Thursday, May 8, 2014

Dimensi Sosial Komunitas Backpacker dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra

Download tulisan:  Dimensi Sosial Komunitas Backpacker dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra
------------------------------------------


BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Warren, 1995: 3-4). 

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan.

Novel Supernova Episode Akar bercerita tentang perjalanan tokoh utama yaitu Bodhi dalam mencari “kesejatian” untuk mencapai kebahagiaan. Kisah petualangan Bodhi dalam pencarian “kesejatian” diawali dengan ia keluar dari vihara untuk pergi tanpa tujuan. Dalam petualangannya Bodhi banyak mendapat pengalaman berharga, mulai dari mennjadi cleaning service di sebuah penginapan sampai akhirnya Bodhi bertemu dengan beberapa backpacker dan Bodhi berkeinginan untuk pergi ke beberapa negara berpetualang tanpa tujuan dalam rangka mencari “kesejatian.

Komunitas backpacker mempunyai peran penting dalam kehidupan Bodhi sehingga Bodhi pun ikut menjadi seorang backpacker. Perjalanan Bodhi dan interaksi sosialnya dengan sesama backpacker menjadi ciri khas novel ini. Belum banyak novel yang mengangkat kehidupan sosial komunitas backpacker.

Salah satu novel yang mengangkat kehidupan backpacker adalah Edensor karya Andrea Hirata meskipun hanya sedikit. Dengan pengangkatan kehidupan sosial backpacker ini novel Supernova Episode Akar menjadi sebuah novel yang dapat memberi wawasan baru tentang dimensi sosial sebuah komunitas yang kurang lazim dalam masyarakat.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian terhadap Novel Supernova Episode Akar dengan judul “Dimensi Sosial Komunitas Backpacker dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra”.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
  1. Bagaimana struktur bangunan novel Supernova Episode Akar karya Dewi Lestari?
  2. Bagaimana dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar Air karya Dewi Lestari?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Mendeskripsikan struktur bangunan novel Supernova Episode Akar karya Dewi Lestari.
  2. Menganalisis dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar Air karya Dewi Lestari.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan tentang dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar Air karya Dewi Lestari.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan atau bahan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan acuan atau bahan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran sastra maupun pembelajaran sosiologi.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka 
Penelitian sosiologi sastra untuk mengungkap kehidupan sosial sebuah komunitas atau kelompok masyarakat dilakukan oleh Trianingrum (2008) dalam “Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari”. Hasil penelitiannya mendeskripsikan tentang (1) sikap orang Jawa dalam beragama yang meliputi sikap eling, pracaya, dan mituhu, (2) sikap orang Jawa dengan dirinya sendiri yang meliputi sikap rila, nrima, dan sabar serta (3) sikap orang Jawa dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi sikap ethok-ethok, wedi, isin, dan sungkan.

Nugroho (2007) melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Sosial Tokoh Utama dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi Agustinus”. Tujuan penelitian adalah mengemukakan penokohan dan perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Agustinus, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian ini memperlihatkan tokoh dan penokohan tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem, perilaku sosial Pariyem dalam konteks budaya Jawa, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem. Penelitian-penelitian di atas mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu berupaya untuk mengungkap kehidupan sosial tokoh atau kelompok masyarakat (komunitas) dalam sebuah novel dengan menggunakan kajian sosiologi sastra.

Sepengetahuan penulis, belum ada kajian sosiologi sastra terhadap novel Supernova Episode Akar untuk mengungkap dimensi sosial komunitas backpacker.

Landasan Teori
Struktur Novel Novel merupakan salah satu bentuk sastra yang berbentuk prosa. Kejadian yang terdapat dalam novel merupakan khayalan atau rekaan yang diceritakan oleh pengarang. Novel memiliki unsur-unsur pembangun cerita. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja, bersifat imajinatif (Nurgiantoro, 2007: 4). Stanton (2007: 22) mendeskripsikan unsur-unsur pembagian struktur fiksi terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana sastra.

Tema merupakan makna penting atau gagasan utama dalam sebuah cerita. Fakta cerita merupakan aspek cerita yang berfungsi sebagai elemen-elemen catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita adalah metode pengarang dalam memilih dan menyusun detil agar tercapai pola-pola yang bermakna. Fungsi sarana sastra adalah memadukan fakta cerita dan tema sehingga makna sastra dapat dipahami dengan jelas. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan juga cara-cara pemilihan judul di dalam karya sastra.

Komunitas Backpacker

Backpacker adalah istilah yang secara historis telah digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk murah, perjalanan nasional/internasional independen. Ketentuan seperti perjalanan independen dan/atau anggaran perjalanan sering digunakan bergantian dengan backpacker. Faktor-faktor yang secara tradisional membedakan backpacker dari bentuk pariwisata lain tetapi tidak terbatas pada hal berikut: penggunaan angkutan umum sebagai sarana perjalanan, preferensi penginapan sampai hotel tradisional, lama perjalanan liburan vs konvensional, penggunaan ransel, suatu kepentingan dalam rapat lokal, dan juga melihat pemandangan/wisata.

Backpacker sebagai gaya hidup dan sebagai sebuah bisnis telah berkembang cukup dalam (era tahun 2000-an) sebagai biasa dari maskapai penerbangan bertarif rendah, hotel atau akomodasi anggaran di banyak bagian dunia, dan komunikasi digital dan sumber daya membuat perencanaan, pelaksanaan, dan melanjutkan perjalanan backpacking jangka panjang lebih mudah dibandingkan sebelumnya. Meskipun tidak ada kepastian mengenai asal backpacker, akar-akarnya dapat dilacak, setidaknya sebagian, ke jalur Hippie tahun 1960-an, dan 1970-an yang kemudian diikuti bagian-bagian dari Jalan Sutera tua. (http://raddien.blogspot.com)

Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat dengan di dalamnya terdapat usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. (Damono, 1978: 6)

Istilah sosiologi sastra pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan pendekatan sosiologis atau sosiokultur terhadap sastra. Ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor luar sastra untuk membicarakan sastra. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui lebih dalam lagi gejala di luar sastra. (Damono, 1978: 2)

Menurut Wellek dan Warren (1995: 111) hubungan sastra dengan masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Pertama, sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan situasi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi, produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan di dalam karya sastra. Kedua, isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Ketiga, permasalahan pembaca dan dampak sosial sastra. Dalam penelitian ini sosiologi sastra digunakan untuk mengungkap dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar.


BAB III STRUKTUR BANGUNAN NOVEL SUPERNOVA EPISODE AKAR 
Berdasarkan teori Stanton, analisis struktur bangunan novel Supernova Episode Akar akan membahas tema, alur, tokoh, dan latar.

1. Tema
Novel Supernova Episode Akar mengangkat kehidupan tokoh utama, Bodhi. Petualangannya dalam rangka menemukan “kesejatian”. Kesejatian tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang selama ini jadi bahan perenungan dan kebimbangan Bodhi. Bodhi yang yatim piatu juga ingin mengetahui sebenarnya ia dari mana asalnya. Novel ini mengangkat sebuah kehidupan yang serba tidak pasti yang digambarkan lewat kehidupan seorang Bodhi dengan perjalanan backpacking-nya. Dalam kehidupan ini kita tidak tahu pasti apa yang akan kita hadapi.

2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Supernova Episode Akar adalah alur campuran. Novel Supernova Episode Akar terdiri dari tiga bagian, yaitu: “Keping 34”, “Keping 35”, dan “Keping 36”. Keping 34 menceritakan tokoh Gio yang bertemu Chaska di Bolivia. Alur yang digunakan adalah alur maju. Keping 35 dimulai dengan kisah Bodhi pada masa kini. Kemudian kisah dengan alur mundur, yaitu Bodhi bercerita tentang pengalaman masa lalunya. Keping 35 pertama-tama menggunakan alur maju, kemudian alur mundur, selanjutnya alur maju. Alur keping 35 merupakan alur yang sangat kompleks. Keping 36 menggunakan alur maju.Berikut digambarkan alur novel Supernova Episode Akar.

3. Penokohan
1) Bodhi

Tokoh utama dalam novel Supernova Episode Akar adalah Bodhi. Bodhi adalah seorang laki-laki yang yatim piatu sejak kecil. Secara fisiologis, Bodhi berbadan kurus, kepalanya gundul, pada kepalanya ada susunan tulang seperti tulang belakang yang membelah mulai dari pucak dahi ke belakang dan menghilang perlahan di pangkal tulang leher. 

"Ini bisa dipakai untuk menjelaskan kenapa ada susunan tulang seperti tulang belakang membelah kepalaku, mulai dari puncak dahi ke belakang dan menghilang perlahan di pangkal tulang leher. Mereka menjulukiku Klingon. Padahal sisa tubuhku yang lain sama seperti manusia biasa, jidatku tak lantas berlipat, dan aku pun kurus, tidak tinggi besar seperti makhluk Klingon dalam Star Trek." (halaman 29) 

Penokohan Bodhi adalah sebagai berikut:
a. Putus asa terhadap kehidupan / membenci kehidupan Bodhi adalah tokoh yang kehidupannya penuh penderitaan, khususnya penderitaan batin. Sumber penderitaannya adalah ketidaktahuan akan identitasnya dan terutama indera keenam yang dimilikinya.
"Aku ingin si 'aku' mati. Siapapun itu sesungguhnya. Karena hidup ini terlalu sakit. Capek. Mau muntah. BLAH! PUAH! Hrrrrgkh . . . ]" (halaman 20)

b. Selalu merasa bimbang dan takut Karena masa lalunya dan pengalaman dengan indera keenamnya, Bodhi menjadi sosok yang mudah takut dan bimbang.
"Dan kalimatnya menggetarkan nadiku. Empat bulan lebih aku tidak merasakan keanehan apa-apa. Empat bulan lebih aku terbebas dari takut Tapi detik itu, aku kembali merasa terancam." (halaman 51)

2) Kell
Kell adalah seorang laki-laki berumur sekitar 35-an. Ayahnya orang Irlandia, ibunya orang Mesir. Kell berwajah tampan. Sifat tokoh Kell adalah suka berpetualang, humoris, dan mudah bergaul.
Namanya Kell. Umurnya barangkali sekitar 35-an. Ayahnya orang Irlandia yang juga pengelana, menikahi wanita Mesir, dan jadilah dia dengan kombinasi genetika yang sempurna. Kami semua berpikir kenapa dia tidak jadi bintang film. (halaman 49)
Di kamar, duduk santai di atas kantong tidurku, mereka bernyanyi bersahutan. No woman, no cry . . . , Kell bernyanyi asyik menghadap plafon, disambut si pria Thailand. No wo-man, no ka-aii!! Memangnya kamu sudah lama kenal dia? Aku bertanya pada Kell. Yang ditanya menggeleng sambil tertawa jahil. Nggak tuh, saya ngaku kenal kakaknya yang dagang kue di dekat pos polisi Khao San, jawab Kell ringan. (halaman 61) 

3) Guru Liong
Guru Liong (Zang Ta Long) adalah seorang biksu yang berasal dari China. Guru Liong adalah orang yang mengasuh dan membesarkan Bodhi. Guru Liong mempunyai sifat penyayang, rajin, dan sabar. 

4) Gio 
Gio adalah seorang laki-laki yang punya pendirian kuat (keras kepala). Hal itu diperlihatkan saat ia memutuskan akan pergi ke Amazon untuk mencari Diva. 

5) Chaska 
Chaska adalah wanita janda kebangsaan Bolivia dan ia mempunyai anak bernama Paulo. Chaska menyayangi Gio dan menganggap Gio seperti anak kandungnya sendiri. Chaska mempunyai sifat humoris. 

6) Tristan Sanders 
Tristan Sanders adalah seorang backpacker asal Australia berambut gondrong. Ia adalah orang yang baik yang mau membantu Bodhi. Di awal tidak diceritakan agamanya, tetapi ketika Bodhi bertemu dengan Tristan Sanders, Tristan sudah menjadi seorang Budha yang taat. 

7) Star (Ishtar Summer) 
Star adalah seorang wanita cantik. Ia tamu di penginapan Srinthip dan satu kamar dengan Bodhi dan kawan-kawannya. Star berasal dari USA. 

Selain tokoh-tokoh di atas, ada beberapa tokoh lain yang hanya sekilas muncul dalam novel yaitu: Azmil (tamu penginapan), Pak Sembiring (satpam penginapan), Ompung Berlin (pembuat pasport palsu), Jan, Clark, Robin, dan Yvonne (teman sekamar Bodhi), Keo (pemandu wisata), Georgy (backpacker dari Jamaika), Luca (backpacker yang bekerja di ladang opium dan marijuana), Dieth (sopir kendaraan penumpang), Sorn Sum (seorang tentara Khmer), Epona O’Leary (pekerja CMAC), Neang Ry (pekerja CMAC), Michael Simone (pekerja CMAC), Khieu Tang (pekerja CMAC), Bong (Ketua komunitas punk), serta Nabil dan Fadil (anak orang kaya yang mengikuti aliran punk). 

