Monday, July 18, 2011

Skripsi: Tindak Tutur Perlokusi dalam Wacana Cerita Rakyat Si Kabayan ’’Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa"

Hernawati, Titik. 2007. "Tindak Tutur Perlokusi dalam Wacana Cerita Rakyat Si
Kabayan 'Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa'". Skripsi. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Haryadi, M.Pd; Pembimbing II:
Drs. Hari Bakti M., M.Hum.

Abstrak

Perkembangan teknologi membuat tradisi bercerita dalam masyarakat
menghilang, sehingga muncul gagasan untuk mengumpulkan cerita yang telah
berkembang dalam masyarakat untuk kemudian ditulis menjadi buku kumpulan
cerita. Hal ini menginspirasi penulis untuk meneliti tindak tutur yang ada pada cerita
rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa”,dengan alasan selain
telah dikenal masyarakat luas cerita yang ditampilkan juga sangat menarik dan yang
paling penting dalam wacana ini penulis menyertakan tuturan-tuturan tokoh, terutama
berupa tindak tutur perlokusi karena sebagian besar tuturan antartokoh yang ada
dalam cerita tersebut ternyata menimbulkan efek tertentu pada mitra tuturnya.


Dalam penelitian ini penulis merumuskan empat masalah, yaitu (1) jenis
tindak tutur perlokusi apa saja yang terdapat dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan
“Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa ?”, (2) fungsi apa saja yang terdapat dalam
wacana tersebut?, (3) efek apa saja yang terjadi setelah penggunaan tuturan perlokusi
dalam wacana?, (4) bagaimanakah hubungan antara fungsi tuturan perlokusi dengan
efek yang terjadi setelah penggunaan tuturan perlokusi dalam wacana tersebut?.


Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis tindak tutur perlokusi yang terdapat
dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa”,
(2) mendeskripsikan fungsi tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam wacana
tersebut, (3) mengidentifikasikan efek yang terjadi setelah penggunaan tindak tutur
perlokusi dalam wacana tersebut dan (4) mengidentifikasikan hubungan antara fungsi
uturan perlokusi dengan efek yang terjadi setelah penggunaan tindak tutur perlokusi
dalam wacana cerita rakyat tersebut.


Pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan pragmatis sebagai pendekatan
teoretis serta pendekatan deskriptif dan kualitatif sebagai pendekatan metodologis.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode dan teknik pengamatan dan pencatatan.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode normatif yang penggunaannya
didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, meliputi ciri tuturan perlokusi, jenis
tuturan perlokusi, fungsi tuturan perlokusi, efek tuturan perlokusi, serta merumuskan
hubungan antara fungsi perlokusi dengan efek yang terjadi pada mitra tuturnya.


Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan
“Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” ditemukan jenis tindak tutur perlokusi
konstatif, performatif, lokusi, ilokusi, representatif, direktif, ekspresif, komisif, isbati,
langsung, tidak langsung, harfiah, tidak harfiah, dan vernakuler. Fungsi dalam tuturan
tersebut, yaitu fungsi representatif meliputi fungsi representatif menyatakan,
menunjukkan, mengakui, menyebutkan, meyakini dan memberitahukan. Fungsi
direktif menyuruh, meminta, memohon, mengajak, mendesak dan menyarankan.
Fungsi ekspresif memuji, menyalahkan, bersyukur, mengeluh, dan berharap. Fungsi
komisif berjanji, fungsi isbati melarang dan mengabulkan. Efek dalam wacana
tersebut meliputi efek positif maklum, melegakan, tertarik, terdorong, menyenagkan,
sabar, menurut, bangga. Efek negatif malu, curiga, marah, tersinggung, sedih, tidak
percaya dan menertawakan. Efek tindakan membangunkan, beranjak, diam, tertawa,
pergi, dan bengong. Hubungan antara fungsi dan efek meliputi efek yang sesuai

dengan fungsi, yaitu melakukan yang disuruh/disarankan, percaya, takjub, mematuhi
larangan. Efek yang tidak sesuai dengan fungsi, yaitu fungsi menyuruh-efek
berbohong, fungsi menyatakan atau meminta-efek marah, menunjukkan-jengkel,
fungsi menyarankan-efek tersinggung, fungsi mendesak-efek bersabar.


Berdasarkan hasil tersebut, Penulis menyarankan penelitan selanjutnya akan
lebih baik jika dilakukan pada cerita lisan, dapat menggunakan teori tindak tutur lain
serta akan lebih baik jika dapat ditemukan hal baru yang dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan bahasa.



