Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer ini mengisahkan pemuda
yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis. Sang ayah terkena
penyakit TBC, kemudian ia mengirim surat kepada sang anak yang saat itu
tinggal di Jakarta untuk kembali ke Blora kediaman ayah dan keluarganya.
Selama perjalanan pulang ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh
istrinya yang keturunan Pasundan, ia gadis yang cantik namun cerewet,
mereka baru menikah setengah tahun yang lalu. Selama perjalanan sang
pemuda mencoba memperkenalkan keindahan daerah asalnya kepada istri
terkasih, hingga akhirnya pemuda tersebut tiba di kampung halaman dan
bertemu sang ayah tercinta yang tergolek lemah tak berdaya karena TBC.
Sang anak pun bertemu ayahnya di pembaringan rumah sakit, saat
bertemu tangis haru menyelimuti mereka. Pemuda tersebut merasa miris
melihat ayahnya yang dahulu berdiri kokoh sebagai seorang pemimpin
perang gerilya yang cerdik, seorang guru yang hebat, seorang politikus
pro rakyat yang ulung kini menjadi sesosok makhluk tak berdaya dengan
TBC yang menggerogotinya. Sang anak ingin membawa ayahnya ke dokter
spesialis namun terkendala oleh keuangan keluarga yang tidak mendukung.
Saat saat seperti itulah keakraban antara ayah dan anak yang telah lama
terpisah mulai kembali terjalin, begitu pula keakraban antara sang
pemuda dengan adik-adiknya juga kembali dieratkan oleh suasana dan
keadaan. Namun tiba tiba sang istri meminta pemuda tersebut untuk
kembali ke Jakarta dengan alasan keuangan yang memprihatinkan. Pemuda
tersebut mengiyakan permintaan sang istri terkasih, akhirnya pemuda
tersebut mengutarakan keinginan untuk kembali ke Jakarta kepada sang
ayah, namun sang ayah menolak dengan halus dan meminta waktu seminggu
lagi agar anaknya tersebut sudi menemaninya.
Waktu berjalan penuh dengan keakrabang ayah dan anak. Tanpa mereka
sadari, satu minggu terlewati sudah, namun akhirnya sang anak malah
tidak ingin beranjak pergi karena ia merasa memiliki kewajiban untuk
menemani ayahnya yang tergolek lemah tak berdaya, maklum saja ia
merupakan anak pertama dalam keluarga mereka. Kejadian yang tak
diinginkan akhirnya terjadi juga, sang ayah meninggal dunia setelah dia
dibawa pulang ke rumah oleh anak-anaknya. Tangis pilu tak terhindarkan,
suasana hening menyelimuti keluarga mereka, rumah yang terlihat
memprihatinkan turut menghiasi kesedihan mereka setelah ditinggal pergi
orang tua tunggalnya.
Setelah kepergian sang ayah pemuda mendapatkan
banyak pembelajaran, hingga akhirnya ia menyadari bahwa kehidupan di
dunia ini bukanlah seperti pasar malam, berduyun-duyun datang dan
berduyun-duyun pula kembali, melainkan mereka menanti kepergiannya
dengan segala hal yang masih dapat mereka lakukan.
----------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: afifah rinjadi, Blog Mahasiswa Universitas Brawijaya
vAgen Slot Terpercaya
ReplyDelete