, berpeci beledu. Dalam pertemuan itu ia menemukan tiga buah paspor diplomatik palsu dengan tiga macam pasfoto, terbanglah ia ke singapura maka tepat pada tanggal 11 Maret 1966, maka Iin Sulinda Pertiwi menjadi nyonya Angelin Ruth Portier.
Rohadi kembali ditemui oleh Iin yang ternyata telah tertangkap oleh petugas dan yang sudah masuk penjara Wirogunan dan konon sudah diamankan ke Nusa Kambangan karena terjerumus dalam anggota Lekra. Iin kembali teringat dengan abang kembar-dampitnya, maka ia segera menuju ke Solo tempat Bang Brojol tinggal tapi alangkah terkejutnya Iin ketika abangnya tidak ia ketemukan, Ia baru menyadari tempat tinggal abangnya telah dijadikan proyek kebanggaan yang telah Madame Nussy tanda tangani tanpa melihat dalam peta lokasi proyek.
Perjalanan waktu terus berputar, perjumpaannya dengan Kang Brojol membuat Iin sedih karena sama sekali kembardampinya tidak mengenali siapa dirinya, penyesalan tetap menyelimuti dirinya dengan keadaan kampung yang telah digusur akibat proyeknya, sebelum ia meninggalkan daerah tersebut ia menyerahkan uang tujuh belas juta rupiah yang ia serahkan pada mertua Bang Brojol. Madame Nussy kembali ke Singapura berharap dokter yang dulu merubahnya kini dapat mengembalikan wujudnya menjadi Iin Linda Pertiwi kembali.
Setelah peristiwa itu terjadi, ia menjadi dirinya sendiri dan sepulangnya dari singapura ia tertangkap kemudian diinterogasi seorang mayor intel yang memperlihatkan beberapa foto yang tampak olehnya. Ia sedang memimpin barisan LEKRA bahkan foto di lapangan terbang Beijing bersama tokoh-tokoh Palu Arit. Namun, menurut kebijaksanaan yang berwajib dan berwenang ia dibebaskan.
Rohadi kembali ditemui oleh Iin yang ternyata telah tertangkap oleh petugas dan yang sudah masuk penjara Wirogunan dan konon sudah diamankan ke Nusa Kambangan karena terjerumus dalam anggota Lekra. Iin kembali teringat dengan abang kembar-dampitnya, maka ia segera menuju ke Solo tempat Bang Brojol tinggal tapi alangkah terkejutnya Iin ketika abangnya tidak ia ketemukan, Ia baru menyadari tempat tinggal abangnya telah dijadikan proyek kebanggaan yang telah Madame Nussy tanda tangani tanpa melihat dalam peta lokasi proyek.
Perjalanan waktu terus berputar, perjumpaannya dengan Kang Brojol membuat Iin sedih karena sama sekali kembardampinya tidak mengenali siapa dirinya, penyesalan tetap menyelimuti dirinya dengan keadaan kampung yang telah digusur akibat proyeknya, sebelum ia meninggalkan daerah tersebut ia menyerahkan uang tujuh belas juta rupiah yang ia serahkan pada mertua Bang Brojol. Madame Nussy kembali ke Singapura berharap dokter yang dulu merubahnya kini dapat mengembalikan wujudnya menjadi Iin Linda Pertiwi kembali.
Setelah peristiwa itu terjadi, ia menjadi dirinya sendiri dan sepulangnya dari singapura ia tertangkap kemudian diinterogasi seorang mayor intel yang memperlihatkan beberapa foto yang tampak olehnya. Ia sedang memimpin barisan LEKRA bahkan foto di lapangan terbang Beijing bersama tokoh-tokoh Palu Arit. Namun, menurut kebijaksanaan yang berwajib dan berwenang ia dibebaskan.
No comments:
Post a Comment