Kata kunci: tindak tutur, perlokusi, wacana, cerita rakyat

Wednesday, July 6, 2011

Penggunaan Bentuk Singkatan pada Surat Pribadi

PENGGUNAAN BENTUK SINGKATAN PADA SURAT PRIBADI
Oleh: Sukrisno Santoso

ABSTRAK
Surat pribadi merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa (wacana) yang menjadi objek kajian analisis wacana. Surat pribadi merupakan wacana yang cukup unik karena penggunaan bahasanya tidak dkenai aturan tata bahasa yang baku sehingga setiap surat pribadi mempunyai ciri tersediri sesuai dengan masing-masing penulisnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik surat pribadi ditinjau dari segi penggunaan bentuk singkatan yang terdiri atas: (1) penggunaan singkatan, dan (2) penggunaan akronim.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik catat. Data penelitian ini berwujud bentuk singkatan berupa singkatan dan akronim. Sumber datanya berupa aspek kebahasaan yang tercantum pada surat pribadi. Data yang dianalisis sebanyak 25 data. Analisis data dilakukan dengan langkah (1) mengidentifikasi data, (2) mengklasifikasi data, dan (3) menganalisis data.

Hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) penggunaan bentuk singkatan didominasi oleh singkatan lesap vokal sehingga bentuk singkatannya berupa deretan fonem konsonan. 2) penggunaan bentuk singkatan dalam surat pribadi dipengaruhi oleh tuturan lisan yang biasa digunakan oleh penulisnya, misalnya kata sob, makasih, trus, dan blum. 3) Penggunaan bentuk singkatan dalam surat pribadi juga memperhatikan tafsiran pembaca terhadap bentuk singkatan tersebut sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan maksud dari bentuk singkatan tersebut, misalnya pada kata terlalu disingkat menjadi tllu.


Kata kunci: singkatan, surat pribadi


PENDAHULUAN
Menurut Halliday (dalam Sumarlam, 2008: 2), bahasa mempunyai tujuh fungsi. Salah satunya adalah fungsi interaksi. Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai alat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Salah satu media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah surat. Surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis (Solchan dan Soedjito, 2001: 1). Tujuan utama seseorang menulis surat, tidak lain adalah untuk mengkomunikasi atau menginformasikan suatu gagasan dan pikirannya kepada pihak lain, baik atas nama pribadi atau lainnya.

Berdasarkan isinya, surat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga (Soedjito dan Solchan, 2001: 1). Surat pribadi adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi. Surat pribadi tidak mempunyai aturan baku. Penulisan surat pribadi sesuai kehendak penulisnya. Bahasa yang digunakan dalam surat pribadi biasanya adalah bahasa sehari-hari yang biasa penulis gunakan untuk berkomunikasi. Tidak adanya aturan baku dalam penulisan surat pribadi membuat setiap orang mempunyai ciri bahasa sendiri yang berbeda dengan orang lain. Pemilihan kata dalam surat pribadi pun bebas sesuai kehendak penulis. Ketidakbakuan bahasa dalam surat pribadi dapat memunculkan ragam bahasa surat pribadi yang berbeda dengan ragam bahasa lain.

Dalam surat pribadi banyak dijumpai bentuk singkatan, misalnya salam manis ditulis slm manis, kemarin ditulis kmrn, malam minggu ditulis malming, dan bentuk singkatan yang lain.

Proses pembentukan singkatan atau pemendekaan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya tetap sama. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman), dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan ini mengahsilkan singkatan. Selain singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Misalnya inpres (instruksi presiden) dan wagub (wakil gurbernur). (Chaer, 2008)

Penggunaan bentuk singkatan pada wacana surat pribadi tersebut membentuk karakteristik sendiri yang berbeda dengan wacana lain. Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis surat pribadi dari aspek penggunaan bentuk singkatan. Maka, penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Penggunaan Bentuk Singkatan pada Surat Pribadi”.


