Sunday, May 13, 2012

Cerpen "Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)" (Djenar Mahesa Ayu)

    Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Saya sangat tahu aturan main. Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?

    Saya heran, selama lima tahun mereka menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala mereka tentang pernikahan. Tapi jika saya katakan hubungan mereka itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas mereka akan menolak. Mereka sangat tahu aturan main. Bagi mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam
    lima tahun?

    Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Saya sangat tahu aturan main. Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?

    Saya heran, selama lima tahun mereka menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala mereka tentang pernikahan. Tapi jika saya katakan hubungan mereka itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas mereka akan menolak. Mereka sangat tahu aturan main. Bagi mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
    Ini tidak main-main!

    Awalnya memang urusan kelamin. Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang dengan latihan senam mauupun fitness setiap hari sekalipun. Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan onggokan daging itu dari lemak- lemaknya. Setelah itu pun harus pandai-pandai merawatnya. Dan kerut-merut di sekitar mata, kening, dan lehernya, hanya dapat tertolong oleh bedah plastik. Kalau hanya akupunktur, entah berapa juta jarum yang harus ditusukkan supaya dapat mengembalikan ke kencangan semula. Lantas apakah ada teknologi pengubah pita suara? Ketika onggokan daging itu bernyawa, ia benar-benar bagai robot dengan rekaman suara. Celakanya, rekaman suaranya cempreng seperti kaleng rombeng.

    Astaga...
    pusing saya mendengarnya. Pagi-pagi sebelum berangkat kerja saya mau tenang. Sebentar kemudian saya akan terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, dan karyawan yang tak berhenti minta tanda tangan, rutinitas yang membosankan. Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada di tengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang lebih lama di rumah melihat seonggok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang tak sedap didengan. Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya?

    Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar.

    Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya. Setelah itu pun harus pandai-pandai merawatnya. Dan kerut-merut yang menggelayut di wajah istrinya, hanya dapat diselamatkan dengan cara bedah plastik. 
    Akupunktur hanyalah sia-sia belaka. Sebenarnya kalimat sia-sia belaka pun sudah saya perhalus. Yang ia katakan adalah, diperlukan berjuta-juta jarum untuk mengembalikan kulit istrinya ke kenyalan semula. Lebih gilanya lagi, ia menanyakan apakah ada teknologi yang dapat mengubah pita suara manusia. Suara istrinya bagai kaleng rombeng, bagai robot. Ia lebih memilih terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, ketimbang berlama-lama di rumah. Dan dengan santai dengan muatan gurau ia berkata, “Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”

    Awalnya memang urusan kelamin. Ketika pada suatu hari ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging, sebongkol lemak, gulungan kerut-merut hingga suara kaleng rombeng. Saya sudah terbiasa mendengar keluhan suami-suami tentang istri-istri mereka. Saya juga tahu, mereka senang, sayang sampai cinta pada saya, awal mulanya pasti urusan fisik, urusan mata, urusan syahwat. Mana mungkin bertemu langsung sayang, pasti senang dulu, dan senang itu bukan urusan perasaan tapi pemandangan, bukan? Sebenernya, saya tidak terlalu nyaman mendengar keluhannya itu. Saya toh seorang perempuan yang suatu saat akan menjadi istri, yang berlemak, berkerut-merut dan cerewet seperti kaleng rombeng, yang pada suatu saat nanti mungkin akan dicampakkan dan dilupakan seperti istrinya sekarang.

    Tapi sekarang ya sekarang, nanti ya nanti. Saya cantik, ia mapan. Saya butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi, bukan? Namun begitu, saya sering menasihatinya supaya tak terlalu kejam begitu pada istri. Sekali-kali, tak ada salahnya memberi istri sentuhan dan kepuasan. Bukannya saya sok pahlawan. Bukannya saya sok bermoral. Bukannya saya sok membela perempuan tapi saya memang tak ada beban. Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat. Tapi ia kerap menjawab, “Kalau saya saja jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”

    Awalnya memang urusan kelamin. Ketika ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar, begitu ucapannya yang saya dengar dalam bisik-bisik perbincangan telepon dengan entah teman, atau daging segarnya yang baru. Sebenarnya saya sudah sering dinasihati teman-teman,  untuk senantiasa menjaga berat badan. Tapi ketika saya sudah mulai mengikuti senam kebugaran, saya mendengar ia mengatakan –masih dalam perbincangan telepon yang sama– bahwa lemak saya tak mungkin terselamatkan dengan senam setiap hari sekali pun! Bahkan ia juga menyebut-nyebut tentang terapi akupunktur yang sedang saya ikuti untuk memperkencang kulit muka saya yang mulai melorot.

    Saya hanya sempat mendengar ia menyebut jutaan jarum, tidak jelas apa maksudnya. Mungkin saja maksudnya, jutaan jarum pun tak sanggup menyelamatkan kerut-merut di wajah saya. Dan ada lagi, ia mengatakan kalau suara saya bagai kaleng rombeng! Saya sadar, saya memang cerewet. Tapi sudah menjadi kewajiban saya untuk cerewet. Tanpa saya cereweti, pembantu-pembantu pasti kerjaannya hanya ongkang-ongkang kaki. Saya ingin rumah selalu terjaga rapi, bersih, supaya ia senantiasa betah di rumah. Supaya perasaannya tenang sebelum dan sesudah meninggalkan rumah. Saya juga sudah bosan cerewet. Cerewet itu lelah. Mengatur dan mengurus pekerjaan rumah tidaklah mudah. Bahkan untuk urusan rumah inilah kulit saya keriput, tubuh saya gembrot, karena saya sudah tak punya waktu lagi selain mengurus rumah, rumah, dan rumah. Tapi ternyata yang saya lakukan bukan membuatnya bertambah menghargai jerih payah saya, melainkan menjauhkan dirinya dari saya. Bukannya saya melebih-lebihkan. Tapi saya benar-benar dengan jelas mendengar ia mengatakan, “Kalau saya saja jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”
    ***

    Saya heran. Bisa juga seonggok daging itu hamil. Padahal saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun karena kasihan. Juga dengan ritual, terlebih dulu minum ginseng supaya ereksi. Juga dengan catatan, lampu harus mati dan mata terpejam. Karena saya sudah terbiasa melihat dan menikmati keindahan. Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher jenjang. Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar. Ah... seperti apakah bentuknya nanti setelah melahirkan?

    Saya heran. Ternyata istrinya hamil. Padahal ia mengaku hanya menyenuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun ia harus terlebih dulu minum ginseng supaya bisa ereksi. Dan ia melakukannya harus dengan kondisi lampu mati dan mata terpejam supaya memudahkannya untuk membayangkan tubuh tinggi semampai, kaki belalang, rambut panjang, leher jenjang, pinggang bak gitar dan buah dada besar. Ah... saya tidak bisa bayangkan, apa yang akan terjadi setelah istrinya melahirkan?

    Saya heran. Ternyata istrinya hamil. Padahal ia mengaku hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun harus terlebih dulu minum ginseng untuk ereksi dan memadamkan lampu supaya ia bisa dengan leluasa membayangkan saya. Mungkin selama ini ia hanya berbohong untuk menyenangkan saya. Sesungguhnya hubungan dengan istrinya baik-baik saja dan jika mereka punya anak, pastilah hubungan mereka tambah membaik. Ah... saya tidak bisa bayangkan, apa yang akan terjadi setelah istrinya melahirkan?

    Saya heran. Ternyata saya hamil. Padahal jarang sekali ia menyentuh saya. Benar-benar hanya sekali dalam tiga bulan, bahkan tidak jarang sampai lima bulan. Itu pun dengan lampu yang dipadamkan dan matanya pun selalu terpejam. Seolah-olah ia sedang tidak bersama saya. Ia sedang berada di dunia lain dan tidak mau berbagi dengan saya. Tapi saya hamil. Saya akan memberikannya seorang anak. Mungkin perkawinan kami bisa terselamatkan dengan kelahiran anak kami kelak. Ah... saya tidak bisa bayangkan, apa yang akan terjadi setelah saya melahirkan?
    ***

    Saya heran. Kehamilan ini tidak juga membuat hati saya bahagia. Kehamilan ini membuat saya bingung. Apakah memang saya ditakdirkan untuk selamanya terperangkap dengan onggokan daging yang tak segar, gelayut lemak, dan bunyi kaleng rombeng, hanya karena saya terlanjur dikaruniai anak? Sahabat saya bilang, seharusnya saya bersyukur. Sebentar lagi saya akan diberi karunia dan diberi jalan untuk menata kembali rumah tangga saya. Apakah saya tidak berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri?