Karena hanya sekilas muncul, maka sifat tokoh-tokoh tersebut tidak perlu dijelaskan secara rinci. 

4. Latar 
a. Latar Tempat 
1) Bolivia 
Perjalanannya ke Bolivia kali ini merupakan kala keenam Gio mengunjungi Rio Tuichi, tepat dalam jantung Taman Nasional Madidi yang melingkup dari Andes sampai Amazon. (halaman 4) 

2) Indonesia (Bandung, Surabaya, dan Medan) 
Aku baru tiba di stasiun Bandung dengan tujuan awal vihara Vipassana Graha di Desa Sukajaya, Lembang, yang kata orang jauh sekali sampai mendekati Cimahi. (halaman 23-24) Saya belajar hampir segalanya di Vihara Pit Yong Kiong, daerah Lawang, 6o-an km dari Surabaya ke selatan. (halaman 30) 
Menyusupkan saya ke rombongan pandita yang akan pergi ke Medan, membelikan tiket,... (halaman 40) 

3) Thailand 
Hiruk-pikuk Hua Lamphong di kupingku mereda. Aku pun lanjut bercerita. Bangkok merupakan babak baru. Kelahiran baru.(halaman 48) 

4) Laos 
Perjalanan ke Laos memang bagai mimpi, yang justru membuatku tersadar, sudah terlalu lama aku di Bangkok. (halaman 92)
5) Kamboja 
Setengah jam kemudian, pemandangan berubah. Kami telah tiba di kota. Pailin. (halaman 147) 

b. Latar Waktu 
Tidak dijelaskan secara eksplisit waktu terjadinya kisah dalam novel. Yang ada adalah waktu masa kini yaitu penceritaan pada keping 34 dan keping 63, serta sedikit bagian pada keping 35. Waktu masa lalu terlihat dalam keping 35 yaitu saat Bodhi menceritakan perjalanannya dari vihara sampai ke Kamboja.


BAB IV DIMENSI SOSIAL KOMUNITAS BACKPACKER DALAM NOVEL SUPERNOVA EPISODE AKAR 

Sebagai sebuah komunitas, backpackers mempunyai sebuah konvensi sosial tersendiri yang menjadi ciri khasnya. Petualangan yang menjadi tujuan backpacker membuat komunitas ini secara sadar maupun tidak sadar saling membutuhkan antarsesama backpacker. Dalam interaksinya dengan sesama akan muncul berbagai tradisi berkaitan dengan kekhasan komunitas backpackers. Interaksi dengan selain komunitasnya, lebih-lebih interaksi dengan masyarakat di negara kunjungan menjadi sebuah interaksi yang penting bagi backpecker.

Dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar meliputi: (1) penguasaan beberapa bahasa asing, (2) tidak adanya diskriminasi dalam komunitas, dan (3) adanya sikap saling percaya dan setia kawan antar sesama backpacker.

1. Penguasaan Beberapa Bahasa Asing
Tujuan backpakers adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu yang sudah direncanakan. Tempat-tempat tersebut tidak terbatas di dalam negeri saja. Perjalanan backpacker adalah perjalanan lintas negara. Seorang backpacker akan mengunjungi sebuah negara yang di negara tersebut terdapat tempat yang layak atau harus ia kunjungi. Bahkan perjalanan ke luar negeri tersebut dirasakan sebagai perjalanan yang lebih menantang dan lebih menyenangkan.

Dalam kunjungannya ke negara lain, seorang backpacker diharuskan sedikit menguasai bahasa negara tersebut. setidaknya backpacker mempunyai kamus bahasa negara tersebut. Di awal-awal kunjungannya di negara lain, backpacker akan merasa kesulitan dalam komunikasi. Dalam novel Supernova hal ini ditunjukkan dalam paragraf berikut.
Bangkok merupakan babak baru. Kelahiran baru. Berbekal bahasa Mandarin sepotong-sepotong, Inggris seadanya, dan bahasa Pali —yang sedikit banyak dipakai, setidaknya oleh komunitas Buddhis— saya belajar bertahan. Buku dari Tristan saya baca setiap hari. Dan sedikit demi sedikit mencoba mulai belajar bahasa Thai, dimulai dengan cuma ngomong 'sawat-dii krup' [kalimat kedua yang kukuasai adalah phom kin tae phak = ‘saya cuma makan sayur’]. (halaman 48) 

Apabila seorang backpacker tidak mengerti bahasa tempat singgahnya sama sekali, maka komunikasi yang terjalin hanyalah komunikasi dengan bahasa isyarat.
Teou nak niyay pheasa Khmer teh? Ia bertanya. Aku menggeleng tak mengerti. (halaman 160)
Hari ketiga aku tidak tahan lagi. Kuambil sapu lidi dari tangan si ibu pada satu pagi dan kusapu halaman mereka bersih-bersih. Lalu kuikuti si pemuda, yang ternyata pergi ke sawah. Kuambil cangkulnya dan kucangkuli keempat petak yang ingin ditanaminya sampai sore. Keduanya diam memandangi. Namun inilah komunikasi kami yang pertama. Aku, tamu serambi mereka, yang ingin mengungkapkan rasa terima kasih tapi tidak tahu bagaimana caranya. Mereka—tuan rumah— barangkali kurang nyaman dengan kehadiranku, tapi tak tahu cara mencairkan hubungan karena ketidaksamaan bahasa. Mencangkul dan menyapu merupakan bahasa yang kami sama-sama pahami. (halaman 146-147) 

Semakin lama seorang backpacker tinggal di sebuah negara, maka penguasaan bahasanya menjadi semakin baik dan lancar. Jadi, apabila seorang backpacker sering mengunjungi negara-negara lain dan tinggal cukup lama, maka ia akan sedikit menguasai bahasa negara-negara tersebut.
Dorothy —yang keluar rumah sejak umur empat belas itu— alasannya ribut dengan ortu. Ia angkat kaki dari Greenwich dan tak pernah pulang lagi. Bahasa Melayunya lancar bak berondongan peluru senapan otomatis, bahasa Thainya juga. (halaman 46) 

Kadang tuturan seorang backpacker melibatkan lebih dari satu bahasa apabila mitra tuturnya adalah dua orang atau lebih yang berbeda bahasa. Dalam sosiolinguistik hal seperti ini disebut alih kode atau campur kode. Alih kode terjadi apabila seorang penutur menggunakan bahasa tertentu dalam komunikasi dengan mitra tutur kemudian beralih ke bahasa lain yang dimengerti oleh mitra tutur lain yang tidak mengerti bahasa pertama yang digunakan penutur. Campur kode terjadi saat penutur mencampurkan kosa kata dari dua bahasa atau lebih dalam percakapannya.