LANDASAN TEORI
1. Bentuk Singkatan dan Akronim
Proses pembentukan singkatan atau pemendekaan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya tetap sama. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman), dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan ini menghasilkan singkatan. Selain singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Misalnya inpres (instruksi presiden) dan wagub (wakil gurbernur). (Chaer, 2008)

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih (Pusat Bahasa, 2005). Ketentuan pembentukan singkatan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (2005) adalah sebagai berikut:

1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: S.E. (Sarjana Ekonomi), Sdr. (Saudara)
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), KTP (Kartu Tanda Penduduk)
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya)
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: kg (kilogram), kVA (kilovolt-ampere)

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata (Pusat Bahasa, 2005). Ketentuan pembentukan akronim sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (2005) adalah sebagai berikut:
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: pemilu (pemilihan umum), tilang (bukti pelanggaran)

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
a. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia.
b. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

2. Surat Pribadi
Surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis. (Soedjito dan Solchan, 2001: 1). Berdasarkan isinya, surat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga. Surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi yang ditujukan kepada keluarga, teman, atau kenalan. Karena sifatnya akrab dan santai, dalam surat pribadi biasa digunakan bahasa ragam akrab / ragam santai. (Soedjito dan Solchan, 2001: 14)

Surat biasanya menggunakan bahasa efektif. Bahasa efektif adalah bahasa yang secara tepat dapat mencapai sasarannya. Bahasa efektif dapat dikenali dari pemakaian bahasa yang (1) sederhana/wajar, (2) ringkas, (3) jelas, (4) sopan, dan (5) menarik. Sederhana berarti bersahaja, lugas, mudah, tidak berbelit-belit, baik pemakaian kata-katanya maupun kalimatnya. Kalimat yang ringkas umumnya lebih tegas dan mudah dipahami, sedangkan kalimat yang panjang biasanya lemah dan kabur serta tidak cepat dipahami maksudnya. Jelas berarti tidak samar-samar, tidak meragukan, tidak mendua makna, atau tidak menimbulkan salah paham. Sopan berarti hormat dengan takzim, tertib menurut adat yang baik. Menarik berarti dapat membangkitkan perhatian, tidak membosankan dan dapat mengesankan pada angan-angan pembaca. (Soedjito dan Solchan, 2001: 33-37)


METODE PENELITIAN
Sumber data dari penelitian ini adalah wacana surat pribadi. Data penelitian adalah bentuk singkatan yang terdapat dalam surat pribadi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik rekam dan catat. Teknik rekam adalah teknik yang dilakukan dengan perekaman yang menggunakan tape recorder tertentu sebagai alatnya. Teknik catat adalah teknik yang dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto,1993: 135). Sumber data berupa wacana surat pribadi dibuat kliping pada kertas buffalo. Data dari wacana surat pribadi berupa bentuk singkatan dicatat dalam kartu data sesuai dengan klasifikasinya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Setelah data diklasifikasikan, peneliti menganalisis data dengan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 13-14), metode padan merupakan analisis data yang memiliki alat penentu di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal adalah penyajian hasil dengan gambar, tabel, atau rumus-rumus. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam wacana surat pribadi banyak ditemukan bentuk singkatan. Hal ini dikarenakan surat pribadi bersifat informal / tidak baku juga karena keinginan penulis untuk menulis dengan cepat sehingga menyingkap beberapa kata atau frasa.

Dari sumber data penelitian diperoleh sebanyak 25 data yang terdiri dari berbagai bentuk singkatan. Data yang terdiri dari berbagai bentuk singkatan tersebut diklasifikasikan berdasarkan karakter penyingkatan kata.

Klasifikasi data dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Singkatan umum
2) Singkatan lesap vokal
3) Singkatan lesap fonem depan
4) Singkatan lesap fonem belakang
5) Singkatan lesap sebagian vokal

Singkatan umum adalah bentuk singkatan yang sudah lazim digunakan masyarakat dalam penulisan wacana resmi maupun tidak resmi. Singkatan lesap vokal adalah singkatan tidak baku yang tidak sesuai dengan kaidah EYD, terjadi pelesapan fonem vokal. Maka, singkatan tidak baku lesap vokal terdiri dari susunan fonem konsonan. Singkatan lesap fonem depan adalah singkatan tidak baku yang tidak sesuai dengan kaidah EYD, terjadi pelesapan fonem yang berada di bagian depan. Singkatan lesap fonem depan terdiri dari susunan fonem belakang dari kata atau frasa yang disingkat.

Singkatan lesap fonem belakang adalah singkatan tidak baku yang tidak sesuai dengan kaidah EYD, terjadi pelesapan fonem yang berada di bagian belakang. Singkatan lesap fonem belakang terdiri dari susunan fonem depan dari kata atau frasa yang disingkat. Singkatan lesap sebagian vokal adalah singkatan lesap vokal yang masih menyisakan fonem vokal pada bentuk singkatan.

Hasil dari klasifikasi data adalah sebagai berikut.






