Thursday, July 28, 2016

Teater Tradisional Jenis Wayang dan Ketoprak


A. Wayang
1. Pengertian Wayang

Kata ‘wayang’ berasal dari akar kata ‘yang’. Kira-kira berarti gerakan yang berulang-ulang tidak tetap. Bervariasi dengan akar kata ‘yong’, ‘yung’, rayong, sempoyongan, Poyang-panyingan, dapat disimpulkan ‘wayang’ berarti bayangan yang bergoyang, bolak-balik, atau mondar-mandir. Menurut Nederlans Indie Volk Geschiedenis ‘wayang’ adalah suatu permainan bayangan kelir (layar) yang dibentangkan.

2. Jenis Wayang
a. Wayang pruwa
b. Wayang gedhog
c. Wayang klithik
d. Wayang golek
e. Wayang topeng
f. Wayang wong
g. Wayang beber.

Menurut Woordenboek Javaas-Nederlands, wayang ada empat, yaitu:
a. Wayang kulit
b. Wayang golek
c. Wayang wong
d. Wayang cina.

3. Karakteristik jenis-jenis wayang
a. Wayang Beber
Wayang ini merupakan pembesaran wayang purwa atas perintah Prabu Mahesa Tandreman, raja Pejajaran. Wayang ini dimainkan oleh seoran gdalam ang bernama ‘Widdhucaka’. Ia memegang sebialh kayu utnuk menunjukkan gambar-gambar pada rahwana. Lakon yang apling popular adalah Joko Kembang Kuning.

b. Wayang Gedhog
Wayang Gedhog reportoirnya menisahkan R.Panji dan Condro Kirana. W.G menceritakan empat raja bersaudar; Kediri, Jenggala, Singasari, dan Urawan/Ngurawan. Ciri-ciri wayang gedhog ialah memakai keris, kelat bahu, anting-anting dan lain-lain. Tidak ada kera dan raksasa. Raja Sabrang ialah Prabu kelana, memiliki bala tentara Bugis yang memakai iakt kepala yang panjang. Repertoire disusun cukup untuk pementasan satu malam suntuk. Slah satu sumber cerita ialah Smaradahana. Music yang digunakan dalam wayang ini adalah gamelan ‘Pelog’.

c. Wayang Kidang Kencana
Disebut wayang Kidang Kencana sebab semua pakaian yang sebaiknya terdiri dri emas dilapis emas. WKK digubah oleh Sunan Gunung Giri bersama Pengeran Trenggorno pada tahun 1477 dengan jalan memperkecil ukuran wayang.

d. Wayang Golek
Wayang golek merupakan kombinasi bentuk wayang kulit dan arca yang berbentuk seperti boneka atau golek. Tokoh dalam wayang golek: Wong Agung Menak, Umar Maya, tokoh-tokoh terdapat dalam cerita Amir Hamzah antara lain: Buzur, Alkas menteri, dll. 8 s.d 9. Seperti halnya wayang kulit tiap-tiap pelaku dalam Wayang Orang memiliki kekhasan ontowanconnya sendiri-sendiri. Cakapan anatar tokohk dilakukan oleh para pemain yang bersangkutan. Tetapi suluk dan pengarah laku dilakukan oleh dalang.

e. Wayang Sunggingan
Raja Brawijaya mempunyai seorang anak putera bernama SUnnging Prabangkara. Istilah ‘sungging’ berasal dari nama desa Sungginpan tempat Kyai Telingung yang erkenal pandai memahat dari aliran Sungging.

f. Wayang Krucil
Wayang krucil ini dibuat dari kayu tipis bentuknya mirip wayang Beber. Dibuat zaman Raja brawijaya. Ceriteranya mengisahkan hubungan kerajaan jenggala, Kendari, Ngurawan, dan Singosari, samapi dengan kerjaan Majalengaka. Gemelan pengiriangnya adalah gamelan Sledro. Cara mempergelarkannya menggunakana’plangkan’seperti Wayang Golek dan Wayang beber atau Wayang Sunggiyan. Kemudian Wka ini diperbaiki oleh Sunan Bonang untk memperingati R. Damarwulan dan Ratu Ayu dari Majapahit.

