Tuesday, July 14, 2015

Penelitian Sosiologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #8)


A. Sosiologi Sastra

1. Rasionalisasi Sosiologi Sastra
Rasionalisasi penelitian sosiologi sastra hadir dari Glickberg (1967:75), bahwa “all literature, however, fantastic or mystical in concent is animated by a profound social concern, and this is true of even the most flagrant nihilistic work”. Pendapat ini jelas merepresentasikan bahwa seperti apa bentuk karya sastra (fantastis dan mistis) pun akan besar perhatiannya terhadap fenomena sosial. Karya tersebut boleh dikatakan akan tetap menampilkan kejadian-kejadian yang ada di masyarakat. Memang pencipta sastra akan dengan sendiri mendistorsi fakta sosial sesuai dengan idealisme mereka.

Dalam pandangan Wolf (Faruk, 1994:3) sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat. Ia juga menawarkan studi sosiologi yang lebih verstehen atau fenomenologis yang sasarannya adalah level “makna” dari karya sastra.

2. Prespektif Sosiologi Sastra
Perspektif sosiologi sastra yang patut diperhatikan adalah pernyataan Levin (Elizabeth dan Burns, 1973:31) “ literature is not only the effect of social causes but also the cause of social effect”. Sugesti ini memberikan arah bahwa penelitian sosiologi sastra dapat kearah hubungan pengaruh timbale balik antara sosiologi dan sastra. Keduanya akan saling mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang pada gilirannya menarik perhatian peneliti.

Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood (1971) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu (1) penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen social yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan (3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.

B. Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra
1. Fungsi Sosial Sastra
Fungsi sosial sastra menurut Watt (Damono, 1978:70-71) akan berkaitan dengan pertanyaan seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial. Dalam kaitan ini ada tiga hal yang perlu diungkap : (a) sudut pandang kaum romantik yang menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau Nabi, dalam pandangan ini tercakup wawasan agar sastra berfungsi sebagai pembaharu atau perombak; (b) sudut pandang bahwa karya sastra bertugas sebagai penghibur belaka; dalam hal ini gagasan “seni untuk seni” tak ada bedanya dengan praktik melariskan dagangan untuk mencapai best seller, dan (c) semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik sastra harus mengajarkan sesuatu dengan jalan menghibur.

2. Produksi dan Pemasaran Sastra
Penelitian tentang produksi dan pemasaran sastra memang jarang dilakukan. Karena, masalah ini seakan-akan menjadi tanggung jawab penerbit. Padahal, sebenarnya tidak demikian, artinya pengembangan karya sastra juga menjadi tanggung jawab bersama. Sekurang-kurangnya studi semacam ini akan menghubungkan tiga kutup sastra yaitu penerbit, pembaca, dan pengarang.


Perhatian peneliti semacam itu, memang sedikit mengesampingkan sosiologi sastra sebagi teori, melainkan berupaya memperhitungkan berbagai hal yang terkait dengan factor-faktor sosial yang menyangkut sastra. Factor-faktor tersebut antara lain : tipe dan taraf ekonomi masyarakat tempat berkarya, kelas atau kelompok sosial yang berhubungan dengan karya, sifat pembaca, system sponsor, pengayom, tradisi sastra dan sebagainya.

------------------------------------------------------------------------

Referensi:
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama


No comments:

Post a Comment