    Saya heran. Kehamilan istrinya tidak juga membuat hatinya bahagia. Ia malah bingung. Ia merasa kehamilan ini adalah upaya alam yang hendak memerangkapnya seumur hidup bersama seonggok daging yang tak segar, gelayut lemak, dan bunyi kaleng rombeng. Padahal, saya melihatnya sebagai karunia, sebuah jawaban dan upaya dari alam supaya ia bisa mulai menata kembali rumah tangganya. Tapi ia malah melontarkan pertanyaan pada saya dengan nada keras. “Apakah saya tidak berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri?”
    Saya heran. Kehamilan istrinya tidak juga membuat hatinya bahagia. Ia malah bingung. Padahal seharusnya saya yang bingung. Apakah pernyataannya yang seolah-olah seperti ngeri terperangkap dengan istrinya seumur hidup itu benar?

    Jangan-jangan hanya di mulut belaka. Dulu, ia katakan jarang menyentuh istrinya. Tapi ternyata istrinya hamil. Lantas apakah yang sedang dilakukannya sekarang di depan saya lagi-lagi hanya sebuah lelucon? Matanya menerawang dan kerap mengulang gumaman, “Apakah saya tidak berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri?

    Saya rasa saya sudah melangkah terlalu dalam. Sudah begitu banyak waktu terbuang hanya untuk urusan gombal-gombalan. Sudah saatnya saya bertindak tegas. Tidak seperti dirinya yang hanya dapat bergumam saya akan menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri.

    Saya heran. Kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya bahagia. Ia lebih kelihatan bingung. Saya merasa kehamilan ini bukanlah karunia baginya melainkan derita yang kelak akan memerangkapnya untuk tetap bertahan dalam mahligai rumah tangga.

    Saya tidak berlebihan. Ia lebih jarang ada di rumah sekarang. Mungkin saya sudah terlalu lama merendahkan diri saya sendiri dengan membiarkannya menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan kami. Tapi jangan harap ia bisa melakukan hal yang sama kepada anak saya. Sudah saatnya saya bertindak tegas. Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri.
    ***

    “Saya hanya main-main, Ma... saya cinta kamu. Beri kesempatan saya untuk memperbaiki kesalahan saya.”
    “Saya sering katakan, jangan main api nanti terbakar.”
    “Saya tidak main-main. I'm leaving you...”
    “Saya tidak main-main. I'm leaving you...” 
    Ini tidak main-main!

    Jakarta, 8 Desember 2002, 8:52:47

    Sinopsis Novel "Ketika Cinta Bertasbih 1" Karya Habiburrahman el Shirazy)

     

    Abdullah Khairul Azzam – 28 tahun- pemuda tampan dan cerdas dari sebuah desa di Jawa Tengah. Dari kecil, Azzam sudah terlihat sebagai anak yang sangat baik budi pekertinya. Atas usahanya yang gigih dia berhasil memperoleh bea siswa untuk belajar di Al Azhar Mesir selepas menamatkan Aliyah di desanya.

    Baru setahun di Kairo dan menjadi mahasiswa berprestasi peraih predikat Jayyid Jiddan (Lulus dengan Sempurna), ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. 
    Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI dia Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.

    Seringnya Azzam mendapatkan job di KBRI Cairo mempertemukan ia dengan Puteri Duta Besar, Eliana Pramesthi Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana juga terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Ia bahkan pernah diminta main di salah satu film produksi Hollywood, juga untuk Film layar lebar dan Sinetron di Jakarta. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat Azzam menaruh hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang dengan Azzam, juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat dekat dengan keluarga Eliana.

    Apa yang dikatakan Pak Ali cukup terngiang-ngiang di benaknya, bahwa ada seorang gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Azzam disarankan untuk buru-buru mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik yang tak kalah cerdasnya dengan Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar – Cairo, yang juga menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. menurut Pak Ali, kelebihan Anna dari Eliana adalah bahwa Anna memakai jilbab dan sholehah, bapaknya seorang Kiai Pesantren bernama Kiai Luthfi Hakim.

    Ada keinginan Khaerul Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum pernah bertemu atau melihat Anna. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia, Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo, yaitu Ustadz Mujab, dimana Azzam sudah sangat mengenal ustadz itu. Dengan niat penuh dia pun datang ke ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Tapi ternyata lamaran itu ditolak atas dasar status. Karena S-1 Azzam yang tidak juga selesai, dan lebih dikenal karena jualan tempe dan baso. Selain itu, Anna telah dikhitbah lebih dulu oleh seorang pria yang alih-alih adalah Furqon, sahabat Azzam yang juga mahasiswa dari keluarga kaya yang juga cerdas dimana dalam waktu dekat akan menyelesaikan S-2 nya. Azzam bisa menerima alasan itu, meskipun hatinya cukup perih.

    Tetapi kemudian Furqon mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan hidupnya. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat menghancurkan hidup Anna.

    Sementara itu Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari kampung, membawa kabar yang cukup meringankan hati Azzam. Agar Azzam tidak perlu lagi mengirim uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Karena selain Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja sebagai Psikolog. Keahlian Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil. Penghasilan Husna cukup dapat membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil program D-3, serta adik bontotnya yang bernama Sarah yang masih mondok di Pesantren.

    Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kembali ke kampong dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.

    Apakah mungkin Azzam akan berjodoh dengan Anna? Ataukah Eliana yang sebenarnya juga masih penasaran dengan Azzam? Ataukah Azzam berhasil menemukan tambatan hatinya di Indonesia?

    • DOWNLOAD Novel "Ketika Cinta Bertasbih 1" Karya Habiburrahman el Shirazy): KLIK DI SINI

    Saturday, May 12, 2012

    Sinopsis Novel "Ronggeng Dukuh Paruk" Karya Ahmad Tohari


    Srintil adalah gadis Dukuh Paruk. Dukuh Paruk adalah sebuah desa kecil yang terpencil dan miskin. Namun, segenap warganya memiliki suatu kebanggaan tersendiri karena mewarisi kesenian ronggeng yang senantiasa menggairahkan hidupnya.
    Tradisi itu nyaris musnah setelah terjadi musibah keracunan tempe bongkrek yang mematikan belasan warga Dukuh Paruk sehingga lenyaplah gairah dan semangat kehidupan masyarakat setempat. Untunglah mereka menemukan kembali semangat kehidupan setelah gadis cilik pada umur belasan tahun secara alamiah memperlihatkan bakatnya sebagai calon ronggeng ketika bermain-main di tegalan bersama kawan-kawan sebayanya (Rasus, Warta, Darsun). 
    Permainan menari itu terlihat oleh kakek Srintil, Sakarya, yang kemudian mereka sadar bahwa cucunya sungguh berbakat menjadi seorang ronggeng. Berbekal keyakinan itulah, Sakarya menyerahkan Srintil kepada dukun ronggeng Kartareja. Dengan harapan kelak Srintil menjadi seorang ronggeng yang diakui oleh masyarakat.

    Dalam waktu singkat, Srintil pun membuktikan kebolehannya menari disaksikan orang-orang Dukuh Paruk sendiri dan selanjutnya dia pun berstatus gadis pilihan yang menjadi milik masyarakat. Sebagai seorang ronggeng, Srintil harus menjalani serangkaian upacara tradisional yang puncaknya adalah menjalani upacara bukak klambu, yaitu menyerahkan keperawanannya kepada siapa pun lelaki yang mampu memberikan imbalan paling mahal. 


    Meskipun Srintil sendiri merasa ngeri, tak ada kekuatan dan keberanian untuk menolaknya. Srintil telah terlibat atau larut dalam kekuasaan sebuah tradisi, di sisi lain, Rasus merasa mencintai gadis itu tidak bisa berbuat banyak setelah Srintil resmi menjadi ronggeng yang dianggap milik orang banyak. Oleh karena itu, Rasus memilih pergi meninggalkan Srintil sendirian di Dukuh Paruk.

    Kepergian Rasus ternyata membekaskan luka yang mendalam di hati Srintil dan kelak besar sekali pengaruhnya terhadap perjalanan hidupnya yang berliku. Rasus yang terluka hatinya memilih meninggalkan Dukuh Paruk menuju pasar Dawuan, dan kelak dari tempat itulah Rasus mengalami perubahan garis perjalanan hidupnya dari seorang remaja dusun yang miskin dan buta huruf menjadi seorang prajurit atau tentara yang gagah setelah terlebih dahulu menjadi tobang. 


