Thursday, May 8, 2014

Supernova: Episode Akar: Membedah Kehidupan Backpacker

 

Novel Supernova: Episode Akar mengangkat kehidupan tokoh utama, Bodhi, dalam berpetualang sebagai backpacker. Petualangannya dalam rangka menemukan “kesejatian”, yaitu sebuah kebahagiaan yang hakiki. 

Kesejatian tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang selama ini jadi bahan perenungan dan kebimbangan Bodhi. Bodhi yang yatim piatu juga ingin mengetahui sebenarnya ia dari mana asalnya, dari manakah akar ia berasal. Hal ini sesuai dengan judul novel ini yaitu Akar.

Bodhi, yang terlahir yatim piatu, dibesarkan oleh penjaga vihara bernama Guru Liong di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Bodhi terbebani oleh kemampuan indra keenamnya yang terlampau kuat sampai-sampai ia frustrasi. Dengan berniat mencari “kesejatian” atas takdirnya, Bodhi memilih keluar dari vihara saat usianya menginjak 18 tahun. 

Petualangannya sebagai backpacker dimulai dari Medan hingga mendaratkannya di Bangkok. Di sana ia dipertemukan dengan Kell, seorang ahli tato. Kell menemui Bodhi dengan membawa sebuah misi yaitu ingin mentato tubuhnya sekali lagi dan yang harus mentatonya adalah Bodhi. Kell mengajari Bodhi mentato. Kemudian Bodhi pergi ke Laos untuk mencari ketenangan. Setelah itu ia kembali ke Thailand dan mendapati Kell sudah tidak berada di Thailand lagi.

Bodhi bertekad mencari Kell, dan akhirnya Bodhi bertemu dengan Kell di Kamboja. Misi mereka yaitu mentato tubuh Kell untuk terakhir kalinya akhirnya terlaksana. Bodhi kembali ke Indonesia, bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Bodhi melanjutkan profesinya sebagai seniman tato dan penyiar radio gelap. Dalam setiap langkah, Bodhi terus mencari akar asal-usulnya.

Novel ini mengangkat sebuah kehidupan yang serba tidak pasti yang digambarkan lewat kehidupan seorang Bodhi dengan perjalanan backpacking-nya. Dalam kehidupan ini kita tidak tahu pasti apa yang akan kita hadapi. Hal ini secara eksplisit disampaikan pengarang melalui penyampaian Bodhi ketika menyudahi ceritanya.

Akhirnya, kesimpulan cerita saya sepanjang sore ini: Hidup ibarat memancing di Kali Ciliwung. Kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu dapat: ikan, impun, sendai jepit, taik, bangkai, dan benda-benda ajaib lain yang tak terbayangkan. Dan nggak perlu dibayangkan. Jangan pernah tebak-tebakan dengan Ciliwung tentang isi perutnya. Terima kasih. (halaman 199)

Komunitas backpacker mempunyai peran penting dalam kehidupan Bodhi sehingga Bodhi pun ikut menjadi seorang backpacker. Perjalanan Bodhi dan interaksi sosialnya dengan sesama backpacker menjadi ciri khas novel ini.

Sebagai sebuah komunitas, backpackers mempunyai sebuah konvensi sosial tersendiri yang menjadi ciri khasnya. Petualangan yang menjadi tujuan backpacker membuat komunitas ini secara sadar maupun tidak sadar saling membutuhkan antarsesama backpacker. Dalam interaksinya dengan sesama akan muncul berbagai tradisi berkaitan dengan kekhasan komunitas backpackers. Interaksi dengan selain komunitasnya, lebih-lebih interaksi dengan masyarakat di negara kunjungan menjadi sebuah interaksi yang penting bagi backpacker.

Dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar meliputi: (1) penguasaan beberapa bahasa asing, (2) tidak adanya diskriminasi dalam komunitas, dan (3) adanya sikap saling percaya dan setia kawan antar sesama backpacker.

1. Penguasaan Beberapa Bahasa Asing
Tujuan backpakers adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat tersebut tidak terbatas di dalam negeri saja. Perjalanan backpacker adalah perjalanan lintas negara. Seorang backpacker akan mengunjungi sebuah negara yang di negara tersebut terdapat tempat yang layak atau harus ia kunjungi. Bahkan perjalanan ke luar negeri tersebut dirasakan sebagai perjalanan yang lebih menantang dan lebih menyenangkan.

Dalam kunjungannya ke negara lain, seorang backpacker diharuskan sedikit menguasai bahasa negara tersebut. setidaknya backpacker mempunyai kamus bahasa negara tersebut. Di awal-awal kunjungannya di negara lain, backpacker akan merasa kesulitan dalam komunikasi. Dalam novel Supernova hal ini ditunjukkan dalam paragraf berikut.
Bangkok merupakan babak baru. Kelahiran baru. Berbekal bahasa Mandarin sepotong-sepotong, Inggris seadanya, dan bahasa Pali —yang sedikit banyak dipakai, setidaknya oleh komunitas Buddhis— saya belajar bertahan. Buku dari Tristan saya baca setiap hari. Dan sedikit demi sedikit mencoba mulai belajar bahasa Thai, dimulai dengan cuma ngomong sawat-dii krup [kalimat kedua yang kukuasai adalah phom kin tae phak = ‘saya cuma makan sayur’]. (halaman 48)

Apabila seorang backpacker tidak mengerti bahasa tempat singgahnya sama sekali, maka komunikasi yang terjalin hanyalah komunikasi dengan bahasa isyarat.

Teou nak niyay pheasa Khmer teh? Ia bertanya. Aku menggeleng tak mengerti. (halaman 160) 
Hari ketiga aku tidak tahan lagi. Kuambil sapu lidi dari tangan si ibu pada satu pagi dan kusapu halaman mereka bersih-bersih. Lalu kuikuti si pemuda, yang ternyata pergi ke sawah. Kuambil cangkulnya dan kucangkuli keempat petak yang ingin ditanaminya sampai sore. Keduanya diam memandangi. Namun inilah komunikasi kami yang pertama. Aku, tamu serambi mereka, yang ingin mengungkapkan rasa terima kasih tapi tidak tahu bagaimana caranya. Mereka—tuan rumah— barangkali kurang nyaman dengan kehadiranku, tapi tak tahu cara mencairkan hubungan karena ketidaksamaan bahasa. Mencangkul dan menyapu merupakan bahasa yang kami sama-sama pahami. (halaman 146-147)

Semakin lama seorang backpacker tinggal di sebuah negara, maka penguasaan bahasanya menjadi semakin baik dan lancar. Jadi, apabila seorang backpacker sering mengunjungi negara-negara lain dan tinggal cukup lama, maka ia akan sedikit menguasai bahasa negara-negara tersebut.

Dorothy —yang keluar rumah sejak umur empat belas itu— alasannya ribut dengan ortu. Ia angkat kaki dari Greenwich dan tak pernah pulang lagi. Bahasa Melayunya lancar bak berondongan peluru senapan otomatis, bahasa Thainya juga. (halaman 46)

Kadang tuturan seorang backpacker melibatkan lebih dari satu bahasa apabila mitra tuturnya adalah dua orang atau lebih yang berbeda bahasa. Dalam sosiolinguistik hal seperti ini disebut alih kode atau campur kode. Alih kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan bahasa tertentu dalam komunikasi dengan mitra tutur kemudian beralih ke bahasa lain yang dimengerti oleh mitra tutur lain yang tidak mengerti bahasa pertama yang digunakan penutur. Campur kode terjadi saat penutur mencampurkan kosa kata dari dua bahasa atau lebih dalam percakapannya.


Alih kode dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Dengan kualitas aktor sejati, ia mempertahankan ritme mengagumkan antara tawa terbahak dan cerocosan bilingual, hampir tiap lima belas detik, bergonta-ganti dari bahasa Thai ke bahasa Inggris. (halaman 62)
Lok Neang! Khieu Tang agak terkejut. Seperti tidak menyangka petinggi macam Lok Neang ini mau turun untuk membantu tim kecilnya. Johm riab sua, ia menyapa hangat. Sorry, I don't speak Khmer, Neang menggeleng sopan. It's an honor to have you here, Khicu Tang cepat menimpal. Ia mengangguk ramah kepada kami berdua. Johm riab sua. Sohksabaay? Kh'nyohm ch'muah Kell. Kell menjabat tangannya. (halaman 181)


Campur kode dapat dilihat dalam kutipan berikut.


Gio berhenti minum. "Perdon? Mo dice? Lo siento, senor, tapi saya tidak mengerti —" (halaman 5)  
“Saya—saya baik-baik. Tapi, ini bukan tentang saya. Tu amiga….” Paulo berhenti sejenak, berat sekali mengatakannya. "Tu amiga, senorita Anastasia…." (halaman 8)

Jadi, ciri khas komunitas backpacker adalah penguasaan beberapa bahasa asing. Masing-masing backpacker mempunyai kemampuan penguasaan bahasa asing yang berbeda-beda tergantung banyaknya pengalaman.



2. Tidak Ada Diskriminasi dalam Komunitas

Komunitas backpacker terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah dan berbagai negara. Karena kesamaan kesenangan, yaitu backpacking, komunitas mereka terbentuk tanpa ikatan apapun selain ikatan kesamaan kesenangan dan nasib. Maka, anggota komunitas backpacker bisa dari berbagai suku, bangsa, agama, atau kepercayaan. Dalam novel Supernova: Episode Akar diperlihatkan adanya kelompok backpacker yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai macam kebangsaan.
Tapi salah naik bus ke Butterworth-lah yang akhirnya mempertemukanku dengan Tristan Sanders, backpacker gondrong asal Australia yang sedang berkeliling Asia Tenggara. Aku dibawa ke komunitasnya, sesama backpacker. Mereka berkumpul di Butterworth dan ramai-ramai mau pergi ke Thailand lewat darat. Di antara mereka ada yang sudah backpacking di Asia selama lima-sepuluh tahun, bahkan lebih. Ada yang mulai jalan sejak umur empat belas tanpa berhenti. Kalau bicara soal sebab-musabab dan motivasi, jelas macam-macam. Dorothy—yang keluar rumah sejak umur empat belas itu—alasannya ribut dengan ortu. Ia angkat kaki dari Greenwich dan tak pernah pulang lagi. (halaman 45-46)

Tidak adanya diskriminasi juga diperlihatkan dalam cerita saat Bodhi berada di Golden Triangle. Di Golden Triangle banyak berkumpul backpackers yang kehabisan biaya untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian mereka bekerja di Golden Triagle memetik opium atau marijuana. Komunitas backpacker di Golden Triangle terdiri dari berbagai macam kebangsaan.

