Thursday, May 19, 2011

Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (7)

BAB VII
Teori dan Metode Penelitian Multidisiplin

Secara detinitif penelitian multidisiplin atau pluridisiplin adalah penelitian yang melibatkan lebih dari satu disiplin. Dasar perbedaannya adalah intensitas hubungan dan dengan sendirinya cirri-ciri ilmu yang bersangkutan. Dalam hubungan inilah dibedakan tiga macam multidisiplin, yaitu: a) multi disiplin itu sendiri, b) transdisiplin atau antardisiplin, dan c) krosdisiplin atau interdisiplin.

1. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai disiplin yang baru. Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, sosiologi sastra dianggap baru lahir abad ke-18, ditandai dengan tulisan madame de Stael (Albrecht, dkk., eds., 1970: ix; laurenson dan Swingewood, 1972: 25-27) yang berjudul De la litterature cinsideree dans ses rapports avec les institutions sociales (1800). Meskipun demikian, buku teks pertama baru terbit tahun 1970, berjudul The Sociology of Art and Literature: a Reader, yang dihimpun oleh Milton C. Albercht, dkk. Ada tiga indicator terpenting dalam kaitannya dengan lahirnya suatu disiplin yang baru, diantaranya: a) hadirnya sejumlah masalah baru yang menarik dan pelu dipecahkan, b) adanya metode dan teori yang relevan untuk memecahkannya, dan c) adanya pengakuan secara institusional.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut.
1) Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, diselin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut anggota masyarakat.
2) Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
3) Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4) Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5) Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat inter subjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

Dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam, sebagai berikut.
1) Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek ekstrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi.
2) Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antar struktur, bukan aspek-aspek tertentu, denan model yang bersifat dialektika.
3) Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan penelitian karya sastra sebagai gejala kedua.

2. Psikologi sastra
Dalam hal ini psikologi sastra menganalisis kaitannya dengan psike, dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang. Perbedaan yang menonjol antara sosiologi sastra dengan psikologi sastra adalah subjek yang menghasilkan karya.Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu:
- memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis,
- memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, dan
- memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

Psikologi sastra yang sebagaimana dimaksudkan dalam hal ini adalah cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis.

3. Antropologi sastra
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan antropologi sastra adalah hakikat manusia sebagaimana dikemukakan oleh Ernst Cassirer (1956: 44) manusia sebagai animal symbolicum, yang sekaligus menolak hakikat manusia sebagai semata-mata animal rationale.

Secara definitif antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos). Antropologi dibagi menjadi dua macam, yaitu antropologi fisik dan antropologi kultural, maka antropologi sastra dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan manusia, seperti bahasa, religi, mitos, hukum, sejarah, adat istiadat, dan karya seni khususnya karya sastra.

Lahirnya model pendekatan antropologi sastra dipicu oleh tiga sebab utama, yaitu:
1) baik sastra maupun antropologi menganggap bahasa sebagai objek penting,
2) kedua disiplin mempermasalahkan relevansi manusia budaya,
3) kedua disiplin juga mempermasalahkan tradisi lisan, khususnya cerita rakyat dan mitos.

Sosiologi sastra, psikologi sastra, antropologi sastra, sebagai ilmu humaniora jelas mempermasalahkan manusia. Ketiga interdisiplin, sekaligus memberikan intensitas pada sastra dan teori sastra. Perbedaannya, psikologi sastra mempermasalahkan masyarakat, psikologi sastra pada aspek-aspek kejiwaan, antropologi sastra pada kebudayaan. Secara praktis antropologi sastra diharapkan dapat membantu memperkenalkan khazanah sastra yang terpencil dan terisolasi.


Referensi:
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme, Prespektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

No comments:

Post a Comment