    Dengan ketentaraannya itulah kemudian Rasus memperoleh penghormatan dan penghargaan seluruh orang Dukuh Paruk, lebih-lebih setelah berhasil menembak dua orang perampok yang berniat menjarah rumah Kartareja yang menyimpan harta kekayaan ronggeng Srintil.

    Beberapa hari singgah di Dukuh Paruk Rasus sempat menikmati kemanjaan dan keperempuanan Srintil sepenuhnya. Tapi itu semua tidak menggoyahkan tekadnya yang bulat untuk menjauhi Srintil dan dukuhnya yang miskin. Pada saat fajar merekah, Rasus melangkah gagah tanpa berpamitan pada Srintil yang masih pulas tidurnya.

    Kepergian Rasus tanpa pamit sangat mengejutkan dan menyadarkan Srintil bahwa ternyata tidak semua lelaki dapat ditundukkan oleh seorang ronggeng. Setelah kejadian itu Srintil setiap hari tampak murung dan sikap Srintil yang kemudian menimbulkan keheranan orang-orang disekitarnya. Kebanyakan mereka tidak senang menyaksikan kemurungan Srintil, sebab mereka tetap percaya ronggeng Srintil telah menjadi simbol kehidupan Dukuh Paruk. Dalam kurun waktu tertentu, Srintil tetap bertahan tidak ingin menari sebagai ronggeng, bahkan senang mengasuh bayi Goder (anaknya Tampi, seorang tetangga) dengan gaya asuhan seorang ibu kandung.

    Perlawanan atau pemogokan Srintil masih bertahan ketika datang tawaran menari dari Kantor Kecamatan Dawuan yang akan menggelar pentas kesenian menyambut perayaan Agustusan. Kalau pun pada akhirnya runtuh dan pasrah, bukan semata-mata tergugah untuk kembali tampil menari sebagai seorang ronggeng, melainkan mendengar ancaman Pak Ranu dari Kantor Kecamatan. Srintil menyadari kedudukannya sebagai orang kecil yang tak berhak melawan kekuasaan. Sama selaki ia tidak membayangkan akibat lebih jauh dari penampilannya di panggung perayaan Agustusan yang pada tahun 1964 sengaja dibuat berlebihan oleh orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Warna merah dipasang di mana-mana dan muncullah pidato-pidato yang menyebut-nyebut rakyat tertindas, kapitalis, imperalis, dan sejenisnya.

    Pemberontakan PKI kandas dalam sekejap dan akibatnya orang-orang PKI atau mereka yang dikira PKI dan siapa pun yang berdekatan dengan PKI di daerah mana pun ditangkapi dan di tahan. Nasib itu terjadi juga pada Srintil yang harus mendekam di tahanan tanpa alasan yang jelas. Pada mulanya, terjadi paceklik di mana-mana sehingga menimbulkan kesulitan ekonomi secara menyeluruh. 

    Pada waktu itu, orang-orang Dukuh Paruk tidak berpikir panjang dan tidak memahami berbagai gejala zaman yang berkembang di luar wilayahnya. Dalam masa paceklik yang berkepanjangan, Srintil terpaksa lebih banyak berdiam di rumah, karena amat jarang orang mengundangnya berpentas untuk suatu hajatan. Akan tetapi, tidak lama kemudian ronggeng Srintil sering berpentas di rapat-rapat umum yang selalu dihadiri atau dipimpin tokoh Bakar. Walaupun Srintil tidak memahami makna rapat-rapat umum, pidato yang sering diselenggarakan orang. Yang dia pahami hanyalah menari sebagai ronggeng atau melayani nafsu kelelakian. Tapi hubungan mereka tetap baik.

    Hubungan mereka merenggang setelah beberapa kali terjadi penjarahan padi yang dilakukan oleh orang-orang kelompok Bakar. Sukarya merasa tersinggung dengan Bakar, karena Bakar mengungkit-ungkit masa lampau Ki Secamenggala yang dikenal orang sebagai bromocorah. Karena hal itu Sakarya memutuskan hubungan dengan kelompok Bakar. Sakarya tidak hanya melarang ronggeng Srintil berpentas di rapat-rapat umum, tetapi juga meminta pencabutan lambang partai. Akan tetapi, Bakar menanggapinya dengan sikap bersahaja. Dalam tempo singkat, Dukuh Paruk kembali ketradisinya yang sepi dan miskin. 

    Akan tetapi, kedamaian itu hanya sebentar, karena mereka kemudian kembali bergabung dengan kelompok Bakar setelah terkecoh oleh kerusakan cungkup makam Ki Secamenggala. Sakarya menduga kerusakan itu ulah kelompok Bakar yang sakit hati, tetapi kemudian beralih ke kelompok lain setelah menemukan sebuah caping bercat hijau di dekat pekuburan itu. Sayang, mereka tidak mampu membaca simbol itu. Dan Srintil pun semangat menari walaupun tariannya tidak seindah penampilannya yang sudah-sudah.

    Ternyata penampilan yang berlebihan itu merupakan akhir perjalanan Srintil sebagai ronggeng. Mendadak pasar malam bubar tanpa penjelasan apa pun dan banyak orang limbung, ketakutan, dan kebingungan, sehingga kehidupan terasa sepi dan mencekam. Berbagai peristiwa menjadikan orang-orang Dukuh Paruk ketakutan, tetapi tidak mengetahui cara-cara penyelesaiannya. Yang terpikir adalah melaksanakan upacara selamatan dan menjaga kampung dengan ronda setiap saat. 


    Keesokan harinya orang-orang Dukuh Paruk melepas langkah Kartareja dan Srintil yang berniat meminta perlindungan polisi di Dawuan. Tapi ternyata harapan berlindung kepada polisi itu berantakan, karena kepolisian dan tentara justru sudah menyimpan catatan nama Srintil yang terlanjur populer sebagai ronggeng rakyat yang mengibarkan bendera PKI.

    Srintil pulang ke Dukuh Paruk setelah dua tahun mendekam dalam tahanan politik dengan kondisi kejiwaan yang sangat tertekan. Ia berjanji menutup segala kisah dukanya selama dalam tahanan dan bertekad melepas predikat ronggengnya untuk membangun sebuah kehidupan pribadinya yang utuh sebagai seorang perempuan Dukuh Paruk, meskipun tidak mengetahui sedikitpun keberadaan Rasus. Tanpa sepengetahuan Srintil, Nyai Kartareja menghubungi Marsusi. Akibatnya, Srintil mengumpat kebodohan neneknya dan meratapi nasibnya sebagai perempuan yang terlanjur dikenal sebagai ronggeng. Untungah Srintil masih bisa mengelak perangkap Marsusi. 

    Selepas dari perangkap Marsusi, Srintil kembali mendapat tekanan dari lurah Pecikalan agar mematuhi kehendak Pak Bajus. Bajus hendak menikahi Srintil, sehingga Srintil berusaha mencintai Bajus. Tapi Srintil sangat kecewa, karena Bajus ternyata lelaki impoten yang justru hanya berniat menawarkannya kepada seorang pejabat proyek. Srintil pun mengalami goncangan jiwa dan akhirnya menderita sakit gila sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Rasus.
    DOWNLOAD NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK (PDF) - KLIK DI SINI

    Friday, May 11, 2012

    Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010

     





    Bangsa indonesia patut berbangga atas penghargaan yang diberikan UNESCO terhadap kekayaan budaya, yaitu wayang kulit, keris, dan batik. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan merupakan lembaga di bawah otoritas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Ditambah lagi satu penghargaan berupa sertifikat Best Practices untuk upaya pelestarian warisan budaya tak benda melalui pelatihan batik. Keempat sertifikat tersebut diserahkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono untuk kemudian diserahkan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik di Kantor Kementerian Kesra di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.

    Dalam acara penyerahan sertifikat tersebut juga hadir Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu; Ketua Harian Indonesia untuk UNESCO, Arif Rahman; dan perwakilan Menteri Pendidikan Nasional. (www.suaramerdeka.com)

    Pemerintah melalui Kementerian Kesra akan membentuk Kelompok Kerja Warisan Dunia untuk menangani situs warisan dunia dan mata budaya tak benda. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata memerintahkan agar seluruh rumah, gedung pemerintah maupun non pemerintah, hotel, dan kedutaan dihiasi ornamen batik, keris, dan wayang Indonesia. Perintah tersebut dimaksudkan demi mendorong pelestarian tiga warisan budaya yang sudah diakui dunia itu. Dikatakan Jero, salah satu upaya efektif dalam melestarikan ketiga warisan budaya tersebut adalah dengan sering memakai atau menggunakan ketiga warisan budaya. (www.suaramerdeka.com)

    Dengan pemberian sertifikat Best Practices, Indonesia akan memperoleh proyek elaborasi dari UNESCO untuk persiapan buku, film dan bahan pameran. UNESCO juga akan mengajak Indonesia road show keliling Indonesia untuk memperkenalkan batik. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya tak benda. Pada 25 September 2005, UNESCO mengukuhkan keris Indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia. Pada 7 November 2003 UNESCO juga memberikan pengakuan serupa pada wayang. (www.detik.com)

    Pada acara penyerahan sertifikat tersebut Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa memberikan kata sambutan. Hal ini sebagai simbolis penyerahan seritifikat tersebut dari Kementerian Luar Negeri RI kepada kepada Menko Kesra Agung Laksono yang diteruskan ke Menbudpar Jero Wacik.

    Tulisan ini berusaha menganalisis Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek gramatikal.
    Dalam sebuah wacana diperlukan kesatuan unsur-unsurnya dan kepaduan maknanya agar wacana tersebut menjadi kohesif dan koheren. Penanda kesatuan unsur dan kepaduan makna tersebut adalah aspek gramatikal dan aspek leksikal. Analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal dipelukan untuk mengetahui kadar kesatuan dan kepaduan sebuah wacana.


    Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010


    Analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek gramatikal meliputi: (1) pengacuan (referensi), (2) penyulihan (subtitusi), (3) pelesapan (ellipsis), dan (4) perangkaian (konjungsi).

    1. Referensi (Pengacuan)
    Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Pengacuan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. (Sumarlam, 2008: 23-24)

    Berikut ini analisis penanda referensi terhadap Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010.

    a. Pengacuan Persona
    Pengacuan persona dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona pertama, kedua, dan ketiga, baik yang tunggal maupun jamak.

    1) Pengacuan Persona Pertama
    Pengacuan persona pertama tunggal tidak ditemukan dalam wacana.
    Pengacuan persona pertama jamak ditemukan dalam wacana dengan ditandai pronomina persona kami dan kita. Pronomina persona kami ditemukan sebanyak 4 buah yaitu pada data: (D/4), (D/8), (E/8), dan (F/2) berikut ini.

    • (1) Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan. (D/4) 
    • (2) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) 
    • (3) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia.
    • (4) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
    Pronomina persona kami pada data (1), (2), (3) dan (4) mengacu pada penutur yaitu Menteri Luar Negeri, Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Se yang mewakili Kementerian Luar Negeri. Sehingga pronomina persona kami tersebut mengacu pada Kementerian Luar Negeri.

    Pronomina persona kita ditemukan sebanyak 12 buah yaitu pada data: (B/1), (C/2), (C/3), (C/4), (C/5), (E/2), (E/6), dan (E/7) berikut ini. Berikut beberapa data yang menggunakan pronomina persona kita.

    • (5) Salam sejahtera bagi kita semua, (B/1) 
    • (6) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
    • (7) Kita telah menerima 3 sertifikat ”warisan budaya tak-benda dan kemanusiaan” (Intangible Cultural Heritage and Humanity) dari UNESCO untuk wayang, keris dan batik. (C/3) 
    • (8) Sebagai bangsa yang bhinekka, masih banyak kekayaan budaya kita lainnya yang layak mendapat pengakuan dunia. (E/2)
    Pronomina persona kita pada data (5) mengacu pada penutur yaitu Menteri Luar Negeri dan mitra tutur yaitu hadirin. Pada data (6) terdapat 4 pronomina persona kita. Pronomina persona kita ketiga awal (Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya, kita...) mengacu pada pembicara dan hadirin, sedangkan pronomina persona kita yang keempat (kita, bangsa Indonesia) mengacu bukan hanya pada pembicara dan hadirin tetapi mengacu pada bangsa Indonesia secara keseluruhan sebagaimana unsur tersebut disebutkan setelah penyebutan pronomina persona kita tersebut. Pronomina persona kita pada data (7) dan (8) mengacu pada bangsa Indonesia.

    2) Pengacuan persona kedua
    Pengacuan persona kedua tunggal tidak ditemukan dalam wacana.
    Pengacuan persona kedua jamak ditemukan dalam wacana dengan ditandai pronomina persona hadirin sekalian. Pronomina persona hadirin sekalian ditemukan sebanyak 4 buah yaitu pada data: (C/1), (D/1), (E/1) dan (F/1) berikut ini.

    • (9) Bapak, Ibu dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1) / (D/1) / (E/1) / (F/1)
    Pronomina persona hadirin sekalin pada data (9) mengacu pada mitra tutur yaitu hadirin pada acara Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010.

    3) Pengacuan persona ketiga
    Pengacuan persona ketiga tunggal ditemukan dalam wacana dengan penanda -Nya, yaitu pada data (C/2) berikut. 
    • (10) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
    Pronomina persona -Nya pada data (10) mengacu pada unsur yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

    Pengacuan persona ketiga jamak tidak ditemukan dalam wacana. 


    b. Pengacuan Demonstratif
    Pengacuan demonstratif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional).

    1) Pronomina Demonstratif Waktu
    Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan waktu netral.

    Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu kini dalam wacana ditemukan dengan penanda ini. Ditemukan 2 pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu kini yaitu pada data (C/2), dan (F/2).

    • (11) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
    • (12) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
    Pronomina demonstratif waktu ini pada data (11) mengacu pada waktu acara Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 saat tuturan itu dituturkan oleh pembicara. Sedangkan Pronomina demonstratif waktu ini pada data (12) mengacu pada hari tuturan itu dituturkan oleh pembicara, yaitu pada tanggal 5 Februari 2010.

    Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu lampau dalam wacana ditemukan dengan penanda kemarin. Ditemukan 1 pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu lampau dengan penanda kemarin yaitu pada data (D/5).

    • (13) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5)
    Pronomina demonstratif waktu kemarin pada data (13) mengacu pada hari sebelumnya yaitu pada hari diadakan Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri.

    Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu akan datang tidak ditemukan dalam wacana.
    Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu netral tidak ditemukan dalam wacana.

    2) Pronomina Demonstratif Tempat
    Pronomina demonstratif tempat ada yang mengacu pada tempat yang dekat dengan pembicara, agak jauh dengan pembicara, jauh dengan pembicara, dan menunjuk tempat secara eksplisit.

    Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang dekat dengan pembicara ditandai dengan unsur ini. Dalam wacana penanda ini ditemukan sebanyak 3 pada data: (C/5), (D/2), dan (F/2).

    • (14) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5) 
    • (15) Empat sertifikat ini tidak lain merupakan buah dari upaya bersama seluruh elemen bangsa dalam memastikan kepemilikan Indonesia atas ketiga produk budaya tersebut. (D/2) 
    • (16) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
    Pronomina demonstratif tempat ini pada data (14), (15), dan (16) mengacu pada benda yang ditunjuk atau dimaksudkan oleh penutur yaitu berupa sertifikat penghargaan dari UNESCO.

    Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang agak jauh dengan pembicara tidak ditemukan dalam wacana.
    Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang jauh dengan pembicara tidak ditemukan dalam wacana.

    Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat secara eksplisit ditemukan 1 buah yaitu Indonesia pada data (B/2) berikut.

    • (17) Yang Terhormat Bapak Agung Laksono, Menko Kesra Republik Indonesia, (B/2)

    c. Pengacuan Komparatif
    Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohasi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, watak, perilaku, dan sebagainya.

    Dalam wacana ditemukan 1 pengacuan komparatif yang ditandai dengan adanya unsur sebagaimana pada data (D/5) berikut.

    • (18) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5)
    Penanda pengacuan komparatif sebagaimana pada data (18) mempersamakan antara tuturan yang disampaikan pembicara, yaitu data (D/4) (Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan) dengan konsep yang disampaikan oleh Presiden RI, yaitu pada data (D/5) (Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi).

    2. Subtitusi (Penyulihan)

    Subtitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Subtitusi dibedakan menjadi subtitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. (Sumarlam, 2008: 28)

    a. Subtitusi Nominal

    Subtitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina. Dalam wacana ditemukan 4 subtitusi nominal, yaitu: sertifikat dan pengakuan; kekayaan dan khasanah; bangsa dan Indonesia; kesungguhan dan jerih payah. Subtitusi nominal tersebut dapat dilihat pada data berikut.

