Thursday, July 28, 2016

Unsur-unsur Drama dan Unsur-unsur Teater


1. Pengertian Lakon

Lakon adalah kisah yang didramatisasi dan ditulis untuk dipertunjukkan di atas pentas oleh sejumlah pemain (Riris K. Sarumpaet). Lakon adalah karangan berbentuk drama yang ditulis dengan maksud untuk dipentaskan (Panuti Sudjiman).


2. Istilah lain dari drama

  • Lakon (berasal dari bahasa Jawa; laku-an-lakon)
  • Tonil (berasal dari bahasa Belanda ‘toneel’
  • Pentas (drama yang dipentaskan)
  • Play, artinya permainan
  • Teater
  • Sandiwara.
Ki Hajar Dewantara member arti ‘sandiwara ialah pengajaran jenis sastra yang dilakukan dengan perlambangan. Hakikat lakon adalah tikaian (konflik), hakikat cerkam adalah cerita. Hakikat puisi adalah kata, diksi, konsentrasi dan imajinasi. Jenis cerkam menekankan pada tiga variable yaitu:
Tema dan amanat.
Penulis.
Pembaca.


A. Unsur-unsur Drama
1. Tema dan Amanat
Penulis naskah lakon bukanlah mencipta untuk semata-mata, tetapi juga untuk menyampaikan sesuatu (pesan, amanat, message) kepada publik, masyarakat. Penulis naskah lakon menciptakan untuk menyuguhkan persoalan kehidupan manusia, baik kehidupan lahiriah maupun kehidupan batiniah, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak.

2. Penokohan
Yang dimaksud penokohan di sini adalah proses penampilan ‘tokoh’ sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu pementasan lakon, penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Karenanya, tokoh-tokoh harus dihidupkan.
Penokohan menggunakan berbagai cara, watak tokoh dapat terungkap lewat:
(a) Tindakan atau lakuan
(b) Ujaran atau ucapan
(c) Pikiran, perasaan, dan kehendak
(d) Penampilan fisiknya
(e) Apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikehendaki tentang dirinya, atau tentang diri orang lain.

Tokoh atau karakter adalah bahan baku yang paling aktif sebagi penggerak jalan cerita. Karakter yang dimaksud adalah tokoh-tokoh yang hidup—bukan mati. Dia adalah boneka-boneka di tangan kita. Karena tokoh ini berpribadian dan berwatak, maka memiliki sifat-sifat karakteristik yang dapt dirumuskan ke dalam tiga dimensional:
(1) Dimensi Fisiologis (ciri-ciri badan)
(2) Dimensi Sosiologis (ciri kehidupan masyarakat)
(3) Dimensi Psikologis (latar belakang kejiwaan)

Ada empat jenis tokoh peran watak yang merupakan anasir keharusan kejiwaan, yaitu:
(a) Tokoh Protagonis (peran utama, pusat sentral)
(b) Tokoh Antagonis (peran lawan)
(c) Tokoh Tritagonis ( peran penengah)
(d) Tokoh Peran Pembantu (peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik).


Dilihat dari segi perkembangan watak tokoh, dapat kita lihat jenis-jenis tokoh:

  1. Tokoh Andalan: tokoh yang tidak menjadi peran utama, tetapi menjadi kepercayaan dari protagonis.
  2. Tokoh Bulat: tokoh dalam karya sastr, baik jenis lakon maupun roman/novel, yang diporikan segi-segi wataknya,hingga dapat dibedakan dari tokoh-tokoh lain.
  3. Tokoh datar atau tokoh pipih: tokoh dalam karya sastra, baik lakon maupun roman/novel, yang hanya diungkapkan dari satu segi wataknya.
  4. Tokoh durjana: tokoh jahat dalam cerita.
  5. Tokoh Lawak
  6. Tokoh Statis: tokoh dalam roman/novel atau lakon yang dalam perkembangan lakunya sedikit sekali, atau bahkan sama sekali tidak berubah.
  7. Tokoh Tambahan: tokoh dalam lakon yang tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tidak memegang peranan, bahkan tidak penting sebagai individu.
  8. Tokoh Utama: atau disebut juga tokoh protagonis.

3. Alur
Alur adalah konstruksi, bagan/skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa; bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu (J.A. Cuddon). Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (Panuti Sudjiman).

Macam-macam alur, diliahat dari sisi lain:

  1. Alur menanjak: jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang semakin menanjak sifatnya.
  2. Alur menurun: jalinan peristiwa dalam sastra yang semakin menurun sifatnya.
  3. Alur maju: jalinan peristiwa dalam suatu sastra yang berurutan dan berkesinambungan secara kronologis dari tahap awal sampai tahap akhir cerita.
  4. Alur Mundur: jalinan peristiwa dalam suatu karya sastra yang urutan atau penahapannya bermula dari tahap akhir atau tahap penyelesaian, baru tahap-tahap peleraian, perumitan dan perkenalan.