Alih kode dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Dengan kualitas aktor sejati, ia mempertahankan ritme mengagumkan antara tawa terbahak dan cerocosan bilingual, hampir tiap lima belas detik, bergonta-ganti dari bahasa Thai ke bahasa Inggris. (halaman 62) 
Lok Neang! Khieu Tang agak terkejut. Seperti tidak menyangka petinggi macam Lok Neang ini mau turun untuk membantu tim kecilnya. Johm riab sua, ia menyapa hangat. Sorry, I don't speak Khmer, Neang menggeleng sopan. It's an honor to have you here, Khicu Tang cepat menimpal. Ia mengangguk ramah kepada kami berdua. Johm riab sua. Sohksabaay? Kh'nyohm ch'muah Kell. Kell menjabat tangannya. (halaman 181) 

Campur kode dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Gio berhenti minum. "Perdon? Mo dice? Lo siento, senor, tapi saya tidak mengerti —" (halaman 5)
“Saya—saya baik-baik. Tapi, ini bukan tentang saya. Tu amiga….” Paulo berhenti sejenak, berat sekali mengatakannya. "Tu amiga, senorita Anastasia…." (halaman 8) 

Jadi, ciri khas komunitas backpacker adalah penguasaan beberapa bahasa asing. Masing-masing backpacker mempunyai kemampuan penguasaan bahasa asing yang berbeda-beda tergantung banyaknya pengalaman.


2. Tidak Ada Diskriminasi dalam Komunitas
Komunitas backpacker terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah dan berbagai negara. Karena kesamaan kesenangan, yaitu backpacking, komunitas mereka terbentuk tanpa ikatan apapun selain ikatan kesamaan kesenangan dan nasib. Maka, anggota komunitas backpacker bisa dari berbagai suku, bangsa, agama, atau kepercayaan. Dalam novel Supernova: Episode Akar diperlihatkan adanya kelompok backpacker yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai macam kebangsaan.
Tapi salah naik bus ke Butterworth-lah yang akhirnya mempertemukanku dengan Tristan Sanders, backpacker gondrong asal Australia yang sedang berkeliling Asia Tenggara. Aku dibawa ke komunitasnya, sesama backpacker. Mereka berkumpul di Butterworth dan ramai-ramai mau pergi ke Thailand lewat darat. Di antara mereka ada yang sudah backpacking di Asia selama lima-sepuluh tahun, bahkan lebih. Ada yang mulai jalan sejak umur empat belas tanpa berhenti. Kalau bicara soal sebab-musabab dan motivasi, jelas macam-macam. Dorothy—yang keluar rumah sejak umur empat belas itu—alasannya ribut dengan ortu. Ia angkat kaki dari Greenwich dan tak pernah pulang lagi. (halaman 45-46) 

Tidak adanya diskriminasi juga diperlihatkan dalam cerita saat Bodhi berada di Golden Triangle. Di Golden Triangle banyak berkumpul backpackers yang kehabisan biaya untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian mereka bekerja di Golden Triagle memetik opium atau marijuana. Komunitas backpacker di Golden Triangle terdiri dari berbagai macam kebangsaan.
Hampir dua minggu di sini, cuma kami berdualah yang konstan nongkrong di periferi. Delegasi tercatat tapi tidak pernah aktif ikut 'Sidang Umum',... (halaman 45-46) 

Seorang backpacker tidak akan memandang rendah backpacker lainnya yang berasal dari negara lain. Bahkan setiap backpacker akan merasa senang dan simpati apabila bertemu dengan backpacker lainnya. Ungkapan simpati tersebut dapat diwujudkan dengan komunikasi yang ramah dan pemberian bantuan apabila diperlukan. Bahkan saling bertukar barang (peta atau kamus bahasa) sudah menjadi semacam tradisi bagi komunitas backpacker.

Tradisi tukar barang tersebut selain bentuk kepedulian terhadap sesama backpacker juga dalam rangka menghemat biaya. Daripada membeli peta atau kamus baru lebih baik saling tukar dengan backpacker lainnya.

Keramahan komunitas backpacker dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Ah, Jamaika. Land of. . . reggae, aku berkomentar. Hanya itu yang kutahu. Georgy tampak sangat senang. Kamu suka reggae, Bodhi? Ia mengucapkan namaku dengan huruf 'D' bertumpuk. BoDDDi. (halaman 111) 

Tradisi saling bertukar barang terlihat dalam kutipan berikut.

Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit.
Ada satu dorongan menggelegak, membuatku tergopohgopoh merogoh kantong celana, dan menjejalkan tasbih kayuku ke dalam genggamannya. (halaman 47) 
Di terminal bus menuju Vientiane, aku bertukar kitab dengan seorang backpacker. Namanya Andrea Roth, cewek Jerman yang janjian mau ketemu pacarnya di Udon Thani. (halaman 93)

3. Kesetiakawanan yang Tinggi Antarsesama Backpacker
Kesamaan hobi dan kesamaan nasib membuat hubungan antarindividu di dalam komunitas menjadi lebih erat. Timbul rasa percaya yang tinggi terhadap backpacker lain. Kepercayaan itu diungkapkan dengan berbagai macam tidakan, seperti mempercayai perkataan, memberikan uang, atau memberikan pertolongan. Kepercayaan tersebut melahirkan sikap kesetiakawanan yang tinggi di dalam komunitas backpacker. Seakan-akan komunitas backpacker adalah sebuah keluarga.


Sifat setia kawan tersebut juga ditunjukkan kepada backpacker yang baru dikenal. Seorang backpacker mempunyai penampilan yang khas sehingga mudah dikenali oleh backpacker lainnya. Dalam novel dikisahkan Bodhi yang baru bertemu pertama kali dengan Tristan Sanders, dan Tristan Sanders sudah mempercayai Bodhi dan mau membantu Bodhi.
Tristan berkata, “Bodhi, my baldy mate, saya tahu kamu bisa menjaga diri. Tapi, kalau ada apa-apa, ingatlah untuk mencari kami-kami ini,” katanya sambil menepuk ransel besar di punggung. Identitas kaumnya. Dia lalu memberikan daftar nama, nomor kontak, alamat e-mail, kafe, dan hotel. Dan saya tahu kamu tidak memiliki cukup uang untuk membeli ini, lanjutnya lagi, tapi kamu harus punya. Tristan menyerahkan sebuah buku: Lonely Planet Thailand'. Travel Survival Kit. (halaman 47) 