    • (19) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5) 
    • (20) Empat sertifikat ini tidak lain merupakan buah dari upaya bersama seluruh elemen bangsa dalam memastikan kepemilikan Indonesia atas ketiga produk budaya tersebut. (D/2) 
    • (21) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3) 
    • (22) Pendek kata, pengakuan harus diraih melalui jerih payah. (E/4) 
    • (23) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8)
    Sertifikat disubtitusikan dengan pengakuan pada data (19) di atas. Sertifikat mempunyai makna pengakuan. Kekayaan dan khasanah mempunyai arti yang sama. Nomina kesungguhan disubtitusikan dengan frasal jerih payah. Bangsa disubtitusikan dengan Indonesia. Penyulihan atau subtitusi dalam wacana tersebut berfungsi untuk menghadirkan variasi bentuk.

    b. Subtitusi Verbal
    Subtitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verbal dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verbal.

    Dalam wacana ditemukan 1 subtitusi verbal, yaitu: memperkenalkan dan mempromosikan yaitu pada data (E/8) berikut.

    • (24) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8) 

    c. Subtitusi Frasal
    Subtitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
    Dalam wacana ditemukan banyak subtitusi verbal yaitu pada data berikut.

    • (25) Yang Terhormat Bapak Agung Laksono, Menko Kesra Republik Indonesia, (B/2) 
    • (26) Yang Terhormat Bapak Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, (B/3) 
    • (27) Yang Terhormat Ibu Marie Pangestu, Menteri Perdagangan RI, (B/4) 
    • (28) Yang Terhormat Bapak Dermawan Kunaefi, Wakil RI untuk UNESCO, (B/5) 
    • (29) Yang Terhormat, para anggota Kelompok Kerja Warisan Dunia, (C/6) 
    • (30) Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1)
    Pada data (25), (26), (27), dan (28) masing-masing penyebutan nama diri disubtitusikan dengan penyebutan jabatan, yaitu: Bapak Agung Laksono disubtitusikan dengan Menko Kesra Republik Indonesia (B/2), Bapak Jero Wacik disubtitusikan dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (B/3), Ibu Marie Pangestu disubtitusikan dengan Menteri Perdagangan RI (B/4), Bapak Dermawan Kunaefi disubtitusikan dengan Wakil RI untuk UNESCO (B/5).

    Keempat subtitusi tersebut pada data (25), (26), (27), dan (28) ditambah data (29) para anggota Kelompok Kerja Warisan Dunia disubtitusikan dengan frasa pada data (30) yaitu Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian. 
    • (31) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
    Pada data (31) frasa Allah SWT disubtitusikan dengan frasa Tuhan Yang Maha Esa.
    • (32) Kita telah menerima tiga sertifikat Warisan Budaya Tak-Benda dan Kemanusiaan” (Intangible Cultural Heritage and Humanity) dari UNESCO untuk wayang, keris, dan batik. (C/3) 
    • (33) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8)
    Pada data (32) frasa tiga sertifikat disubtitusikan dengan frasa wayang, keris, dan batik serta frasa Warisan Budaya Tak-Benda dan Kemanusiaan disubtitusikan dengan penyebutannya dalam bahasa Inggris yaitu frasa Intangible Cultural Heritage and Humanity. Sedangkan pada data (33) kata kami disubtitusikan dengan frasa Kementerian Luar Negeri.

    Subtitusi dalam wacana terdapat dalam data: (B/2), (B/3), (B/4), (B/5), (C/1), (C/2), (C/3), dan (E/8). Masing-masing data terdapat 1 subtitusi kecuali data (C/3) yang memuat 2 subtitusi. Sehingga total subtitusi dalam wacana adalah sebanyak 9 buah.

    d. Subtitusi Klausal
    Subtitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lain yang berupa kata atau frasa.

    Dalam wacana ditemukan 2 subtitusi klausal yaitu pada data (D/4) dan (D/6). Masing-masing subtitusi tersebut mengacu pada klausa atau kalimat yang disebutkan sebelumnya.

    • (34) Secara bahu membahu, semua dari elemen bangsa baik para pengrajin, budayawan, akademisi, pelaku pariwisata, media massa, dan Pemerintah, termasuk berbagai Perwakilan RI di luar negeri, telah berkolaborasi dalam meraih pengakuan ini. (D/3) 
    • (35) Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan. (D/4) 
    Kalimat pada data (34) disubtitusikan dengan frasa upaya bersama pada data (35). Upaya bersama yang dimaksud oleh pembicara tersebut mengacu pada penjelasannya pada kalimat sebelumnya yaitu pada data (34).
    • (36) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5) 
    • (37) Karena hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita. (D/6)
    Kalimat pada data (36) yaitu Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi disubtitusikan dengan frasa hal itu pada data (37).


    3. Ellipsis
    Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan selebumnya. Berikut analisis wacana dari aspek ellipsis.

    • (38) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
    Pada data (38) ada pelesapan unsur marilah kita panjatkan sebelum penyebutan unsur syukur. Apabila ditulis lengkap maka akan didapat kalimat: Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan marilah kita panjatkan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia.

    Dalam analisis wacana ini ellipsis tersebut ditulis sebagai berikut.

    • Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan ø syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia.

    Selain pada data di atas pelesapan juga terjadi pada data (D/8), (E/3), dan (E/8).

    • (39) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan ø penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) (ø = kami menyampaikan)
    • (40) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan ø melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3)  (ø = kesungguhan dari suatu bangsa untuk)
    • (41) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan ø mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8) (ø = kami akan terus)
    Dari hasil analisis di atas, total ellipsis dalam wacana adalah sebanyak 4 buah.


    4. Konjungsi
    Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Dilihat dari segi maknanya perangkaian unsur dalam wacana dibedakan menjadi antara lain: sebab-akibat, pertentangan, kelebihan, perkecualian, konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, harapan, urutan, perlawanan, waktu, syarat, dan cara. (Sumarlam, 2008: 32-33)

    Berikut analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek konjungsi.

    a. Sebab-Akibat
    Konjungsi sebab-akibat dalam wacana ditandai dengan penanda karena. Penanda konjungsi karena ditemukan sebanyak 5 kata yaitu pada data (C/2), (D/6), (D/8), (E/6), dan (F/2). Berikut contoh data dalam wacana yang menggunakan penanda konjungsi karena.

    • (42) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
    • (43) Karena hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita. (D/6)
    Konjungsi karena pada data (42) menyatakan hubungan sebab-akibat antara klausa atas perkenan-Nya sebagai sebab dan klausal kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia sebagai akibat.

    Pada data (43) konjungsi karena menyatakan hubungan sebab-akibat antara kalimat hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita sebagai sebab dan kalimat Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi (pada data (D/5) sebagai akibat.

    b. Pertentangan
    Dalam wacana kojungsi pertentangan ditandai dengan kata namun. Terdapat 1 konjungsi namun yaitu pada data (C/5) berikut.

    • (44) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5)

    c. Penambahan
    Konjungsi penambahan di dalam wacana ditandai dengan penanda dan dan juga. Dalam wacana ditemukan konjungsi dan sebanyak 16 kata, yaitu pada data: (B/3), (C/1,2,3,4), (D/1,3,8), (E/1,3,8), dan (F/1,2). Konjungsi juga ditemukan dalam wacana sebanyak 2 kata, yaitu pada data: (C/5), (D/5).

    Berikut ini contoh data yang menggunakan konjungsi dan dan juga.

    • (45) Yang Terhormat Bapak Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, (B/3) 
    • (46) Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1) 
    • (47) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5)

    d. Syarat
    Dalam wacana kojungsi syarat ditandai dengan kata apabila. Terdapat 1 konjungsi apabila yaitu pada data (E/5) berikut. 
    • (48) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3)
    Pada data (48) konjungsi syarat apabila menghubungkan klausa pengakuan dunia hanya akan diberikan sebagai hasil dan klausa terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya sebagai syarat.

    e. Cara
    Dalam wacana kojungsi cara ditandai dengan kata secara. Terdapat 4 konjungsi secara yaitu pada data (C/5), (D3), (D/8), dan (F/2). 
    • (49) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) 

    f. Kelebihan
    Konjungsi kelebihan ditandai dengan penanda malah. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi kelebihan.

    g. Perkecualian
    Konjungsi perkecualian ditandai dengan penanda kecuali atau selain. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi perkecualian.

    h. Konsesif
    Konjungsi konsesif ditandai dengan penanda meskipun, walapun, atau kendatipun. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi konsesif.

    i. Tujuan
    Konjungsi tujuan ditandai dengan penanda agar atau supaya. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi tujuan.
     
    j. Pilihan
    Konjungsi pilihan ditandai dengan penanda atau atau apa. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi pilihan.

    k. Harapan
    Konjungsi harapan ditandai dengan penanda moga-moga atau semoga. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi harapan.

    l. Urutan
    Konjungsi urutan ditandai dengan penanda lalu, terus, atau kemudian. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi urutan.

    m. Perlawanan

    Konjungsi perlawanan ditandai dengan penanda sebaliknya. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi perlawanan.

    n. Waktu

    Konjungsi waktu ditandai dengan penanda setelah, sesudah, usai atau selesai. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi waktu.