    Seorang backpacker tidak akan memandang rendah backpacker lainnya yang berasal dari negara lain. Bahkan setiap backpacker akan merasa senang dan simpati apabila bertemu dengan backpacker lainnya. Ungkapan simpati tersebut dapat diwujudkan dengan komunikasi yang ramah dan pemberian bantuan apabila diperlukan. Bahkan saling bertukar barang (peta atau kamus bahasa) sudah menjadi semacam tradisi bagi komunitas backpacker

    Tradisi tukar barang tersebut selain bentuk kepedulian terhadap sesama backpacker juga dalam rangka menghemat biaya. Daripada membeli peta atau kamus baru lebih baik saling tukar dengan backpacker lainnya.

    Keramahan komunitas backpacker dapat dilihat dalam kutipan berikut.
    Ah, Jamaika. Land of. . . reggae, aku berkomentar. Hanya itu yang kutahu. Georgy tampak sangat senang. Kamu suka reggae, Bodhi? Ia mengucapkan namaku dengan huruf 'D' bertumpuk. BoDDDi. (halaman 111)

    Tradisi saling bertukar barang terlihat dalam kutipan berikut.
    Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit.

    Ada satu dorongan menggelegak, membuatku tergopoh-gopoh merogoh kantong celana, dan menjejalkan tasbih kayuku ke dalam genggamannya. (halaman 47)
    Di terminal bus menuju Vientiane, aku bertukar kitab dengan seorang backpacker. Namanya Andrea Roth, cewek Jerman yang janjian mau ketemu pacarnya di Udon Thani. (halaman 93)

    3. Kesetiakawanan yang Tinggi Antarsesama Backpacker

    Kesamaan hobi dan kesamaan nasib membuat hubungan antarindividu di dalam komunitas menjadi lebih erat. Timbul rasa percaya yang tinggi terhadap backpacker lain. Kepercayaan itu diungkapkan dengan berbagai macam tidakan, seperti mempercayai perkataan, memberikan uang, atau memberikan pertolongan. Kepercayaan tersebut melahirkan sikap kesetiakawanan yang tinggi di dalam komunitas backpacker. Seakan-akan komunitas backpacker adalah sebuah keluarga. 

    Sifat setia kawan tersebut juga ditunjukkan kepada backpacker yang baru dikenal. Seorang backpacker mempunyai penampilan yang khas sehingga mudah dikenali oleh backpacker lainnya. Dalam novel dikisahkan Bodhi yang baru bertemu pertama kali dengan Tristan Sanders, dan Tristan Sanders sudah mempercayai Bodhi dan mau membantu Bodhi.
    Tristan berkata, “Bodhi, my baldy mate, saya tahu kamu bisa menjaga diri. Tapi, kalau ada apa-apa, ingatlah untuk mencari kami-kami ini,” katanya sambil menepuk ransel besar di punggung. Identitas kaumnya. Dia lalu memberikan daftar nama, nomor kontak, alamat e-mail, kafe, dan hotel. Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit. (halaman 47)

    Selain itu, ditunjukkan juga saat Bodhi baru pertama kali bertemu dengan seorang backpacker dari Jamaika, Georgy. Georgy mempercayai Bodhi dan menolong Bodhi dengan memberi uang dan menunjukkan jalan.

    Kamu sedang dalam kesulitan, Bodhi? Ia setengah bertanya setengah menjawab. Uang saya juga tidak banyak dan perjalananku masih jauh. Saya tidak bisa bantu kamu. Tapi . . . ini. Di dekat gelas tehku, ia meletakkan selembar lima ribu kip. Georgy lalu menunjuk ke arah jendela yang terbuka. Tepatnya, ke sebuah bukit yang karena jauh bersemu biru. Bodhi, kalau kamu berjalan ke arah bukit itu, lalu menyeberangi satu sungai kecil, kamu akan masuk lagi ke Laos. (halaman 114)

    Kesetiakawanan paling kuat dalam novel adalah kesetiakawanan antara Bodhi dan Kell. Kell yang memang dari awal sudah mencari Bodhi karena ikatan batin, menolong Bodhi dalam mengatasi masalahnya. Kell juga yang banyak memberi nasehat kepada Bodhi dan mengarahkan jalan Bodhi. Hubungan antara Bodhi dan Kell sangat erat sampai Bodhi nekat menyeberang ke Laos dengan menempuh bahaya untuk menemukan Kell.


    No comments:

    Post a Comment