Bermacam jenis alur yang lain dapat dikemukakan dibawah ini:
a. Diliaat dari segi mutunya (kualitatif):

  • Alur erat: jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam karya sastra.
  • Alur longgar: jalinan peristiwa yang tidak padu, menidakan salah satu peristiwa.
b. Dilihat dari segi jumlahnya: (1) alur tunggal, (2) alur ganda.

William Hendry Hudson membagi struktur drama dalam enam tahap yaitu: eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, keputusan. Jika kita hendak menyederhanakan struktur alur dalam drama, paling tidak struktur itu harus mempu mempunyai tiga komponen yaitu: intoduksi, situasi, dan resolusi. Adapun dua jenis teknis penyaluran yang biasa dipergunakan yaitu: (1) sorot balik, (2) tarik balik.

4. Setting (aspek ruang, aspek waktu)
5. Tikaian atau konflik
6. Cakapan (dialog, monolog)



B. Unsur-unsur Teater
Teater merupakan proses penyajian yang bertolak dan berangkat dari peristiwa ke peristiwa. Formulasi dramaturgi:
M.I. : menghayalkan: pengarang mencipta, mempunyai gagasan atau ide berdasarkan pengalaman subyektif.
M.II. : menulis: pengarang mencipta dan diungkapkan dalam teks/naskah.
M.III : memainkan: para kerabat kerja teater menafsirkan naskah lakon.
M.IV : publik menyaksikan/memahami pementasan drama.

Teks adalah peristiwa kesenian (DR.SO Robson). Unsur-unsur yang membangun kesatuan dan keutuhan formula dramaturgi:

  • Naskah lakon
  • Produser
  • Sutradara
  • Pemain
  • Para pekerja/kerabat panggung
  • Penonton
Naskah merupakan proses penurunan dari teks asli yang merupakan idea tau gagasan. Sedang penurunan teks akan menimbulkan banyak variasinya. Untuk memperoleh naskah mana yang mendekati teks aslinya, kita perlu membedakan tiga aspek:
Asal atau terjadinya teks.
Keturunan sejak terjadinya sampai sekarang
Penerapan atau penggunaannya sekarang.

Kedudukan naskah lakon ialah sebagi sumber cerita yang harus ditafsirkan oleh seluruh unsure teater sebelum pementasan. Fungsi naskah lakon ialah member inspirasi pada para penafsirnya. Pikiran sutradara pada saat menghadapi naskah lakon;
Apakah nada dasar naskah itu
b. Mungkah naskah itu dipentaskan.
c. Mengapa groupnya mengangkat naskah itu ke atas pentas.
d. Teknik garapan dan gaya apa yang cocok untuk pementasan.
e. Cocokkah naskah itu dipentaskan groupnya
f. Berapa waktu dan dana yang diperlukan utnuk menggarap naskah
g. Berapa waktu putar/running-time-nya.

Hubungan naskah lakon dengan produser: produser memilih naskah lakon, kemudian digarap oleh sutradara. Sedang produser yang mencari dana dan gedung. Hubungan naskah lakon dengan sutradara; sutradara adalah penemu dan penafsir I dari naskah lakon. Hubungan naskah dengan pemain sebagai penafsir II. Pemain melaksanakan tugasnya sesuai dengan hasial penafsiran sutradara terhadap naskah lakonnya. Antara pemeran dan naskah merupakan hubungan antara dua elemen yang paling memerlukan.

Hubungan naskah dengan piƱata pentas: sebagai penafsir III. Penata pentas sebagai sarana visual/saran fisik membantu untuk menentukan tingkat kemungkinan naskah lakon itu dapat dikomunikasikan dengan publiknya lewat pementasan.

Fungsi naskah dengan penonton: penafsir ke IV. Naskah yang baik adalah naskah yang mempunyai tingkat kemungkinan yang tinggi untuk dapat berkomunikasi dengan penonton.

  • Produser adalah penanggung jawab keuangan, tugas utamanya mempergelarkan drama yang sudah digarap oleh sutradara. Lebih berperan daripada sutradara, actor/aktris dan kerabat kerja lainnya.
  • Dalam tata laksana administrasi produser dibantu oleh: menager dibidang administrasi, dibidang panggung, dan artistic.
  • Produser drama, teater dan film dapat ditangani oleh: instansi atau lembaga pemerintah atau petugasnya, yayasan atau organisasi swasta, atau petugasnya, dan sutradara sendiri.
  • dSutradara adalah seorang seniman teater yang mewujudkan secaa menyeluruh ke dalam kenyataan teater. Penyutradaraan adalah metode, teknik pendekatan sutradara dalam menggarap naskah lakon sampai dengan teknik dan gaya pementasannya. Ada dua tipe sutradara diliahat dari segi fungsinya: (1) Penemu dan penafsir utama naskah; (2) lakon secara kreatif.
  • Pencipta kondisi kerja.
  • Ruang lingkup dan fungsi sutradara; memilih, mendalami, menghayati, menafsirkan naskah lakon, memilih dan menetukan pemain, mengadakan kerjasama yang baik dengan seluruh kerabat kerja teater dan panggung dalam proses panggarapan naskah.


Referensi

Satoto, Soediro. 1991. Pengkajian Drama I. Surakarta: Sebelas Maret University Press.


No comments:

Post a Comment