    Dari hasil analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010, dapat menyimpulkan bahwa untuk menciptakan sebuah kepaduan wacana tersebut terdapat adanya penanda kohesi gramatikal yang terdiri dari pengacuan, subtitusi, ellipsis, dan konjungsi. 
    Aspek pengacuan terdiri dari pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. Pengacuan persona paling dominan ditemukan dalam wacana. Subtitusi digunakan dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda, menghilangkan kemonotonan, dan variasi bentuk. Subtitusi yang paling dominan dalam wacana adalah subtitusi frasal. Ellipsis hanya ditemukan sedikit dalam wacana. Konjungsi yang dominan dalam wacana adalah konjungsi penambaan yang ditandai dengan penanda dan dan juga.


    DAFTAR PUSTAKA
    Detikcom. 2010. “Sertifikat Keris, Wayang dan Batik dari UNESCO Diserahkan ke Menko Kesra”. (http://www.detik.com diakses tanggal 20 Desember 2010)

    Konsulat Jenderal Republik Indonesia. 2010. “Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010”. (Online http://www.kjriffm.de diakses tanggal 20 Desember 2010)

    Sumarlam (Ed). 2008. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra

    Suara Merdeka. 2010. “Indonesia Terima 4 Sertifikat Warisan Budaya UNESCO”. (http://www.suaramedia.com diakses tanggal 20 Desember 2010)




    Lampiran
    Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010

    (A)
    1. Bismillaahirrahmaanirrahiim,
    2. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh, 
    3. Salam sejahtera untuk kita semua,

    (B)
    1. Yang saya hormati Ketua MPR RI, Bapak Taufik Kiemas,
    2. Yang saya hormati para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, 
    3. Yang saya hormati para mantan Menteri Pendidikan, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para pimpinan perguruan tinggi, para pendidik, guru besar, guru, mahasiswa, dan siswa yang saya cintai, dan segenap pejuang, dan pencinta pendidikan di seluruh tanah air yang saya banggakan, 
    4. Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena kepada kita masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan kontribusi kita kepada pembangunan bangsa, utamanya pembangunan pendidikan nasional. 
    5. Semoga puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2010 ini, dapat meningkatkan tanggung jawab dan komitmen kita semua dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. 
    6. Saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pemimpin dan pengelola pendidikan. 
    7. Kepada para guru dan para pembimbing, kepada kalangan dunia usaha dan masyarakat luas, yang juga terus berkontribusi dalam dunia pendidikan. 
    8. Kepada para pengelola dan guru Sekolah-sekolah Luar Biasa, dan tentu saja kepada orang tua murid yang juga melakukan bimbingan di luar sekolah.

    (C)
    1. Hadirin yang saya hormati,
    2. Tadi kita saksikan pemberian tanda penghargaan kepada mereka yang memiliki dedikasi yang tinggi serta mereka-mereka yang memiliki prestasi yang luar biasa. 
    3. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah saya mengucapkan selamat atas prestasi dan penghargaan yang diraih itu. 
    4. Jadilah pahlawan-pahlawan pendidikan yang sejati. 
    5. Saya menyampaikan rasa hormat kepada semua para pejuang dan pecinta pendidikan yang bekerja keras di seluruh tanah air. 
    6. Dengan harapan, semoga jasa Saudara benar-benar bisa mempercepat peningkatan kualitas pendidikan kita. 
    7. Juga hormat dan penghargaan saya kepada anak-anak yang berprestasi, dengan pesan dan harapan, jaga dan kembangkan apa yang telah kalian raih untuk mencapai sukses yang lebih besar lagi di masa depan.

    (D)
    1. Hadirin sekalian yang saya muliakan,
    2. Di berbagai kesempatan, kita semua, termasuk saya, telah membicarakan hal-hal yang mendasar dalam dunia pendidikan. 
    3. Misalnya, tentang infrastruktur fisik pendidikan, tentang kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi, tentang sasaran-sasaran yang perlu dicapai oleh dunia pendidikan, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun di dalam membentuk watak dan nilai pada anak didik, termasuk kualitas dan kesejahteraan para pendidik, para guru besar, para dosen, para guru dan semua pihak yang mengelola pendidikan di negeri kita. 
    4. Dan apa yang kita bahas dan diskusikan itu telah kita tuangkan dalam berbagai instrumen, apakah undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah. 
    5. Hal-hal yang bersifat upaya peningkatan kesejahteraan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan negara juga telah kita berikan. 
    6. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, saya ingin menyampaikan yang berbeda, sebagai satu refleksi tentang hari pendidikan yang penting ini, sekaligus untuk memastikan bahwa arah pembangunan pendidikan ini di negeri kita menuju ke arah yang benar.

    (E)
    1. Saudara-saudara,
    2. Secara singkat, saya ingin mengedepankan lima topik, lima isu penting dalam dunia pendidikan. 
    3. Pertama adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak, atau yang kita kenal dengan character building. 
    4. Yang kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan setelah seseorang selesai mengikuti pendidikan itu. 
    5. Yang ketiga, kaitan pendidikan dan lapangan pekerjaan, yang ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun mendatang. 
    6. Yang keempat, bagaimana kita membangun masyarakat berpengetahuan atau knowledge society, yang kita mulai dalam meningkatkan basis pengetahuan masyarakat. 
    7. Dan yang kelima atau yang terakhir, bagaimana kita bisa membangun budaya inovasi, the culture of innovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar menjadi negara yang maju di abad 21 ini. 
    8. Lima hal itulah yang secara ringkas ingin saya sampaikan dan saya tujukan kepada semua pengelola pendidikan bahkan segenap pemangku kepentingan di negeri ini. 
    9. Pertama Saudara-saudara, sebelum saya masuk kepada lima hal tadi, saya ingin mengajak Saudara memahami perkembangan dunia saat ini, termasuk perkembangan negeri kita di tengah-tengah dunia yang terus berubah. 
    10. Dengan demikian, apapun yang kita lakukan termasuk pembangunan di bidang pendidikan tidak akan kehilangan arah, karena sesuai dengan apa yang tengah terjadi pada dunia kita dan pada negeri kita.

    (F)
    1. Saudara-saudara,
    2. Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini, baik di tingkat nasional maupun di tingkat global, dapat saya sampaikan sebagai berikut. 
    3. Kita sekarang hidup dalam era globalisasi, universalisasi, era informasi canggih, dan juga alam demokrasi. 
    4. Dalam keadaan dunia dan negeri kita seperti itu, kita menghadapi tantangan-tantangan baru, misalnya perubahan iklim yang sering mendatangkan bencana, berkembangnya berbagai penyakit menular yang bisa melanda bangsa manapun di dunia ini. 
    5. Tiba-tiba kita berhadapan dengan permasalahan pangan, energi, dan air, karena kebutuhan yang luar biasa pada tingkat dunia, sedangkan sumber-sumber itu tidak bertambah sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang kini telah mencapai 6,6 miliar manusia. 
    6. Kemudian tantangan yang lain, ekonomi dunia tiba-tiba sekarang ini rentan krisis. 
    7. Krisis bisa terjadi setiap saat, krisis yang dialami oleh satu negara dengan cepat bisa melanda negara-negara yang lain. 
    8. Kemudian, belum kejahatan yang makin beragam, kejahatan narkotika, perdagangan manusia, terorisme, dan sebagainya. 
    9. Itulah dunia kita, itulah tantangan-tantangan yang kita hadapi.

    (G)
    1. Namun, Saudara-saudara, dunia dan negeri kita ini bukan hanya menghadirkan tantangan, ancaman, tetapi juga peluang atau opportunity.
    2. Kalau kita cerdas dan arif mendapatkan peluang ini, kita akan menjadi bangsa yang beruntung. 
    3. Peluang yang ingin saya sampaikan antara lain adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi bagi yang mendayagunakannya secara bijak dan tepat akan membawa manfaat. 
    4. Kerja sama ekonomi makin terbuka, kalau kita bisa meningkatkan daya saing perekonomian kita, kita juga mendapatkan manfaat. 
    5. Muncul solidaritas global, kesetiakawanan dunia terhadap negara-negara yang terkena musibah bencana misalnya, apa ada krisis kemanusiaan. 
    6. Ingat, waktu kita mengalami musibah tsunami di Aceh dan Nias dalam skala yang besar ataupun gempa di Jogja dan Klaten misalnya. 
    7. Negara-negara lain, bangsa-bangsa sedunia datang untuk membantu kita. 
    8. Indonesia pun membantu negara-negara lain yang mengalami hal yang sama.

    (H)
    1. Semua itu adalah peluang untuk banyak lagi yang harus kita dapatkan secara cerdas dan bijak.
    2. Oleh karena itu, dalam iklim dan alam seperti ini, jenis perjuangan, struggle of life, dan persaingan di antara bangsa-bangsa, bahkan di antara warga masyarakat adalah perjuangan untuk hidup, to survive. 
    3. Mungkin kita tidak begitu merasakan, tapi bagi negara-negara yang sangat miskin, yang tiap hari berjuang untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, perkembangan seperti ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidupnya. 
    4. Kemudian perjuangan yang lain, kompetisi yang lain adalah untuk mendapatkan pekerjaan atau profesi dan kemudian untuk sukses, baik sebagai bangsa, maupun sebagai individu orang-seorang. 
    5. Saudara pasti tahu dan setuju dengan saya, menghadapi dunia seperti ini, tentu kita harus meningkatkan human capital kita dan meningkatkan daya saing kita. 
    6. Dan kita bisa menyimpulkan yang akan survive dalam arti luas, dan yang akan menang dan sukses dalam era seperti ini adalah, saya boleh mengedepankan dua hal, mereka yang berpengetahuan dan berketerampilan, knowledge and skills. 
    7. Knowledge sendiri tidak cukup pengetahuan itu, tapi skills, keterampilan di berbagai cabang profesi.
    8. Dan yang kedua adalah mereka yang berkarakter kuat, baik bangsa, maupun individu.

    (I)
    1. Hadirin yang saya hormati,
    2. Lima hal tadi yang saya sampaikan secara ringkas adalah sebagai berikut. 
    3. Pertama, sesuai dengan tema Hardiknas tahun ini tentang character building. 
    4. Character building tentu bukan hanya tugas dunia pendidikan, tugas bangsa secara keseluruhan. 
    5. Tetapi, kalau saya harus kaitkan dengan pendidikan, maka saya bisa menyampaikan hal-hal sebagai berikut. 
    6. Yang disebut yang berkarakter kuat dan baik adalah, baik perseorangan atau masyarakat, atau bahkan bangsa adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. 
    7. Yang kedua juga mereka yang memiliki kepribadian, kemandirian, keyakinan diri, dan disiplin yang baik pula. 
    8. Mereka yang memiliki semangat, bersikap optimis, dan berpikir positif, sehingga energi yang dibawa juga energi positif. 
    9. Mereka yang ulet, tegar, tidak mudah menyerah, tidak cengeng, dan gigih mengatasi masalah. 
    10. Dan mereka yang toleran terhadap yang lain, menghargai yang lain, rukun dengan saudara-saudaranya, utamanya sebangsa dan setanah air. 
    11. Dan yang tidak kalah pentingnya sebagai negara yang merdeka karena perjuangan kita semua adalah perlunya menjaga patriotisme dan nasionalisme, cinta tanah air dan cinta bangsa. 
    12. Pertanyaannya adalah bagaimana kita membentuk manusia, anak didik kita memiliki karakter seperti itu.

    (J)
    1. Pertama-tama dengan pelajaran yang sering diajarkan yang bersifat teori, tapi itu menurut saya baru sekitar 30%.
    2. Harus diimbangi dengan praktek dan pembiasaan-pembiasaan untuk berdisiplin, untuk tidak mudah menyerah, untuk menghargai yang lain, dan sebagainya. 
    3. Juga diperlukan contoh dan tauladan dari semua. 
    4. Kalau pendidikan ya dari pimpinan sekolah, para guru yang tiap hari bertemu, yang berinteraksi setiap saat. 
    5. Mereka harus menjadi contoh, menjadi role model. 
    6. Kemudian perbanyak, makin tinggi pendidikan itu, studi kasus ataupun latihan-latihan, seperti outbound training. 
    7. Itu juga character building, leadership training yang sangat diperlukan.

    (K)
    1. Saudara-saudara,
    2. Kalau saya berkunjung ke SD, SMP, Saudara sering mendampingi saya. 
    3. Sebelum saya presentasikan sesuatu yang jauh, yang maju, yang membanggakan, saya lihat dulu ada nggak tumbuh-tumbuhan supaya tidak krontang di situ. 
    4. Kebersihan secara umum, ketertiban secara umum, sebab kalau anak kita TK, SD, SMP, selama sepuluh tahun lebih, tiap hari berada dalam lingkungan yang bersih, lingkungan yang tertib, lingkungan yang teratur, itu ada values creation, ada character building dari segi itu. 
    5. Ini bisa kita lakukan semuanya itu dengan sebaik-baiknya tempat-tempat pembuangan sampah, tong-tong sampah. 
    6. Saya lihat kamar mandi dan WC-nya bersih tidak, bau tidak, airnya ada tidak. 
    7. Character building yang bersifat kebangsaan, ketanahairan, saya kira sudah mulai dilupakan oleh kita semua. 
    8. Saya mengajak, marilah kita revitalisasikan, di sini ada pak Sumarno Sudarsono, yang saya tahu lebih dari 30 tahun memfokuskan diri untuk pembangunan karakter atau character building. 
    9. Tentu tidak cukup hanya beliau sendiri, harus banyak lagi di negeri kita ini yang tekun, yang gigih, yang rajin untuk mengajak kita semua memiliki karakter yang baik, termasuk patriotisme dan nasionalisme kita.

    (L)
    1. Saudara-saudara,
    2. Itu pertama. 
    3. Yang kedua, bagaimana pendidikan dan kesiapan dalam kehidupan. 
    4. Saya meminta atensi Mendiknas, saya minta atensi para pendidik dan para guru sekalian. 
    5. Begini, kadang-kadang kurikulum, mata ajaran, metodologi di SD, SMP utamanya pendidikan dasar dan kemudian juga SMA dalam batas tertentu, itu sebagian kena, sebagian belum memenuhi apa yang kita harapkan. 
    6. Bagaimana seseorang yang sudah mengenyam pendidikan 10 tahun, apa yang ada dalam pikirannnya, apa yang ada dalam hatinya, bagaimana perilaku sehari-harinya? 
    7. Saya ingin mengajak kita semua back to basic. 
    8. Memang kita harus menuju pendidikan yang super modern, yang maju, yang tepat zaman, tapi jangan dilupakan hal-hal yang elementer, yang fundamental, yang basic tadi. 
    9. Begini, katakanlah anak SD, SMP di pelosok-pelosok tanah air kita, ataupun di kota-kota besar, ataupun dimanapun, maka dia harus siap ketika masuk ke lingkungan masyarakat atau hidup dalam kehidupan masyarakat, selamat dari ancaman penyakit-penyakit menular. 
    10. Oleh karena itu, kurikulum SD, SMP harus diajari, diajarkan, bagaimana kita hidup sehat terbebas dari penyakit-penyakit yang setiap saat bisa datang.

    (M)
    1. Harus tahu, banyak yang sakit karena tidak tahu kalau itu menular, kalau itu bisa jadi wabah, dan sebagainya.
    2. Juga bagaimana hidup hemat terhadap energi, terhadap air, terhadap pangan, sejak awal untuk tidak berperilaku boros. 
    3. Agar dapat pekerjaan suatu saat, anak-anak diajarkan, kalian harus punya keterampilan, harus punya pengetahuan, sesuai dengan apa yang kalian cita-citakan. 
    4. Mereka harus tahu, mencari pekerjaan tidak mudah, persaingan akan keras. 
    5. Oleh karena itu diperlukan keuletan, yang saya sebut dengan karakter yang kuat tadi itu. 
    6. Kemudian suatu saat dia masuk dalam alam demokrasi, dimana-mana ada kebebasan, kepada mereka diajarkan, berpikir kritis, daya kritis, ketika mendengar, melihat dalam era kebebasan itu, dia bisa tahu mana-mana yang tepat dan mana-mana yang tidak tepat. 
    7. Pendek kata, kita harus mempersiapkan mereka untuk siap menghadapi dan menjalani kehidupannya. 
    8. Tidak boleh ada gap apa yang diajarkan dalam pendidikan dasar dengan apa yang akan mereka alami dalam kehidupan keluarganya, di masyarakatnya, dan di tingkat bangsa dan negaranya. 
    9. Itu yang kedua.