Klasifikasi Data

Singkatan Umum
1. wr. wb.: wa rahmatullahi wa barakatuhu
2. SMS: short service message
3. HP: hand phone

Singkatan Lesap Vokal
4. dgn: dengan
5. bls: balas
6. yg: yang
7. gmn: bagaimana
8. sll: selalu
9. jgn: jangan
10. kpd: kepada
11. krn: karena
12. dkt: dekat
13. skrg: sekarang

Singkatan lesap fonem depan
14. tu: itu
15. udah: sudah
16. makasih: terima kasih
17. ma: sama

Singkatan lesap fonem belakang
18. sob: sobat
19. curhat: curahan hati
20. no: nomor

Singkatan lesap sebagian vokal
21. slalu: selalu
22. tllu: terlalu
23. blum: belum
24. trus: terus


PEMBAHASAN
Berdasarkan klasifikasi data dapat dilihat bahwa penggunaan bentuk singkatan pada surat pribadi bervariasi. Ada lima jenis bentuk singkatan, yaitu 1) singkatan umum, 2) singkatan lesap vokal, 3) singkatan lesap fonem depan, 4) singkatan lesap fonem belakang, dan 5) singkatan lesap sebagian vokal.

1. Singkatan Umum
Singkatan umum yang digunakan dalam surat pribadi adalah singkatan yang sudah lazim digunakan dalam penulisan wacana resmi maupun tidak resmi. Bentuk SMS merupakan kepanjangan dari Short Message Service. Penggunaan bentuk SMS sudah menjadi bahasa keseharian baik lisan maupun tulis. Begitu juga bentuk singkatan HP yang merupakan kepanjangan dari Handphone. Bentuk wr. wb. Yang merupakan kependekan dari warahmatullahi wabarakatuhu hanya lazim digunakan dalam wacana tulis dan tidak digunakan dalam tuturan lisan.

2. Singkatan Lesap Vokal
Singkatan lesap vokal dalam surat pribadi seperti dgn, bls, yg, gmn dan yang lainnya. Singkatan terhadap kata dengan menghilangkan vokalnya dimaksudkan untuk mempersingkat penulisan kata tersebut. Penyingkatan kata bentuk seperti ini mudah dilakukan karena dengan menghilangkan semua fonem vokal yang ada sehingga hanya menyisakan fonem konsonan. Deretan fonem konsonan ini lebih mudah dipahami oleh pembaca. Misalnya, bentuk singkatan dgn, pembaca akan mempunyai asumsi bahwa deretan fonem d-g-n tersebut adalah kata dengan. Terjadi pelesapan dua fonem vokal, yakni fonem /e/ dan /a/.

Begitu juga deretan fonem kpd dan krn. Dua deretan fonem tersebut sesuai intuisi kebahasaan akan membentuk kata kepada dan karena. Kata kepada dan karena mengalami pelesapan fonem /e/ dan /a/ yang berada di antara fonem konsonan. Penyingkatan lesap vokal ini mudah dilakukan dan sering dijumpai dalam surat pribadi.

Semua data tersebut diawali oleh fonem konsonan selanjutnya diikuti vokal kemudian konsonan dan seterusnya. Data bentuk singkatan lesap vokal menunjukkan struktur fonem:
K-V-K-V-…

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kata yang terdiri atas fonem konsonan dan fonem vokal dimana kata tersebut diawali dengan fonem konsonan, maka bentuk singkatan dari kata tersebut adalah dengan melesapkan fonem vokalnya.

2. Singkatan Lesap Fonem Depan
Singkatan lesap fonem depan menyisakan deret fonem belakang atau suku kata akhir. Bentuk tu, udah, dan ma merupakan kependekan dari kata itu, sudah, dan sama. Terjadi pelesapan satu fonem depan, yakni fonem /i/ pada kata itu sehingga menghasilkan bentuk singkat tu. Kata sudah mengalami pelesapan pada satu fonem depan , yakni fonem /s/ sehingga dihasilkan bentuk udah. Pada kata sama terdapat pelesapan dua fonem depan, yakni fonem /s/ dan /a/ atau suku kata awal yakni suku kata sa- sehingga dihasilkan bentuk singkat ma.

Bentuk tu, udah, dan ma dalam penulisan surat pribadi terpengaruh penggunaan bentuk-bentuk tersebut dalam tuturan lisan tidak baku yang dilakukan oleh penulis surat pribadi tersebut. Bentuk tu, udah, dan ma yang berarti itu, sudah, dan sama merupakan sebuah bentuk kata tidak baku yang sudah berkembang dan dikenal oleh masyarakat.

3. Singkatan Lesap Fonem Belakang
Singkatan lesap fonem belakang dilakukan untuk mendapatkan bentuk singkat dari sebuah kata dengan menyebutkan atau menuliskan struktur suku deret fonem depannya saja atau suku kata awal. Bentuk sob merupakan kepanjangan dari sobat. Penyingkatan bentuk sob selain untuk mendapatkan bentuk kata yang singkat juga dapat digunakan sebagai kata sapaan. Bentuk sob juga sering digunakan dalam tuturan lisan sehingga penulisan bentuk sob dalam surat pribadi tidak akan menyulitkan pembaca dalam memahaminya.

Selain bentuk sob ada juga bentuk no yang merupakan singkatan dari kata nomor. Jika bentuk sob lazim digunakan dalam tuturan lisan, bentuk no lazim digunakan dalam wacana tulis. Penulisan no untuk nomor dalam surat pribadi adalah penyingkatan yang sudah lazim digunakan dalam wacana tulis lainnya.

Selain kata, bentuk singkatan lesap fonem belakang juga dilakukan pada frase. Bentuk frase yang disingkat adalah curahan hati menjadi bentuk curhat. Kata curhat sudah biasa digunakan dalam tuturan lisan khususnya dalam tuturan tidak baku atau tuturan bahasa gaul. Bahkan kata curhat lebih familier di masyarakat dari kata curahan hati.

Dari beberapa bentuk singkatan lesap fonem belakang dapat disimpulkan bahwa penulisan bentuk singkatan tersebut dilakukan sesuai dengan tuturan lisan yang biasa dilakukan atau dikenal oleh penulis surat pribadi. Pengucapan bentuk singkatan yang tidak baku dalam komunikasi keseharian berpengaruh pada penulisan surat pribadi dengan ditemukannya bentuk-bentuk singkatan tidak baku yang terdapat dalam surat pribadi.

4. Singkatan Lesap Sebagian Vokal
Singkatan lesap sebagian vokal hampir sama dengan singkatan lesap vokal. Bedanya, dalam singkatan lesap vokal, semua fonem vokal dilesapkan, sedangkan dalam singkatan lesap sebagian vokal hanya sebagian fonem vokal yang dilesapkan sehingga masih menyisakan satu atau beberapa fonem vokal pada bentuk singkatnya. Bentuk singkat tllu, slalu, blum dan trus merupakan kependekatan dari kata terlalu, selalu, belum dan terus. Penulisan bentuk singkat slalu, blum dan trus, sebagaimana pada singkatan lesap fonem depan dan lesap fonem belakang merupakan penulisan bentuk singkatan yang terpengaruh oleh pemakaian kata-kata tersebut dalam tuturan lisan sehari-hari. Dalam tuturan tidak resmi, kata-kata selalu, belum dan terus sering diucapkan dengan menghilangkan sebagian fonem vokalnya, sehingga hanya diucapkan slalu, blum dan trus.

Berbeda dengan bentuk slalu, blum dan trus, bentuk singkat tllu tidak lazim digunakan dalam tuturan lisan. Penulisan bentuk tllu untuk kata terlalu dikarenakan penulis surat pribadi hendak menyingkat kata terlalu dengan bentuk singkatan lesap vokal namun penulis tersebut beranggapan pembaca akan kesulitan memahaminya. Misalnya kata terlalu disingkat menjadi tll, pembaca akan merasa kesulitan untuk mengidentifikasi kata tll tersebut. Untuk mengantisipasi kesalahan pemahaman oleh pembaca maka penulis menyisakan satu fonem vokal, sehingga didapat bentuk singkatan tllu.


SIMPULAN
Penggunaan bentuk singkatan dalam surat pribadi mempunyai karakter sebagai berikut. 1) penggunaan bentuk singkatan didominasi oleh singkatan lesap vokal sehingga bentuk singkatannya berupa deretan fonem konsonan. 2) penggunaan bentuk singkatan dalam surat pribadi dipengaruhi oleh tuturan lisan yang biasa digunakan oleh penulisnya, misalnya kata sob, makasih, trus, dan blum. 3) Penggunaan bentuk singkatan dalam surat pribadi juga memperhatikan tafsiran pembaca terhadap bentuk singkatan tersebut sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan maksud dari bentuk singkatan tersebut, misalnya pada kata terlalu disingkat menjadi tllu.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka

Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat-Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sumarlam (Ed). 2008. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra