Wednesday, April 4, 2012

Skripsi: Kesantunan Berbahasa (Bab II)


BAB IIGAMBARAN OBJEK PENELITIAN

2.1 Profil Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran Lamongan
Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier 1985:18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri. Menurut Wahid (2001:171), pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas.

Menurut Mayra Walsh, ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. Unsur-unsur pokok pesantren tersebut yaitu kiai, masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (kitab kuning) yang merupakan elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.

Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar, masjid atau rumah guru, dimana murid-murid duduk di lantai, menghadap guru, dan belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari agar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini (1997:212), tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren. Ini berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti sistem pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.

Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiai atau pembantu kiai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Quran dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1985: 28). Santri hafidhoh (menghafal Al Quran) Pondok Pesantren Sunan Drajat biasanya menggunakan sistem pengajaran ini.

Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pondok pesantren Sunan Drajat ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985: 28).

Pesantren dapat dibedakan dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren Sunan Drajat merupakan pondok pesantren modern, dimana sistem pendidikan tersebut berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah).

Tujuan proses modernisasi pondok pesantren Sunan Drajat adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (Hasbullah, 1999:155).

Santri terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah santri putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Dhofier, 1985:52).

Komplek pesantren Sunan Drajat memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kiai, termasuk perumahan ustadz, gedung madrasah (sekolah), lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan.

Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok.

Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.

Nama pondok pesantren Sunan Drajat diambil dari nama salah satu walisongo yang sekarang makamnya ada di sekitar pesisir pantai utara daerah Lamongan. Raden Qosim yang di kenal sebagai Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel yang diutus ayahnya untuk membantu mbah Banjar dan mbah Mayang Madu dari Paciran pesisir utara Lamongan dalam penyebaran agama Islam. Dalam perkembangannya, Raden Qosim mendirikan pondok pesantren di Tanah Drajat (sekarang di tempati Pondok Putri Sunan Drajat) yang kemudian di kembangkan di desa Drajat (tempat makam Sunan Drajat). 
Sepeninggal Sunan Drajat, pondok pesantren yang beliau tinggalkan mengalami pasang surut hingga akhirnya tinggalah puing-puing bekas musholla dan sumur yang dibangun tahun 1426. Pada tanggal 7 September 1977, salah seorang keturunan Sunan Drajat merasa terpanggil jiwanya ketika melihat perilaku masyarakat sekitar yang kurang baik. Dengan berbekal ilmu kanuragan yang dimiliki, KH Abdul Ghofur mengumpulkan para pemuda sambil mengajarkan ilmu agama, ilmu kanuragan dan ilmu pengobatan. 
Dengan pertolongan Allah, jumlah santri yang semula hanya beberapa orang, menjadi puluhan, ratusan hingga ribuan. Hingga tahun 1990an telah berhasil memiliki lembaga pendidikan formal MI, MTs dan MA. Saat ini Pondok Pesantren Sunan Drajat telah memiliki SLTP Negeri, SMA, STM Otomotif, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM), Madrasah Mu’allimin Mu’allimat, Madrosatul Qur’an, Madrasah Diniyah dan Taman Kanak-kanak/sederajat.

Hubungan antarwarga masyarakat sekitar dengan pondok pesantren cukup baik, yaitu masyarakat selalu memberikan dukungan baik moral maupun material. Setiap tahun Pondok Pesantren Sunan Drajat juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyatu dengan Pondok melalui acara Haul Akbar kanjeng Sunan Drajat dimana penyelenggaraannya adalah masyarakat dan pihak pondok. Selain itu para santri Sunan Drajat dididik untuk berbaur dengan masyarakat satu bulan sekali melalui pengajian rutin malam Jum’at Wage di Masjid Jelaq (Masjid Kampung).

Pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di Pondok Pesantren Sunan Drajat di bawah suatu badan hukum Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pelaksanaan kegiatan kelembagaan ditangani oleh suatu organisasi pelaksana kegiatan. Seperti bidang pendidikan menangani lembaga-lembaga pendidikan formal, sedang pendidikan kepesantrenan ditangani oleh bidang pondok pesantren. 
Masalah administrasi dan keuangan di tangani oleh bidang administrasi keuangan Badan Koordinasi Keuangan (BKK), untuk pengembangan usaha atau industri ditangani oleh Badan Koordinasi Perekonomian dan Pengembangan Usaha, yang menjalin kemitraan dengan dunia usaha pondok pesantren maupun pemerintah.

Pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Sunan Drajat terdiri dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibtida’iyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al -Mu’amanah, SMPN 2 Sunan Drajat, Madrasah Aliyah (MA) Al – Ma’arif 7, Madrasah Mu’allimin Mu’allimat (MMA), Madrasatul Qur’an (MQ), Madrasah Diniyah, SMEA NU, Sekolah Teknik Mengengah (STM) Otomotif NU, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) dan Universitas Islam Lamongan (UNISLA). Selain itu menyelenggarakan Pendidikan Paket B dan C. Kurikulum yang dipakai adalah perpaduan antara kurikulum dari pesantren, Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional serta Departemen Kelautan dan Perikanan.

Adapun pendidikan kepesantrenan yang diselenggarakan adalah mengkaji kitab-kitab kuning yang berorientasi kepada pendalaman materi ilmu agama. Di samping untuk penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris, ada bentuk kegiatan bagi para santri untuk membahas berbagai permasalahan umat yang disebut dengan kegiatan diskusi Bahtsul Masail, tujuannya adalah untuk membiasakan santri melatih kepekaan terhadap berbagai hal yang berkembang dalam kehidupan umat Islam. 
Diadakan juga berbagai kegiatan pembahasan tentang faham -faham keagamaan, yang bertujuan agar para santri terbuka akan berbagai faham keagamaan yang di bangun oleh para pemikir-pemikir dari kalangan umat Islam. Diharapkan akan dapat mengurangi “fanatisme” golongan atau faham tertentu yang selama ini sering terjadi dalam kehidupan umat Islam.

Kegiatan ekstra yang juga tersedia adalah musik qosidah, rebana, band, teater, pramuka, bola basket, volley, sepak takrauw, pingpong, badminton, sepak bola, beladiri, kursus komputer, internet, menjahit, bordir, jurnalistik, kerajianan kulit, tata boga, Pengembangan Bahasa Asing (PBA), beternak, berkebun, Palang Merah Remaja (PMR) dan wirausaha.

Santri yang belajar di Pondok Pesantren Sunan Drajat berjumlah 6.000, terdiri dari santri putra 2400, santri putri 3000 orang, santri karyawan 600, santri tidak menetap 50,5% sisanya tinggal di lingkungan sekitar pondok. Dilihat dari jenis pendidikan yang di ikuti santri yang belajar di TK dan MI sebanyak 9,5%, MTs sebanyak 7,5%, SMPN sebanyak 10%, MA sebanyak 14%, SMEA sebanyak 5 %, STM Otomotif sebanyak 6%, SUPM sebanyak 1%, Mu’allimin Mu’allimat sebanyak 16%, Madrasah Diniyah sebanyak 11%, Madrasatul Qur’an sebanyak 10%, Unisla (Universitas Islam Lamongan) sebanyak 10%. Asal santri dari sekitar Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Tuban, Jombang, Kalimantan Barat, Riau, Medan, NTB, Jakarta, Jawa Tengah, Jambi, Madura, Malaysia dan Surabaya serta kabupaten lain di Jawa Timur. 
Jumlah tenaga pendidiknya adalah Kiai 1 orang, ustadz/guru/dosen 360 orang terdiri dari 227 laki-laki dan 113 perempuan. Latar belakang pendidikan Ustadz/guru adalah alumni Ponpes Tebu Ireng, Tambak Beras, Lirboyo, Gontor, Darul Ulum, Sunan Drajat, Langitan, Pacul Goang, Sarang Lasem, Pare Kediri, Kranji, tamatan Madrosatul Qur’an, Sarjana Strata 1 (S1), Strata 2 (S2), dan S3. Status kepegawaian adalah tenaga yang diangkat yayasan sebagai tenaga tetap yayasan dan honorer. 
Bagi para tenaga pendidik disediakan tempat atau rumah-rumah khusus bagi para ustadz atau guru/dosen di dalam komplek Pondok Pesantren Sunan Drajat. Ada beberapa yang tinggal di luar Pondok Pesantren Sunan Drajat karena telah memiliki rumah sendiri. Bagi para ustadz/guru yang tinggal di kompleks Pondok Pesantren Sunan Drajat di tugaskan sebagai pengawas disiplin dan tata tertib peraturan yang di berlakukan di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Sunan Drajat terdiri dari gedung sekolah, Balai Pengobatan (BP), asrama santri putra dan putri, asrama atau rumah guru/ustadz, kantor agribisnis, kantor Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA), kantor pelayanan administrasi dan keuangan, studio radio FM, perpustakaan, ruang komputer, lab bahasa, ruang teater, MCK, koperasi, dan dapur umum untuk para santri (putra dan putri). Sarana olah raga yang dimiliki adalah lapangan volley, lapangan bulu tangkis, lapangan basket, dan untuk pelaksanaan upacara. Masjid di gunakan sebagai tempat pelaksanaan ibadah shalat berjama’ah bagi santri putra, sedang musholla di gunakan sebagai tempat ruang pertemuan.

Sebagai sumber dana utama adalah pemasukan dari unit usaha yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren Sunan Drajat, serta iuran para santri/siswa setiap bulan. Uang dari unit usaha untuk pengembangan sarana pondok, Sedangkan uang yang diambil dari santri untuk keperluan kesehatan, listrik dan pelaksanaan program belajar mengajar. Selama ini kebutuhan sarana belajar mengajar banyak dibiayai oleh pengasuh pondok Pesantren, KH Abdul Ghofur, melalui usaha pengobatan tradisional. Usaha ekonomi yang dilakukan Pondok Pesantren ini adalah dari industri, wartel, radio, pertanian, peternakan, dan koperasi, yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para guru/ustadz maupun santri. Usaha tersebut belum banyak memberi sumbangan terhadap pemasukan keuangan pondok pesantren kerena diprioritaskan kepada pengembangan usaha. 
Rencana pengembangan adalah dengan meningkatkan diversifikasi jenis usaha agar lebih produktif, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan institusi antara lain dari UNIBRAW, ITB, IPB, UGM, ITS, UNAIR, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Koperasi dan UKM, serta menjalin kerjasama dengan perusahaan di seluruh Indonesia khususnya di daerah Lamongan dan Jawa Timur, untuk peningkatan kuantitas dan kualitas usaha yang ada.

Untuk bidang usaha yang dikembangkan, tanah yang digunakan untuk bangunan fisik adalah 12 ha, gunung kapur 10 ha, lahan Phosphat 5 ha, untuk pengembangan agribisnis 30 ha, tanah wali santri dan alumni yang di gunakan untuk pengembangan usaha 300 ha. Bidang usaha yang di kembangkan adalah:

  1. Penanaman mengkudu sebanyak 10 ha 
  2. Pengembangan jus mengkudu “Sunan” 
  3. Pembuatan pupuk 
  4. Pembuatan air minum dalam kemasan “Quadrat” 
  5. Peternakan sapi 
  6. Home industri penggergajian kayu 
  7. Kerajinan dari limbah kulit 
  8. Kerajinan kayu “Kapal Layar Mini” 
  9. Pembuatan Kayu Asma ”Tawon Bunga” 
  10. Minyak kayu putih “ Bintang Kobra” 
  11. Konveksi dan bordir 
  12. Koperasi 
  13. Pengadaan Radio Dakwah Persada FM, dan lain-lain.

2.2 Profil Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat Banjaranyar Paciran Lamongan
Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren mempunyai peran penting sekali dalam Islam karena ajaran Islam sangat mendorong dan menghargai orang yang mencari ilmu. Ini jelas disebut dalam Al Quran, surat Al-Mujadalah, ayat 11:

“…Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat…”

Tujuan KH Abdul Ghofur mendirikan pondok pesantren Sunan Drajat adalah untuk mendidik dan mengajar putri-putri Islam agar menjadi manusia yang:

  1. Berbudi tinggi, 
  2. Menguasai bahasa Al Qur’an (bahasa Arab) dan bahasa umum (bahasa Inggris),
  3. Takwallah – takut kepada Allah,
  4. Menegakkan agama Allah dan memberikan berita kepada orang tabligh, mengajar atau paling tidak menjadi contoh.

Alasan KH Abdul Ghofur mendirikan pondok pesantren putri, adalah karena orang perempuan 99,5% adalah calon-calon ibu, maka seorang ibu harus mempunyai akhlak mulia. Selain itu, nabi Muhammad berwasiat kepada umatnya ketika akan meninggal, “peliharalah wanita karena wanita itu adalah tiang negara”. Ini menunjukkan bahwa KH Abdul Ghofur ialah seorang yang mendengarkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan yang juga menghayati kepentingan pendidikan wanita pada masa kini di Indonesia.

Salah satu tujuan sistem pendidikan pesantren adalah untuk membina suasana kesederhanaan di dalam pondok. Di Pondok Pesantren Sunan Drajat santri-santri tidur di kasur tipis di atas lantai, masing-masing memiliki satu lemari kecil, makan yang sederhana saja (nasi, sayur dan kerupuk, tempe, tahu, ikan laut dan kadang-kadang daging) sehari tiga kali. Untuk makan, santri diharuskan kos (membayar uang makan bulanan). Selain itu kebanyakan santri juga mencuci dan memelihari tempat asramanya sendiri meskipun di pondok tersebut sudah disediakan laundry. Gedung dan fasilitas di Pondok Pesantren Sunan Drajat tergolong modern. Fasilitas yang lengkap ikut menunjang kebutuhan santri, seperti kantin, klinik, lab bahasa, koperasi, dan sebagainya.

Suasana di pondok pesantren yang menerima santri kalong memang lain dari keadaan di pondok pesantren yang hanya menerima santri mukim, seperti halnya dengan ponpes Sunan Drajat. Ternyata ada banyak manfaat untuk santri-santri kalau wajib berasrama karena suasana di pondok sesuai untuk santri yang mau rajin belajar dan juga tidak harus khawatir soal kemananan. Kewajiban berasrama itu juga memperkuat keakraban masyarakat pondok dan mempermudah tugas kiai dalam pembinaan dan pendorongan para santrinya.

Para santri yang tinggal di asrama Pondok Pesantren Sunan Drajat banyak berasal dari desa-desa di kabupaten Lamongan dan Gresik, Jawa Timur. Ini berarti bahwa kapan-kapan kalau ada keperluan, orang tua santri bisa mengunjungi anaknya di pondok atau santri-santri bisa pulang. Biasanya kalau orang tua santri datang ke pondok mereka membawa makanan banyak untuk anaknya dan hanya di pesantren selama beberapa jam saja. Jika santri pulang selama waktu semester sekolah masih berlanjut, alasannya adalah karena ada keperluan penting, misalnya sakit atau karena ada upacara keluarga seperti upacara pernikahan dan lain-lain.

Aspek-aspek pendidikan pondok pesantren lain yang mempengaruhi santri untuk memilih sistem pendidikan pesantren termasuk kedisiplinan, yang mendorong santri-santri menjadi lebih terfokus kepada pelajarannya; keamanan, yang rajin dijaga dan sangat penting bagi semua penghuni pondok; dan pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Santri-santri mementingkan pelajaran bahasa Arab untuk mengaji dan memahami ayat-ayat Kitab Suci dan bahasa Inggris karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang sangat bermanfaat dalam dunia modern ini.

Salah satu tujuan sistem pendidikan Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah untuk menyiapkan para santri dalam hidup bermasyarakat setelah sudah lulus dari pesantren. Para santri dididik agar memiliki keterampilan kemandirian dan agar mereka menghayati tugasnya dan perannya menurut ajaran Islam di dalam masyarakat sebagai perempuan, ibu, isteri, tetangga, pekerja dan seorang alim.

Profil kehidupan sehari-hari santri Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat
Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda walaupun tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya ini terutama dibuat dari fakta lingkungan pondok yang sangat terbatas, sifat kiai dan sifat para santri. Oleh karena lingkungan pondok sangat terbatas dan banyak waktu yang harus dilewatkan di dalam satu tempat itu, maka harus ada kehormatan dan kesabaran yang tinggi sekali. Santri-santri harus bisa bekerja sama dan saling paham untuk menciptakan suasana yang tenang dan cocok untuk belajar dan beribadah.

Tidak ada banyak keragaman bagi para santri dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Sunan Drajat. Jadwal sekolah dan kegiatan-kegiatan sehari-hari tetap, jarang berubah.

Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di pesantren Sunan Drajat pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:
Kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirihat.
Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla dan mengerjakan PR atau belajar sendiri.
Kegiatan sembahyang.


JADWAL KEGIATAN
PONDOK PESANTREN PUTRI SUNAN DRAJAT
BANJARANYAR PACIRAN LAMONGAN

KEGIATAN HARIAN
No

Jenis Kegiatan

Waktu
1
Sholat lail
03.15-04.00
2
Jama’ah subuh
04.00-05.00
3
Pengajian Al Qur’an
05.00-selesai
4
Pengembangan bahasa Arab dan Inggris
05.00-06.00
5
Pengajian kitab
05.00-06.00
6
Ro’an
06.00-06.15
7
Pengajian kitab (ABA)
06.00-07.30
8
Sekolah formal
07.00-13.00
9
Pengajian kitab
09.00-11.00
10
Jama’ah dhuhur
14.00-15.30
11
Sekolah diniyah
15.30-16.30
12
Ro’an
16.30-16.45
13
Jama’ah maghrib
17.40-18.10
14
Pengajian Al Qur’an
18.10-19-10
15
Pengajian kitab (ABA)
18.30-20.00
16
Jama’ah Isya’
19.10-19.30
17
Pengajian kitab
19.30-20.30
18
Takror
20.30-21.30

KEGIATAN MINGGUAN

No

Jenis Kegiatan

Waktu
A

Hari Selasa

1
Baca kitab malam Jum’at
18.10-18.20
2
Wirid rutin
18.20-19.10
3
Dziba’, Barjanji, Manakib
20.00-22.00
4
Muhadloroh
20.00-22.00
5
Keputrian (menjahit&hastakarya) + Rebana
14.00-16.00
B

Hari Jum’at

1
Kultum (Kuliah Tujuh Menit)
18.00-18-17
2
Istighosah Malam Jum’at
18.17-19.00
3
Pengajian Bapak Kiai
19.30-selesai
4
Tahlil
05.00-selesai
5
Tadarrus Al Qur’an bi al Nadlor
07.00-11.00
6
Qiro’atul Qur’an (Umum)
07.00-selesai
7
Qiro’atul Qur’an (Khusus)
14.00-selesai

KEGIATAN BULANAN

No

Jenis Kegiatan

Waktu
1
Manakib Kubro
19.30-selesai
2
Istighosah Kubro
19.30-selesai
3
Musyawarah Kitab
19.30-22.00
4
Muhadloroh Masal + Dziba’ Masal
20.00-22.00
5
Tadarrus Al Qur’an bi al Ghoib
07.00-11.00
Salah satu aspek kehidupan sehari-hari para santri adalah ketidakperluannya untuk diawasi atau dikelola oleh para guru maupun kiai. Tentu saja kadang terjadi kasus spesifik di mana kiai perlu ikut campur, tetapi pada umumnya kedisiplinan para santri di Sunan Drajat sangat tinggi sehingga peneliti tidak pernah melihat seorang santri diperintah mengerjakan sesuatu yang seharusnya dia sudah kerjakan.

Alasan bagi para santri untuk mengelola sendiri kegiatan sehari-harinya adalah karena peraturan-peraturan pondok dan jadwal sehari-hari yang sangat ketat. Santri hanya tinggal mengikuti kegiatan-kegiatan yang dimasukkan jadwal untuk hari tertentu, sehingga santri tidak susah untuk dikelola.

Aspek lain kehidupan sehari-hari bagi para santri di pesantren Sunan Drajat adalah banyak keragaman dalam kegiatan yang bisa dilakukan seperti olah raga, kesenian, dan juga kegiatan ekstrakurikuler di sekolah formal, sehingga banyak kesempatan untuk bergaul dengan orang dari luar pondok.

Santri bisa membaca majalah dan buku yang dibawah dari rumah, mendengarkan musik dan radio, mengobrol dengan temannya atau kadang-kadang menonton televisi di koperasi. Untuk keluar, santri harus ijin dulu ke pengurus pondok. Dalam satu bulan, santri hanya mempunyai jatah ijin dua kali. Hal ini berbeda dibandingkan dengan pemuda-pemudi yang tinggal di luar pondok pesantren yang menikmati kehidupan yang lebih bebas. Kehidupan para santri sangat ketat dan disiplin, memang ada alasan yang relevan demi menjaga kesucian pesantren tersebut.

Pondok pesantren putri Sunan Drajat terdiri dari 6 asrama, yaitu:
  1. Asrama Az Zakiyah terdiri dari 6 kamar 
  2. Asrama Az Zahroh terdiri dari 6 kamar
  3. Asrama Al Aminah terdiri dari 5 kamar
  4. Asrama Al Hidayah terdiri dari 8 kamar
  5. Asrama Al Fatimah terdiri dari 6 kamar
  6. Asrama Al Humairo’ terdiri dari 3 kamar.
Masing-masing kamar terdiri dari 25 – 55 santri.



* Luthfiaytin, Ida. 2007. "Kesantunan Imperatif dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran Lamongan Jawa Timur". (Skripsi S-1) Fakultas Sastra, Universitas Airlangga

Sumber: http://kesantunanberbahasa.wordpress.com


No comments:

Post a Comment