    (N)
    1. Yang ketiga, pendidikan dan lapangan pekerjaan.
    2. Tidak terlalu sulit di sini, saya minta, sejak SD, SMP, dikenalkan, diorientasikan, profesi itu apa saja. 
    3. Saya punya buku satu set, bagaimana kalau yang ingin menjadi dokter, seperti apa sih profesi dokter itu, montir, petani, tentara, polisi, sebanyak mungkin. 
    4. Dengan demikian anak-anak kita sejak awal kalau ingin jadi penerbang, atau ingin jadi peneliti, atau ingin jadi pedagang, mengerti seluk beluk tentang profesi itu. 
    5. Kemudian komposisi yang tepat Mendiknas, pendidikan umum, pendidikan kejuruan, teori, dan praktek. 
    6. Itu juga cara mendekatkan pendidikan dengan lapangan pekerjaan, dan perlu sinergi, lembaga pendidikan, lapangan pekerjaan atau pasar tenaga kerja, dan pemerintah. 
    7. Jangan sampai sebuah provinsi sudah terlalu banyak sarjana politik, sudah terlalu banyak ahli pertanian, yang didorong itu semua, sehingga pengangguran makin meningkat, padahal ahli perikanan kurang. 
    8. Kemudian mereka yang bergerak di bidang hukum kurang misalnya. 
    9. Jadi ada korelasi antara lapangan pekerjaan, pasar tenaga kerja dengan apa yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan tiap tahunnya. 
    10. Di sinilah perlu sinergi, disinilah perlu semacam tri partit yang lain, schools, labour market, dengan the government, baik pusat maupun daerah. 
    11. Kemudian satu lagi, ini menjadi gerakan di seluruh dunia yang disebut life long education for all. 
    12. Dalam era globalisasi, pekerjaan itu bertambah banyak. 
    13. Orang yang tadinya ahli pertanian, bisa jadi, ah saya kok ingin masuk ke profesi yang baru itu. 
    14. Dia bisa belajar mungkin vocational training, pendidikan kejuruan, latihan-latihan di BLK, dan sebagainya. 
    15. Itu termasuk bagian dari life longeducation for all. Itu yang ketiga.

    (O)
    1. Yang keempat adalah bagaimana kita menuju masyarakat berpengetahuan atau knowledge society.
    2. Mengapa kita perlu masyarakat kita mesti meningkat basis pengetahuannya? 
    3. Ya agar mereka siap masuk dalam kehidupan ekonomi, kehidupan politik, kehidupan sosial, dan hubungan internasional. 
    4. Kita tidak ingin Saudara-saudara, di negeri kita sudah ada internet, ada e-mail, ada website, ada dunia maya, ada teknologi informasi yang super canggih. 
    5. Tetapi keluar sedikit kita di pedalaman, di daerah, ada gap, ada kesenjangan yang luar biasa. 
    6. Gap inilah yang tidak baik karena bisa menimbulkan masalah ketidakadilan atau ketidaktenteraman dalam kehidupan bermasyarakat. 
    7. Oleh karena itulah, angkat semua masyarakat dimanapun, di perkotaan, di pinggir perkotaan atau pun di pedesaan, semua ditingkatkan basis pengetahuannya, termasuk perlunya pendidikan kewarganegaraan, citizenship yang aplikatif, dengan metode pengajaran yang tepat, jangan yang teoritis, yang setelah itu tidak punya bayangan yang kuat bagaimana menjadi warga negara yang baik, bagaimana ikut pemilu yang baik, bagaimana ikut pilkada yang baik, dan sebagainya.

    (P)
    1. Saudara-saudara,
    2. Ciri masyarakat yang berpengetahuan, ini penting, para educators, para Rektor, para pimpinan lembaga pendidikan, adalah mereka yang menguasai IPTEK, yang menguasai informasi, yang punya daya kritis dan common sense, yang memiliki pengetahuan dan kesiapan memilih profesi mau jadi apa dia, mau kerja di mana. 
    3. Orang yang punya common sens, yang punya the power of reason, tidak mudah percaya kepada yang irasional, tahayul, rumor yang tidak berdasar, dan sebagainya. 
    4. Mari kita bangun daya kritis, the power of reason, basis pengetahuan masyarakat kita. 
    5. Dengan demikian, ada apapun, mereka punya ketahanan, punya resilience untuk menghadapi semuanya itu. 
    6. Mari kita bangun masyarakat berpengetahuan, dimulai dari meningkatkan basis pengetahuan masyarakat kita, menyeluruh, merata di seluruh tanah air. 
    7. Yang kelima, atau yang terakhir adalah membangun budaya inovasi. Inovasi, termasuk inovasi teknologi adalah penting untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh negeri kita maupun oleh dunia. 
    8. Dengan inovasi, kita akan meningkatkan produktifitas perekonomian kita. 
    9. Kalau produktif, maka pendapatan negara tinggi, pendapatan orang-seorang juga tinggi. 
    10. Kita bisa mengatasi krisis pangan, krisis energi, krisis air, krisis lingkungan, karena technological innovation, inovasi teknologi. 
    11. Kita akan hidup makin efisien, tidak boros, karena ada perangkat, ada mesin, ada fasilitas yang membikin efisien kehidupan kita ini. 
    12. Pemerintahan, pendidikan, dunia usaha akan semakin efisien dan efektif karena sesuatu yang inovatif yang kita lakukan.

    (Q)
    1. Nah, khusus pendidikan, Pak Nuh dan Saudara-saudara, saya ingin Saudara juga menyumbang bagaimana membikin anak-anak kita memiliki benih-benih inovasi yang bisa dikembangkan di masa depan.
    2. Dengan membangun, berkali-kali saya sampaikan intellectual curiosity. 
    3. Jangan guru berkata, murid mendengar, harus diubah. 
    4. Murid makin aktif, dikasih pekerjaan rumah untuk membangun imajinasi mereka, the power of imagination. 
    5. Biarkan ia kreatif, mencari-cari, ngarang-ngarang, tapi yang sifatnya konstruktif. 
    6. Metode teaching as enquiry learning, diterapkan di banyak negara, harus kita masuki enquire. 
    7. Ingin tahu, mengapa tiba-tiba hujan, mengapa orang petani bisa sejahtera, mengapa kalau maju harus punya daya saing, why, why, why? The power of reason. 
    8. Kemudian penelitian pengembangan kecil-kecilan dimulai. 
    9. Bukan to find opportunity, tapi to create opportunity, pada saatnya akan seperti itu. 
    10. 20 Mei, sebentar lagi akan kami sahkan Komite Inovasi Nasional yang saya harapkan bisa bertugas bersama-sama pemerintah dan masyarakat luas untuk mengembangkan inovasi di negeri ini.

    (R)
    1. Itulah lima pekerjaan rumah kita, yang kita laksanakan bersama-sama ke depan.
    2. Dan sebagai kesimpulan Saudara-saudara, reformasi di bidang pendidikan perlu terus kita lanjutkan dan tingkatkan dengan dua perspektif back to basic, kembalikan pada hakikat pendidikan. 
    3. Bukan hanya ilmu, tapi juga karakter, juga nilai. 
    4. Lihat kembali kurikulumnya, mata ajarannya, metodologinya, sistem evaluasinya lihat kembali. Kemudian yang kedua, menjemput masa depan dengan inovasi dan pengembangan. 
    5. Itulah pekerjaan rumah kita semua, dan insya Allah, dengan kebersamaan kita akan bisa laksanakan, sehingga negara kita ini makin ke depan makin baik untuk anak cucu kita.

    (S)
    1. Demikianlah Saudara-saudara.
    2. Sekali lagi, terima kasih dan penghargaan saya kepada para pendidik di seluruh tanah air, dan semoga Hari Pendidikan Nasional ini menggugah tanggung jawab, semangat, dan upaya besar kita untuk membikin bangsa kita makin maju. 
    3. Sekian. 
    4. Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh.