Bab IV
Pengajaran Drama
Pengajaran Drama
1. Pendahuluan
Pengajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan menjadi dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi drama.
a. Pengajaran drama di sekolah
Pengajaran drama diklasifikasikan menjadi:
1) Pengajaran teks drama yang termasuk drama
2) Pementasan drama yang termasuk bidang teater
Kesulitan-kesulitan dalam pembinaan teater di sekolah yaitu:
1) Kekurangan pelatih atau sutradara yang dedikatif.
2) Kekurangan naskah drama yang cukup pendek dan temanya relevan dengan tuntutan sekolah.
3) Kekurangan perserta yang dedikatif dalam berlatih.
4) Kekurangan fasilitas pentas.
5) Kekurangan biaya latihan dan biaya pementasan.
6) Kekurangan petugas teknik dan artistik
7) Kekurangan perhatian dan bantuan pemimpin sekolah demi perkembangan drama di sekolah.
b.Peranan drama sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan bahasa
Pengajaran drama sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan membaca (teks drama) dan menyimak atau mendengarkan (dialog pertunjukan drama, mendengarkan drama radio dan televisi). Sementara penunjang latihan penggunaan bahasa artinya melatih keterampilan menulis (teks drama sederhana, resensi drama dan resensi pementasan) dan wicara (melakukan pentas drama).
2. Tujuan Pengajaran (Instructional Objectives)
a. Taksonomi Bloom
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Kognitif: Pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Afektif: Menerima (receiving), menjawab atau mereaksi (responding), menaruh penghargaan (valuing), mengorganisasikan sistem nilai, dan mengadakan karakterisasi nilai.
3) Psikomotorik: Persepsi, kesiapan, respons terpimpin, mekanisme, respons yang kompleks.
b. David Merrill
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Fakta: Mengingatkan fakta
2) Konsep: Mengingatkan konsep dan menggunakan konsep
3) Prosedur atau rule: Mengingatkan prosedur dan menggumakan prosedur.
4) Prinsip: Mengingatkan prinsip dan menggunakan prinsip.
c. Robert M. Gagne
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Kemampuan intelektual: Diskriminasi, identifikasi, klasifikasi, demonstrasi, menggeneralisasikan.
2) Strategi kognitif: Mengubah konsep lama, mengambil kesimpulan, memecahkan masalah.
3) Informasi: Belajar label (judul), belajar fakta (informasi), belajar keseluruhan pengetahuan.
4) Sikap: Kecepatan (speed), kecermatan (accuracy), kekuatan (force), keluwesan (smoothness).
5) Sikap (attitude): Pemilihan, tindak perseorangan, tindakan.
d. H. L. B. Moody
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Informasi
2) Konsep
3) Perspektif
4) Apresiasi
3. Proses Belajar Mengajar
a. Seleksi (pemilihan) Materi
Secara umum, seleksi materi harus disesuaikan dengan:
1) Tingkat perkembangan psikologis anak.
2) Tujuan yang digariskan melalui kurikulum.
3) Tujuan pendidikan dan pengajaran pada umumnya.
b. Gradasi (urutan penahapan)
Untuk pementasan drama, hendaknya dimulai dari role playing (bermain peran). Kemudian meningkat pada pemeranan adegan-adegan pendek. Mempelajari lakon pendek sederhana. Menyusul lakon pendek yang rumit, untuk akhirnya mementaskan lakon panjang.
c. Presentasi (teknik penyampaian)
Penyampaian dalam pengajaran drama, dapat berupa hal-hal berikut:
1) Mendiskusikan naskah drama tersebut.
2) Mementaskan sebuah adegan.
3) Mementaskan sebuah lakon.
4) Kegiatan mendengarkan sandiwara radio.
5) Diselenggarakan pertunjukan drama yang disusul dengan diskusi tentang pertunjukan tersebut.
d. Repetisi
e. Evaluasi dalam pengajaran drama
4. Strategi Pengajaran Teks Drama (Sebagai Karya Sastra)
a. Strategi stratta
Dalam strategi stratta, ada tiga tahap, yaitu:
1) Tahap penjelajahan
2) Tahap interpretasi
3) Tahap reaksi
b. Langkah-langkah penyajian
Sebelum guru dapat mengajarkan satu drama pada satu kelas, ia harus mengadakan dua macam persiapan, yaitu memilih bahasa yang cocok untuk kelasnya dan menyusun persiapan guna dapat mengajarkannya dengan baik, sebelum ia siap untuk membawa bahan itu ke kelas.
c. Strategi induktif model taba
Langkah-langkah dalam strategi induktif model taba adalah sebagi berikut:
1) Pembentukan konsep: Mendaftar data, mengklasifikasikan, memberi nama.
2) Penafsiran data: Menafsirkan, membandingkan, menyimpulkan atau menggeneralisasikan.
3) Penerapan prinsip: Menganalisis masalah baru, membuat hipotesis, menerangkan, memeriksa ramalan.
d. Strategi analisis
Langkah-langkah dalam strategi analis yaitu:
1) Membaca keseluruhan
2) Analisis
3) Memberikan pendapat akhir
e. Strategi sinektik (model gordon)
Ada tiga langkah dalam metode sintetik, yaitu:
1) Analogi langsung (direct analogy)
2) Analogi personal (personal analogy)
3) Konflik kempaan atau termapatkan (compressed conflict)
f. Role playing (bermain peran)
Langkah-langkah dalam role playing yaitu:
1) Memotivasi kelompok
2) Memilih pemeran (casting)
3) Menyiapkan pengamat
4) Menyiapkan tahap-tahap peran
5) Pemeranan (pentas di depan kelas)
6) Diskusi dan evaluasi I (spontanitas)
7) Pemeranan (pentas) ulang
8) Diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah
9) Membagi pengalaman dan menarik generalisasi
g. Sosio drama
Langkah untuk mengefektifkan sosio drama adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan problem
2) Mendeskripsikan situasi konflik
3) Pemilihan pemain (casting characters)
4) Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat
5) Memerankan situasi tersebut
6) Memotong adegan
7) Mendiskusikan dan menganalisis situasi, kelakuan, dan gagasan yang diproduksi.
8) Menyusun rencana untuk testing lebih lanjut atau implementasi gagasan baru.
h. Simulasi: Strategi untuk memberikan kemungkinan kepada murid agar ia dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan.
Langkah-langkah dalam stimulasi:
1) Pemilihan situasi, masalah atau permainanyang cocok
2) Pengorganisasian kegiatan
3) Periapan untuk memberikan petunjuk-petunjuk
4) Pemberian petunjuk secara jelas kepada siswa
5) Diskusi tentang kegiatan simulasi dengan pelaku
6) Pemilihan peran
7) Persiapan pemeranan
8) Mengawasi kegiatan simulasi
9) Penyampaian saran-saran perbaikan
10) Evaluasi tentang konstribusi
5. Strategi Pembelajaran Drama
a. Pementasan drama di kelas
Pementasan dapat berupa pementasan satu naskah drama oleh satu kelompok atau lebih. Guru harus menyediakan petugas teknis dan artistik untuk melayani pementasan yang dilaksanakan.
b. Pementasan drama oleh teater sekolah
Untuk pementasan sekolah, hendaknya dipilih naskah-naskah yang komunikatif, mudah dipahami, mempunyai konflik yang kuat dan atraktif.
c. Teknik pembinaan apresiasi drama
Dalam membina dan mengembangkan apresiasi drama, murid dan guru harus dilengkapi dengan bahan yang serasi untuk kelompok-kelompok yng diajarkan dan menguasai teknik mengajar drama dengan baik, serta dapat menyesuaikan teknik dan bahan jika diperlukan.
d. Catatan tambahan tentang pemilihan materi
Pemilihan bahan naskah drama untuk diajarkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan jiwa murid.
2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai untuk tingkat kemampuan murid.
3) Bahasanya sedapat mungkin menggunakan bahasa yang standar.
4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara kita.
Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
No comments:
Post a Comment