g. Wayang Wong (Wayang orang)
Berdasarkan para pengmat, wayang Wong telah ada sejak tahun 1910, sumber ceritanya sama dengan wayang kulit. Para pelakunya bukan boneka-boneka yang dibuat dari kulit atau kayu, tetapi orang yang hidup. Masa putar wayang orang 2 s.d 4 jam, sedang wayang kulit semalam suntuk. Di dlam wayang wong ini terlihat usaha yang berasal dari kalangan keratin, untuk memeberikan bentuk baru kepada tonil bayangan yang klasikitu, dengan pertunjukan yang lebih modern dengna manusia hidup, sehingga Dr. Hazeu menyatakan : Mungkin adanya wayang wonag ini di ilhami pada pertunjukakn orang Eropa, jadi nama diberikan Karen boneka/wayangnya.

h. Wayang Keling Pekalongan
Wayang keeling Pekalongan berkaitan erat dengan masuk dan perkembngannya agama islam yang disebarkan oleh para Wali sanga ke Jawa menjelang runtuhnya kerajaan majapahit. Pada peristiwa perang Paregreg di Majapahit mengakibatkan orang –orang Majapahit lari berpencaran menghindari pengaruh agama islam. Mereka itu yang ke timur menuju Bali yang ke teggara mempertahankan kepercayaan aslinya. Tiap tahun mengadakan upacara keagamaan yang disebut Kasodo. Yang ke Jawa Tengah ke daerah Borobudur-Magelang mempertahankan kepercayaan lelururnya-agama Budha.

i. Wayang Dakwah
Sesuai dengna namanya, Wayang Dakwah dipakai utnuk dakwah agama dan ajaran Islam. Jadi, fungsi dan peran Wayang Dakwah adalah sebagai sarana dakwah, pendidikan, komunikasi, di samping hiburan. Karena wayang pada umumnya bersifat mistik dan penuh dengna kemusrikan, maka Wayang dakwah memasukkan ajaran Islam untuk menghindari dan mencegah hal-hal dan praktek-praktek kemusrikan tersebut.

j. Wayang Kulit Betawi
Wayang Kulit Betawi tidak mengenal unggah-ungguh atau tatakrama seperti halnya wayang Kulit Surakarta atau Yogyakarta di Jawa Tengah. Konvensi atau pakem yang digunakan dalam WKB ialah seperti apa adanya yang telah diajarkan atau diturunkan secarat turun-temurun oleh guru-guru pendahulu mereka. WKB betul-betul seni pertunjukan rakyat yang unik dan menarik. Tiak terlalu terikat ole pakekm-pekem yang ketat. Unsure improvisasi dan spntaistas lebih iutamakan seperti halnya pada drama kontemporal.

k. Wayang Kulit Bali
Lakon yang dipergelarkan dalam Wayang Kulit Bali tidak berbeda dengan Wayang Kulit di jawa Tengah. Khususnya , Wayang Kulita bali ditanggap dalam rangka upacara keagamaan Hindu pada hari-hari besar gama Hindu. Repertoirenya juga kmengambil dari Kitab Ramayana dan Mahabharata. Ada beberapa jenis Wayang Kulit Bali misalnya: Wayang Sapu Leger, digunakan utnk upacara ritus kehiduapan manusia. Wayang Sidamal, untuk keperluan ruwatan dan upacara Ngaben, Wayang Lemah untuk upacara Dewa Yadnya. Lakon yang diambilnya dari cerita yang dikeramatkan, misalnya Dewa Ruci.

l. Wayang Potehi
Wayang yang menceritakan kisah-kisah dari negeri Cina.

m. Wayang Madya
Lakonnya antara jaman purba sampai dengan jaman baru, dari Prabu Gendrayana di kerajaan Astina, sampai jamannya Prabu lembusubrata di majapura.

n. Wayang Tasripin
Diciptakan oleh seorang kaya di Semarang tahun 1920. Semula ia membuta wayan gkulit biasa, lalu diarak seperti Wayang Thailand,akhriny ditambah dengan sunggingan dan prabot yang mewah.

o. Wayang Wahyu
Digubah oleh Rusradi, seorang uru Penjas dari daerah kemlayan, Solol dimaksudkan untuk penyebaran agama Kristen pada bulan Oktober 157.

4. Budaya Jawa sebagai Model Semiotik
Pada umumnya, orang Indonseia sepakat bahwa wayang kulit Jawa merupakan karaya seni budaya Jawa yang memiliki nilai adi luhun. Meskipun repertoirenya bersumber pada epos india; Ramayana dan Mahabahrata, wayang kulit Jawa telah digarap dan dimodifikasi oleh orang Jawa asli berdasarkan sikap budaya Jawa.

Seni teater menurut Frances Yates, ibarat lambing moral. Salah satu butir kesimpulan Grebstein tentang pendekatan sosio budaya terhadap sastra, yang dikutip oleh Sapardi Djoko Damono, adalah sebagai berikut:
Setiap karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah sutu moral, baik dalam hubungan degnan orang –orang . karya sastra bukan meurpakan moral dalam arti yang sempit, yakni yang sesuai dengan suatu kode atau system tindak-tanduk tertentu, melainkan dalam pengertian bahwa ia terliat dalam kehidupan dan menampilkan tanggapan evaluative terhadapnya, dengan demikian sastra adalah eksperimen moral (Sapardi Djoko Damono, 1978: 5).

 

B. Ketoprak
1. Prakata
Ketoprak merupakan salah satu jenis seni pertunjukkan tradisional yang masih poetnsial untuk direaktualisasi, restrukturisasi, dan refungsionalisasi dalam zaman era pembangunan ini. Sifatnya yang lebih lewah dan dinamis daripada jenis Wayang Orang. Ketoprak muncul sejak sekitar tahun 1930-an.

2. Asal Mula Ketoprak
Beberapa sumber yang dapat memberikan petunjuk asal mul ketoprak dapat dikemukakan di bawah ini:
a. Berdasarkan laporan hasil penelitian Badan Kesenian jawatan kebudayaan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan Republik Indonesia, ketoprak lahir di Surakarta pada tahun 1908. Diciptakan oelh almarhum raden mas Temenggung Wreksodiningrat, pada saat ia mengaakan latiahn Ketoprak, dalam laithan tersebtu ia menggunakan alat ketabuah sebuah ‘lesung’, dan sebuah seruling.

b. Berdasarkan buku Jawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tradisional: ketoprak merupakan tarian rakyat yang belum begitu tua usianya. Ketoprak merupakan drama tari kerakyatan yang sesungguhnya, diciptakan Raden Mas Tumenggung dari Surakarta tahun 1914.

3. Periode Ketoprak
a. Periode Ketoprak Lesung (1887-1925)
• Tetabuahan lesung
• Tari (tari badutan, sederhana sekali)
• Nyanyian atau tembang
• Cerita (rakyat, petani)
• Pakaian (sederhana, petani).

b. Periode ketoprak Peralihan (1925-1927)
• Tetabuhan campur (lesung, rebana, alat music barat)
• Tari (dengan dialog dan improvisasi)
• Nyanyian atau tembang
• Cerita (rakyat, 1001 malam)k
• Pakaian (pra-kostum, busana)
• Rias (pra-make-up)

c. Periode Ketoprak Gamelan
• Tetabuhan gamelan
• Cerita (lebih luas, babad, sejarah, Panji, dll)
• Nyanyian atau tembang improvisasi.
• Pakaian
• Rias (dasar-dasar make-up, disesuaikan dengan lakon).

4. Sekilas Sejarah Perkembangan Kelompok Ketoprak
Untuk pertama kali pada tahun 1909 ketoprak dipentaskan di dalam kepatihan Surakarta pada saat upacara perkawinan Kanjen Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam VII dengan Gusti Bandara Raden Ajeng Retno Puwono. Pada tahun 1925 ketoprak mulai masuk ke Yogyakarta. Untuk pertama kali Ketoprak dipentaskan di Demangan Yogyakarta oleh Perkumpulan Ketoprak Krido Madyo Utomo (KMU) dari Surakarta yang pada waktu itu terkenal dengan sebutn grup ketoprak lesung. Sesudah peristiwa itu bermunculan grup-grup ketoprak di kampong-kampung dan di desa-desa di daerah Yogyakarta. Munculnya grup-grup itu baik di Surakarta maupun di Yogyakarta dapat dikategorikan ke dalam dua sifat penglolaannya, yaitu 1) Bersifat amatir, 2) professional. Kategori pertama bertujuan pembinaan dan pengembangan kesenian ketorpak khususnya, sedang kategori kedua bertujuan untuk mencari nafkah.

5. Ketoprak dalam Pembaharuan
Jika kita memperhatikan sejarah asal mula timbulnya ketoprak dan proses perkembangan selanjutnya, menunjukkan bahwa seni pertunjukan Teater Tradisional ketorparak memiliki ciri dan sifat lebih dinamis daripada seni pertunjukan yang keduanyan, baik ketoprak maupun wayang orang muncul, hidup, tumbuh, dan berkembang di bumi yang sama, yaitu Surakarta dan Yogyakarta, baru daerah lainnya.

 


Referensi:
Satoto, Soediro. 1991. Pengkajian Drama I. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 




No comments:

Post a Comment