Selain itu, ditunjukkan juga saat Bodhi baru pertama kali bertemu dengan seorang backpacker dari Jamaika, Georgy. Georgy mempercayai Bodhi dan menolong Bodhi dengan memberi uang dan menunjukkan jalan.
Kamu sedang dalam kesulitan, Bodhi? Ia setengah bertanya setengah menjawab. Uang saya juga tidak banyak dan perjalananku masih jauh. Saya tidak bisa bantu kamu. Tapi . . . ini. Di dekat gelas tehku, ia meletakkan selembar lima ribu kip. Georgy lalu menunjuk ke arah jendela yang terbuka. Tepatnya, ke sebuah bukit yang karena jauh bersemu biru. Bodhi, kalau kamu berjalan ke arah bukit itu, lalu menyeberangi satu sungai kecil, kamu akan masuk lagi ke Laos. (halaman 114) 

Kesetiakawanan paling kuat dalam novel adalah kesetiakawanan antara Bodhi dan Kell. Kell yang memang dari awal sudah mencari Bodhi karena ikatan batin, menolong Bodhi dalam mengatasi masalahnya. Kell juga yang banyak memberi nasehat kepada Bodhi dan mengarahkan jalan Bodhi. Hubungan antara Bodhi dan Kell sangat erat sampai Bodhi nekat menyeberang ke Laos dengan menempuh bahaya untuk menemukan Kell.


BAB V PENUTUP 
Novel Supernova Episode Akar dianalisis struktur bangunannya dengan menggunakan teori Stanton dan dikaji dimensi sosial komunitas backpacker dengan tinjauan sosiologi sastra. Hasil dari analisis struktur bangunan novel disimpulkan bahwa novel Supernova Episode Akar mengandung tema perjalanan manusia dalam mencapai tujuan hidup, “kesejatian”, atau kebahagiaan hakiki. 

Alur yang digunakan adalah alur campuran antara alur maju dan alur mundur. Tokoh dalam novel adalah Bodhi dengan beberapa tokoh pendukung. Latar dalam novel meliputi banyak negara yaitu: Indonesia, Thailand, Laos, dan Kamboja. Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang persona ketiga: “dia” (“dia” mahatahu) dan sudut pandang persona pertama “aku” (“aku” tokoh utama). Ragam bahasa yang digunakan dalam novel adalah ragam bahasa campuran, yaitu bahasa formal, bahasa gaul, dan bahasa asing. Unsur-unsur tersebut membentuk sebuah kesatuan yaitu teks naratif novel. 

Kajian dimensi sosial komunitas backpacker dalam novel Supernova Episode Akar menunjukkan bahwa novel ini banyak mengangkat kehidupan sosial backpacker. Hasil kajian dapat mengungkap dimensi sosial komunitas backpacker tersebut. Kehidupan sosial komunitas backpacker antara lain: (1) penguasaan beberapa bahasa asing, (2) tidak adanya diskriminasi dalam komunitas, dan (3) kesetiakawanan yang tinggi antarsesama backpacker.


DAFTAR PUSTAKA 
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud 

Dee. 2003. Supernova Episode Akar. Bandung: Truedee Books 

Nugroho, Andhi. 2007. “Perilaku Sosial Tokoh Utama dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi Agustinus”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. 

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 

Raddien. 2010. “Pengertian Backpacker”, (http://raddien.blogspot.com, diakses tanggal 05 Juli 2010) 

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 

Trianingrum, Diah. 2008. “Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari”. Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Negeri Malang 

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusasteraan (Terjemahan Melani Budianto). Jakarta: Gramedia.


-----------------------------------------------------------------------
Download tulisan:  Dimensi Sosial Komunitas Backpacker dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra

DOWNLOAD
-----------------------------------------------------------------------


Sinopsis Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari
Kisah dimulai dengan Gio yang datang ke Bolivia mengunjungi Chaska. Seorang janda yang mempunyai anak bernama Paulo. Paulo adalah sahabat Gio. Gio sudah dianggap seperti anak kandung oleh Chaska. Gio mendapat kabar bahwa Diva hilang di belantara Amazon. 
Gio berencana untuk mencari Diva ke Amazon Sementara di belahan dunia lain, tokoh utama bernama Bodhi memulai kisahnya. Bodhi, yang terlahir yatim piatu, dibesarkan oleh penjaga vihara bernama Guru Liong di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Bodhi terbebani oleh kemampuan indra keenamnya yang terlampau kuat sampai-sampai ia frustrasi. 

Dengan berniat mencari “kesejatian” atas takdirnya, Bodhi memilih keluar dari vihara saat usianya menginjak 18 tahun. Petualangannya sebagai backpacker dimulai dari Medan hingga mendaratkannya di Bangkok. Di sana ia dipertemukan dengan Kell, seorang ahli tato. Kell menemui Bodhi dengan membawa sebuah misi yaitu ingin mentato tubuhnya sekali lagi dan yang harus mentatonya adalah Bodhi. 

Kell mengajari Bodhi mentato. Kemudian Bodhi pergi ke Laos untuk mencari ketenangan. Setelah itu ia kembali ke Thailand dan mendapati Kell sudah tidak berada di Thailand lagi. Bodhi bertekad mencari Kell, dan akhirnya Bodhi bertemu dengan Kell di Kamboja. Misi mereka yaitu mentato tubuh Kell untuk terkhir kalinya akhirnya terlaksana. Bodhi kembali ke Indonesia, bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. 

Bodhi melanjutkan profesinya sebagai seniman tato dan penyiar radio gelap. Dalam setiap langkah, Bodhi terus mencari akar asal-usulnya.


Cara Menulis Daftar Pustaka yang Benar


Ada beberapa kawan yang sering menanyakan bagaimana menulis daftar pustaka yang benar. Penulisan daftar pustaka sebenarnya ada beberapa cara. 

Pada kesempatan ini saya tuliskan salah satu cara penulisan daftar pustaka yang lazim digunakan.


1. Daftar Pustaka dari Buku
Format penulisan daftar pustaka dari buku:
Nama belakang penulis, nama depan. Tahun terbit buku. Judul buku (dicetak miring). Kota terbit buku: Penerbit buku

Contoh:
a) Jika penulisnya 1 orang
  • Eneste, Pamusuk. 2009. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama ----> Nama penulisnya adalah Pamusuk Eneste
  • Sugihastuti. 2009. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  • Chaer, Abdul. 2003. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta ----> Nama penulisnya adalah Abdul Chaer
  • Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-21. Bandung: Remaja Rosdakarya
b) JIka penulisnya 2 orang
  • Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka ----> Nama penulisnya adalah I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi
c) Jika penulisnya lebih dari 3 orang
  • Zaini Hisyam, dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga 
  • Rohmadi, Muhammad, dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka
d) Jika menggunakan editor (biasanya nama editor diikuti kata (ed) dibelakangnya)
  • Singaeimbun, Masri dan Sofyan Efendi (Ed.). 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
  • Rohmadi, Muhammad dan Lili Hartono (Ed.). 2011. Kajian Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Teori dan Pembelajarannya. Surakarta : Pelangi Press. 
e) Jika penulisnya merupakan sebuah tim atau lembaga
  • Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 
  • Departemen Kesehatan. 2000. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Depkes
f) Jika buku terjemahan
  • Muhammad, Asyraf. Rajulu A'malin Islamiyyin. (Diterjemahkan oleh Budiman Mustofa). 2009. Menjadi Entrepreneur Muslim Tahan Banting. Surakarta: Al-Jadid
2. Daftar Pustaka dari Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi)
Format penulisan daftar pustaka dari hasil penelitian:
Nama belakang penulis, nama depan. Tahun publikasi penelitian. Judul buku (diapit tanda petik). (Jenis penelitian dan Program Studi Penelitian). Kota Instansi Pendidikan: Nama Instansi Pendidkan

Contoh:
  • Irnianty, Evi. 2010. “Analisis Bahasa Plesetan dalam Serial Komedi Tawa Sutra Edisi Mei 2009 Pukul 21.00 – 22.00 di ANTV”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Yogyakarta: FKIP Universitas Ahmad Dahlan
  • Mulyani, Tri Wanti. 2010. “Analisis Tindak Tutur pada Wacana Stiker Plesetan”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Purwanti. 2006. “Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik)”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa dan Seni). Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret

3. Daftar Pustaka dari Jurnal Ilmiah
Format penulisan daftar pustaka dari jurnal ilmiah:
Nama belakang penulis, nama depan. Tahun penelitian. Judul Penelitain (diapit tanda petik). dalam Nama Jurnal (dicetak miring). Edisi Jurnal

Contoh:
  • Sibarani, Robert. 2003. “Fenomena Bahasa Plesetan dalam Bahasa Indonesia” dalam Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Agustus, Nomor 2, 2003
  • Fathurrahman, Muhammad. 2000. “Mutiara Keong dalam Siklus Kehidupan” dalam Surya Seni Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni. Vol. 1, No. 2. Surakarta: STSI
  • Heriawati, Hesti. 2004. “Metafora dalam Cakepan Tembang-tembang Jawa” dalam Gelar: Jurnal Ilmu dan Seni. Vol. 2, No. 2. Surakarta: STS

4. Daftar Pustaka dari Majalah atau Koran
Contoh:
  • Santoso, Sukrisno. 2012. “kartini Masa Kini” dalam Solopos. Edisi 21 April 2012
  • Santoso, Sukrisno. 2011. “Pendidikan yang Membebaskan” dalam Figur. Edisi 8 September 2011
4. Daftar Pustaka dari Internet
Contoh:
  • Santoso, Sukrisno. 2012. “Metode Penelitian Bahasa: Metode Agih, Teknik Dasar dan Lanjutan” (online tanggal 20 April 2012, http://www.sastra33.co.cc/2012/04/metode-penelitian-bahasa-metode-agih.html)
 Semoga bermanfaat...

Skripsi: Perilaku Sosial Tokoh Utama dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi Ag.


Nugroho, Andhi. 2007. Perilaku Sosial Tokoh Utama dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi Agustinus. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I Drs. Mukh. Doyin, M.Si. II Drs. Agus Nuryatin, M.Hum.

ABSTRAK

Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini mencakup (1) Bagaimana penokohan tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Agustinus? (2) Bagaimana perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem dalam konteks budaya Jawa? dan (3) Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem? Adapun tujuan penelitian ini adalah mengemukakan penokohan dan perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Agustinus, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Sasaran penelitian ini adalah perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi penokohan tokoh utama yang ada dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag. Sesuai dengan metode analisis deskripsi, unsur yang dianalisis ditekankan pada penokohan untuk mengetahui watak tokoh utama yang kemudian dikaji dengan menggunakan pendekatan psikologi sosial.

Hasil penelitian ini memperlihatkan tokoh dan penokohan tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem, perilaku sosial Pariyem dalam konteks budaya Jawa, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial tokoh utama dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem.

Berdasarkan temuan tersebut, saran yang diberikan kepada para pembaca prosa lirik Pengakuan Pariyem adalah agar dapat melakukan penelitian dengan bidang kajian yang lain, misalnya dengan menggunakan teori struktural genetik. Perilaku tokoh yang diceritakan Linus dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem sesuai dengan perilakunya yang bangga terhadap budaya Jawa. Sikapnya yang lugu ditampilkannya dalam prosa lirik ini, lewat tokoh Pariyem. Pariyem, gadis Jawa yang rela menerima pekerjaannya sebagai pembantu, begitu pasrah dalam memandang hidup, namun di dalam jiwanya menyimpan penuh segala kebijaksanaan hidup.

Kata Kunci: Prosa lirik, psikologi, perilaku sosial




Download skripsi lengkap
Perilaku Sosial Tokoh Utama dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi Ag.

Kumpulan Abstrak Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi: Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari (1)




  • Abstrak 1
Andi Dwi Handoko . 2010. “Novel Orang-orang Proyek dan Kaitannya dengan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (Analisis Strukturalisme Genetik)”.Skripsi . Jur. Pendidikan Bahasa dan Seni. FKIP. Universitas Sebelas Maret Surakarta


ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; (2) pandangan dunia pengarang yang tercermin dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; dan (3) struktur sosial novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk. 
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Metode yang digunakan adalah metode dialektik. Sumber data adalah novel Orang-orang Proyek, trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk, hasil wawancara dengan pengarang, buku Proses Kreatif Ahmad Tohari dalam Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk, buku Hubungan Sipil Militer di Indonesia Pasca Orba di Tengah Pusaran Demokrasi, dan artikel-artikel dari internet. 
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis dokumen dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis). 
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk; (2) pandangan dunia Ahmad Tohari dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk adalah pandangan humanisme universal yang terdiri dari pandangan religius, kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan nilai moral; dan (3) struktur sosial dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk dibagi menjadi dua, yakni institusi pemerintahan dan religi serta ada homologi antara struktur teks dan struktur sosial dalam novel Orang-orang Proyek dan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk.


 
  • Abstrak 2
Sumanto. 2010. "Kajian Intertekstualitas dan Nilai Pendidikan Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Canting karya Arswendo Atmowiloto". Tesis. Prog. Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjelaskan: (1) unsur-unsur pembentuk struktur novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Canting; (2) persamaan dan perbedaan kandungan warna lokal dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Canting; (3) nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Canting. 

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggali sumber informasi dan data yang berupa teks-teks sastra, sehingga data yang tampil bukan berupa konsep-konsep secara statistik. Teknik pengumpulan data yang digunakan: (1) teknik interaktif dan mencatat dokumen dengan content analysis; (2) teknik simak dan baca catat; (3) teknik riset pustaka.  Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan model analisis interaktif tiga alur kegiatan: (1) reduksi data; (2) penyajian data, dan (3) peran kesimpulan atau verifikasi. 

Hasil temuan penelitian dengan pendekatan intertekstualitas menunjukkan bahwa kedua novel tersebut (1) mempunyai unsur-unsur struktur berupa tema, penokohan, dan setting. Secara strukural kedua novel tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua novel tersebut sama-sama menampilkan tema sosial dengan tokoh-tokoh orang Jawa beserta kultur budaya Jawa. Sedangkan, perbedaannya terletak pada setting. Novel Ronggeng Dukuh Paruk memiliki latar lingkungan pedesaan, sedangkan novel Canting memiliki latar lingkungan perkotaan; (2) kedua novel tersebut memiliki persamaan dan perbedaan kandungan warna lokal. Warna lokal kehidupan masyarakat Jawa sama-sama dimiliki novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Canting. Sedangkan perbedaannya adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk menampilkan warna lokal kehidupan masyarakat Jawa dengan lingkungan pedesaan. Sedangkan novel Canting menampilkan warna lokal kehidupan masyarakat Jawa dengan lingkungan perkotaan; (3) nilai pendidikan yang terkandung di dalam kedua novel tersebut yaitu nilai pendidikan sosial budaya, pendidikan moral, dan pendidikan religius.


  
  • Abstrak 3
Nurhayati. 2011. "Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari". Tesis. Prog. Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta


ABSTRAK
Tujuan penelitian meliputi tiga hal: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan tindak tutur yang muncul dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan tuturan dalam Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari guna merealisasikan kesantunan berbahasa; (3) mendeskripsikan dan menjelaskan strategi penutur untuk merealisasikan kesantunan berbahasa yang terdapat dalam Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. 

Jenis penelitian adalah kualitatif. Bentuk penelitian adalah deskriptif. Pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan pragmatik, yakni mempelajari strategi-strategi yang ditempuh penutur dalam mengomunikasikan maksud pertuturannya. Sumber data berupa data tertulis, yakni novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Populasi penelitian mencakup seluruh tuturan, baik monolog maupun dialog, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Teknik pengambilan sampel memakai purposive sampling. 

Metode pengumpulan data memakai metode simak yang diikuti secara berurutan teknik-teknik dasar berupa teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Metode analisis yang dipakai adalah metode kontekstual, yakni analisis yang mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan bahasa dengan identitas-identitas konteks penggunaannya. Validitas data memakai trianggulasi teori. 

Simpulan penelitian ini mencakup tiga hal. Pertama, tindak tutur dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari terdiri atas 39 tindak tutur yang terbagi dalam empat kelompok tindak ilokusi, yakni asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Asertif meliputi tindak (a) menegaskan, (b) memberi tahu, (c) menuduh, (d) menyangkal, (e) menolak, (f) meyakini, (g) menggunjing, dan (h) melaporkan. Direktif mencakup tindak (a) memerintah, (b) menawarkan, (c) menantang, (d) meminta, (e) mendesak, (f) .melarang, (g) mengingatkan, (h) meyakinkan, (i) membujuk, (j) mengajak, (k) menyarankan, (l) menghibur, dan (m) mempersilakan. Komisif meliputi tindak (a) berharap, (b) mengancam, dan (c) menawar. Ekspresif meliputi tindak (a) memuji, (b) bersyukur, (c) khawatir, (d) menyombongkan diri, (e) marah, (f) heran, (g) meminta maaf, (h) takut, (i) kecewa, (j) mengeluh, (k) tidak percaya, (l) ragu-ragu, (m) basa-basi, (n) mengejek, dan (o) membanggakan. 

Kedua, realisasi kesantunan berbahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari terdapat dalam tujuh macam tindak tutur: (1) realisasi kesantunan berbahasa dalam menolak, (2) realisasi kesantunan berbahasa dalam memerintah, (3) realisasi kesantunan berbahasa dalam menawarkan, (4) realisasi kesantunan berbahasa dalam meminta, (5) realisasi kesantunan berbahasa dalam melarang, (6) realisasi kesantunan berbahasa dalam memuji, dan (7) realisasi kesantunan berbahasa dalam meminta maaf. 

Ketiga, strategi merealisasikan kesantunan berbahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dilakukan dengan (1) menggunakan tawaran, (2) memberi pujian, (3) menggunakan tuturan tidak langsung, dan (4) meminta maaf.



  • Abstrak 4
Ali Imron Al-Ma’ruf. 2009. “Kajian Stilistika Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Perspektif Kritik Seni Holistik”. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta


ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas bahwa novel Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) merupakan karya master-peace Ahmad Tohari yang kehadirannya mengejutkan dunia sastra Indonesia karena keunggulan daya ekspresi (stilistika) dan gagasan multidimensi. RDP mengundang perhatian para pengamat sastra Indonesia dan dunia terbukti dengan diterjemahkannya ke dalam beberapa bahasa asing (Jerman, Belanda, Inggris, Cina, dan Jepang) serta bahasa Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan stilistika RDP yang berupa diksi, pencitraan, dan bahasa figuratif (faktor objektif); (2) memaparkan latar sosiohistoris pengarang sebagai kreator stilistika RDP (faktor genetik); (3) mendeskripsikan makna stilistika RDP secara holistik dalam hubungannya dengan latar sosiohistoris pengarang berdasarkan tanggapan pembaca (faktor afektif).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan strategi berpikir hermeneutik dalam perspektif kritik seni Holistik. Penelitian ini termasuk studi kasus tunggal yakni stilistika RDP dan termasuk studi kasus terpancang (embedded case study) mengingat fokus utama penelitian yakni stilistika RDP sudah ditentukan sejak awal untuk membimbing arah penelitian. Dari segi kajian stilistika, penelitian ini termasuk penelitian stilistika genetik yakni mengkaji stilistika RDP karya seorang pengarang, Ahmad Tohari. 

Sesuai dengan pendekatan kritik seni Holistik, data penelitian terdiri atas tiga kelompok, yakni: (1) data aspek objektif berupa stilistika RDP yakni wujud pemanfaatan diksi, citraan, dan bahasa figuratif; (2) data aspek genetik berupa latar sosiohistoris pengarang; (3) data aspek afektif berupa tanggapan/ resepsi pembaca terhadap RDP. Sumber datanya adalah: (1) pustaka dan (2) narasumber (informant). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik: (1) simak dan catat, (2) pustaka, (3) wawancara mendalam (in-depth interviewing), dan (4) focuss group discussion (FGD). 

Validasi data dilakukan dengan teknik trianggulasi data dan (2) trianggulasi teori. Pemeriksaan kredibilitas data dilakukan dengan: (1) review informant, (2) pembuatan data base, dan (3) penyusunan mata rantai bukti penelitian. Adapun analisis data dilakukan dengan model interaktif (Miles & Huberman, 1984) dengan langkah: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi data. Selanjutnya, pengungkapan makna stilistika RDP dilakukan melalui metode pembacaan model Semiotik yakni pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.

Hasil penelitian dengan pendekatan kritik seni Holistik menunjukkan bahwa aspek objektif yakni stilistika RDP memiliki keunikan dan kekhasan (idiocyncrasy) yang tidak ditemukan dalam karya sastra lain sekaligus membuktikan kompetensi Tohari dalam pemberdayaan potensi bahasa. Hal itu dapat dilihat pada: (1) Diksi (diction) yang unik dan khas Tohari meliputi kata konotatif, konkret, kata bahasa Jawa, kata asing, sapaan khas dan nama diri, kata seru, kata dengan objek realitas alam, serta mantra dan tembang. Tiap jenis diksi tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam mengekspresikan gagasan. Dari delapan jenis diksi itu, kata konotatiflah yang dominan; (2) Citraan (imagery) kreasi Tohari mampu menghidupkan lukisan dan membangkitkan intelektualitas serta emosi pembaca. Citraan dalam RDP meliputi tujuh jenis yakni: a. citraan penglihatan (visual), b. pendengaran (auditory), c. perabaan (tactile), d. penciuman (smeel), e. gerak (movement/ kinaesthetic), f. pencecapan (taste), dan g. citraan intelektual (intellectual). Dari tujuh citraan itu, yang dominan adalah citraan intelektual; (3) bahasa figuratif (figurative language) dimanfaatkan Tohari guna memberikan daya hidup, lebih ekspresif, dan mengesankan pembaca. 

Dari tiga tuturan yang dikaji yakni tuturan metaforis, idiomatik, dan peribahasa, tuturan metaforislah yang dominan dan umumnya merupakan hasil kreasi Tohari. Dari aspek genetik yakni latar sosiohistoris pengarang menunjukkan bahwa Tohari adalah sastrawan Jawa yang hidup dalam keluarga santri dan akrab dengan alam pedesaan yang asri serta masyarakat pedesaan yang miskin dan lemah. RDP lahir didorong oleh dua hal itu yakni kepeduliannya terhadap orang-orang kecil yang terpinggirkan dan kesantriannya untuk melakukan dakwah kultural. 

Adapun aspek afektif menunjukkan bahwa RDP merupakan karya sastra multidimensi yang kaya gagasan yakni: (1) empati terhadap wong cilik (dimensi sosial politik); (2) kesenian ronggeng: kebudayaan lokal yang berdimensi global (dimensi kultural 1); (3) ronggeng sebagai duta budaya (dimensi kultural 2); (4) pembunuhan mental: tragedi kemanusiaan yang terabaikan (dimensi humanistik); (5) resistensi perempuan terhadap hegemoni laki-laki gaya ronggeng (dimensi jender); (6) kearifan lokal (local genius) pada zaman global: intertekstualitas dengan ajaran Islam; (7) moralitas yang terpinggirkan oleh tradisi (dimensi moral); (8) reaktualisasi ajaran tasawuf wahdatusy syuhud (dimensi religiositas 1); (9) dakwah kultural (dimensi religiositas 2); (10) Ronggeng Dukuh Paruk (RDP): sastra multikultural yang kaya makna. Secara holistik, ketiga aspek yakni aspek objektif, genetik, dan afektif menunjukkan keterhubungan yang erat. Wujud performansi stilistika RDP memiliki daya ekspresi kuat sebagai media artikulasi gagasan yang tidak terlepas dari latar sosiohistoris pengarangnya.

Berdasarkan hasil penelitian itu, disarankan: (1) kajian stilistika karya sastra dengan pendekatan kritik seni Holistik perlu dilakukan pada karya sastra lain guna mempermudah interpretasi maknanya; (2) kajian stilistika karya sastra yang selama ini terkesan milik kritikus sastra, selayaknya dilakukan pula oleh para linguis; (3) pentingnya pengamat sastra untuk memperdalam linguistik karena kajian stilistika memberikan kontribusi signifikan dalam mempermudah interpretasi makna sastra; (4) selayaknya novel Ronggeng Dukuh Paruk dijadikan bahan/ objek kajian dalam kuliah sastra di perguruan tinggi dan/ atau pembelajaran sastra di sekolah; (5) melihat fungsi dan urgensinya selayaknya Stilistika sebagai studi tentang gaya kepengarangan dijadikan sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi jurusan sastra dan/ atau pendidikan bahasa dan sastra.



  • Abstrak 5
Haryati. 2010. "Watak Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Implikasi Pembelajarannya di SMA". Skripsi. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pancasakti Tegal


ABSTRAK 
Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2005: 788). Perumusan masalah adalah bagaimana watak tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Implikasi Pembelajarannya di SMA?

Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel (Nurgiyantoro, 1995: 577). Tokoh tersebut mendominasi keseluruhan jalan cerita, jadi pada setiap peristiwa yang mempengaruhi jalan cerita tokoh utama selalu memegang peranan penting. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan watak tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan menjelaskan Implikasi Pembelajarannya di SMA.

Manfaat hasil penelitian ini yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana penokohan pada tokoh utama Srintil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA dan bagi peneliti lain dapat dijadikan acuan. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif yaitu suatu pendekatan yang berorientasi kepada karya sastra sebagai jagad yang mandiri terlepas dari dunia eksternal di luar teks. Analisis ditujukan pada teks itu sendiri sebagai kesatuan yang tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penokohan pada tokoh utama Srintil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, antara lain: Srintil merupakan seorang perempuan yang masih muda yang memiliki tubuh indah dengan didukung wajahnya yang sangat cantik, seksi, ramah, baik, dan juga bersifat keibuan
Sumber: