Bab I
Pendahuluan
Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka ragam baik yang menagndung aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, kemanusiaan, moral, maupun jender.
A. Bahasa Karya Sastra
Bahasa sastra dimanfaatkan oleh sastrawan guna menciptakan efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya bahasa’ sebagai sarana sastra.
Pendahuluan
Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka ragam baik yang menagndung aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, kemanusiaan, moral, maupun jender.
A. Bahasa Karya Sastra
Bahasa sastra dimanfaatkan oleh sastrawan guna menciptakan efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya bahasa’ sebagai sarana sastra.
Dengan demikian, praktis bahasa menjadi kebutuhan dalam bahasa sastra agar memiliki fungsi estetik yang dominan.
B. Ciri Khas Bahasa Sastra
Bahasa sastra memiliki beberapa ciri antara lain sebagai bahasa emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Secara rinci, bahasa sastra memiliki sifat antara lain: emosional, konotatif, bergaya (berjiwa), dan ketidaklangsungan ekspresi.
B. Ciri Khas Bahasa Sastra
Bahasa sastra memiliki beberapa ciri antara lain sebagai bahasa emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Secara rinci, bahasa sastra memiliki sifat antara lain: emosional, konotatif, bergaya (berjiwa), dan ketidaklangsungan ekspresi.
Emosinal, berarti bahasa sastra mengandung ambiguitas yang luas yakni penuh homonim, manasuka atau kategori-kategori tak rasional, bahasa sastra diresapi peristiwa-peristiwa sejarah, kenangan, dan asosiasi-asosiasi. Bahasa konotatif, artinya bahasa sastra mengandung banyak arti tambahan, jauh dari hanya bersifat referensial (Wellek & Werren, 1989: 22-25).
Sifat bahasa sastra yang lain dapat dilihat dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bahasa yang digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu, khususnya efek estetis (Pradopo, 1997: 40). Keraf (1991: 113) menegaskan bahwa gaya bahasa disusun untuk mengungkapkan pikiran secara khas yang memperlihatkan perasaan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa itu adalah cara yang khas yang dipakai seorang untuk mengungkapkan diri pribadi (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 137).
Referensi:
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo
Sifat bahasa sastra yang lain dapat dilihat dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bahasa yang digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu, khususnya efek estetis (Pradopo, 1997: 40). Keraf (1991: 113) menegaskan bahwa gaya bahasa disusun untuk mengungkapkan pikiran secara khas yang memperlihatkan perasaan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa itu adalah cara yang khas yang dipakai seorang untuk mengungkapkan diri pribadi (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 137).
Referensi:
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo
No comments:
Post a Comment