Bab II
Penyutradaraan dan Tekknik Berperan
1. Penyutradaraan
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan sampai pementasan berakhir. Peranan sutradara teater tradisional tidak sepenting dan sebesar peranan sutradara dalam teater modern. Seluruh pementasan drama modern adalah tanggung jawab sutradara.
Harymawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala kebutuhan teater, dengan faham, kecakapan, serta daya imajinasi yang intelegen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil.
a. Sejarah Timbulnya Sutradara
Pada tahun 1923, sutradara terkenal dari Rusia, Constantin Stanislavsky menciptakan metode acting dan menggunakan kehidupan wajar sebagai model seni pentas. Melaui Princetown Players dan Group Theater Stanislavsky mempengaruhi Broadway, sehingga teater profesional menerima teori-teori acting dan penyutradaraan yang diberikan. Sejak saat itu, sutradara berkedudukan penting dalam drama.
b. Tugas Sutradara
1) Merencanakan Produksi
2) Memimpin Latihan
2. Teknik Berperan
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai tuntutan lakon drama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berperan:
a. Kreasi yang dilakukan oleh aktor atau aktris.
b. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan.
1) Teknik Berperan Menurut Rendra
a. Aktor atau bintang
b. Sutradara
c. Lingkungan
d. Penulis
2) Teknik Edward A. Wright
a. Sensitif
b. Sensibel
c. Kualitas personal yang memadai
d. Daya dimensi yang kuat
e. Stamina fisik dan mental yang baik.
3) Oscar Brocket
a. Latihan tubuh
b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi
d. Latihan konsentrasi
e. Latihan teknik
f. Latihan sistem acting
g. Latihan untuk memperlentur keterampilan
4) Constantin Stanislavsky
a. Berperan adalah suatu seni
b. Motivasi
c. Imajinasi
d. Pemusatan Pikiran (konsentrasi)
e. Mengendurkan urat
f. Satuan atau sasaran
g. Keyakinan rasa kebenaran
h. Ingatan batin
i. Komunikasi atau hubungan batin
j. Adaptasi
k. Kekuatan emotif dalam
l. Keadaan kreatif batiniah
m. Sasaran yang paling utama
n. Di ambang pintu bawah sadar
5) Richard Boleslavsky
a. Konsentrasi
b. Ingatan emosi
c. Laku dramatis
d. Pembangunan watak
e. Observasi
f. Irama
6) Adjib Hamzah
a. Latihan suara dan ucapan
b. Latihan pernafasan
c. Pendiskusian struktur teks drama
d. Latihan movement
e. Latihan mimik
f. Latihan blocking (pengelompokan)
g. Latihan penghayatan dan imajinasi
h. Latihan pencapaian mood
i. General rehearsal (laihan akhir)
Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Friday, January 6, 2012
Drama: Teori dan Pengajarannya (3)
Bab III
Perlengkapan Pementasan
1. Perlengkapan Pementasan Untuk Aktor dan Aktris
a. Tata Rias: Seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai dengan tuntutan lakon.
Fungsi tata rias adalah:
1) Mengubah watak seseorang, baik dari segi fisik, psikis, dan sosial.
2) Membeikan tekanan terhadap peranannya.
Berdasarkan jenisnya, tata rias diklasifikasikan menjadi 8, yaitu:
1) Rias Jenis: Rias yang mengubah peran.
2) Rias Bangsa: Rias yang mengubah bangsa seseorang.
3) Rias Usia: Rias yang mengubah usia seseorang.
4) Rias Tokoh: Rias yang membentuk tokoh tertentu yang sudah memiliki ciri fisik yang harus ditiru.
5) Rias Watak: Rias sesuai dengan waak peran.
6) Rias Temporal: Rias yang dibedakan karena waktu atau saat tertentu.
7) Rias Aksen: Rias yang hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang mempunyai ciri sama dengan tokoh yang dibawakan.
8) Rias Lokal: Rias yang ditentukan oleh tempat atau hal yang menimpa peran saat itu.
Berdasarkan sifatnya, tata rias diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
1) Base (dasar)
2) Foundation
3) Lines
4) Rounge
5) Cleansing (cream)
b. Tata Pakaian
Tujuan pemberian kostum pada aktor dan aktris adalah:
1) Membantu mengidentifikasi periode saat lakon itu dilaksanakan.
2) Membantu mengindividualisasikan pemain.
3) Menunjukkan asal-usul dan status sosial orang tersebut.
4) Menunjukkan waktu peristiwa itu terjadi.
5) Mengekspresikan usia orang itu.
6) Mengekspresikan gaya permainan.
7) Mambantu aktor dan aktris mengekspresikan wataknya.
Berdasarkan sifat dan fungsinya, kostum diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
1) Pakaian Dasar atau foundation
2) Pakaian Kaki (sepatu)
3) Pakaian Tubuh (body)
4) Pakaian Kepala (headdress)
5) Pakaian Pelengkap (accessories)
Berdasarkan tipenya, kostum diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1) Kostum Historis
2) Kostum Modern
3) Kostum Nasional
4) Kostum Tradisional
2. Perlengkapan di Pentas
a. Tata Lampu
Tujuan tata lampu adalah:
1) Penernerangan terhadap pentas dan aktor.
2) Memberikan efek alamiah dari waktu.
3) Membantu melukis dekor (scenery) dalam menambah nilai warna hingga terdapat efek sinar dan bayangan.
4) Melambangkan maksud dengan memperkuat kejiwaannya.
5) Mengekspresikan mood dan atmosphere dari lakon.
6) Mamberikan variasi-variasi
Berdasarkan fungsinya, lampu diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Lampu Primer
2) Lampu Sekunder
3) Lampu untuk latar belakang.
b. Tata Pentas dan Dekorasi
Macam-macam Pentas:
1) Pentas Konvensional: Bentuk pentas yang masih menggunakan proscenium (tirai depan)
2) Pentas Arena: Bentuk pentas tidak di panggung, tetapi sejajar dan dekat dengan penonton.
3) Revolving: Panggung yang dapat diputar.
4) Elevator Lift: Tiga pentas berupa panggung atau lebih disusun secara vertikal dan digunakan silih berganti dengan menaikkan atau menurunkan panggung.
Fungsi dekorasi: Untukmemberikan latar belakang.
Berdasarkan tempat mewujudkannya, ada 2 macam dekor, yaitu:
1) Interior Setting: Jika lakon dipentaskan di dalam rumah.
2) Eksterior Setting Jika lakon dipentaskan terjadi di alam terbuka.
Komposisi pentas harus memberikan pandangan yang indah, hangat, dan menarik. Adapun aspek motif meliputi hal-hal berikut:
1) Kewajaran
2) Menceritakan kisah
3) Menggambarkan emosi
4) Mengidentifikasi perwatakan
Berdasarkan aspek teknis, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
1) Penyusunan komposisi pentas dengan daerah permainan hendaknya benar-benar dijaga.
2) Wujudkanlah komposisi pentas yang menghasilkan gambar yang baik.
3) Susunlah komposisi pentas yang mengontrol dan memimpin perhatian penonton kepadanya.
c. Ilustrasi Musik dan Tata Suara
1) Tata Musik
Fungsi tata musik adalah:
a) Memberikan ilustrasi yang memperindah.
b) Memberikan latar belakang.
c) Memberikan warna psikologis.
d) Memberi tekanan kepada nada dasar drama.
e) Membantu dalam penanjakan lakon, penonjolan, dan progresi.
f) Memberi tekanan pada keadaan yang mendesak.
g) Memberi selingan.
2) Tata Suara
Peran suara memberikan pelengkap adegan yang diucapkan pelaku dalam dialognya. Suara akan meyakinkan penonton terhadap adegan yang sedang ditonton.
Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Perlengkapan Pementasan
1. Perlengkapan Pementasan Untuk Aktor dan Aktris
a. Tata Rias: Seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai dengan tuntutan lakon.
Fungsi tata rias adalah:
1) Mengubah watak seseorang, baik dari segi fisik, psikis, dan sosial.
2) Membeikan tekanan terhadap peranannya.
Berdasarkan jenisnya, tata rias diklasifikasikan menjadi 8, yaitu:
1) Rias Jenis: Rias yang mengubah peran.
2) Rias Bangsa: Rias yang mengubah bangsa seseorang.
3) Rias Usia: Rias yang mengubah usia seseorang.
4) Rias Tokoh: Rias yang membentuk tokoh tertentu yang sudah memiliki ciri fisik yang harus ditiru.
5) Rias Watak: Rias sesuai dengan waak peran.
6) Rias Temporal: Rias yang dibedakan karena waktu atau saat tertentu.
7) Rias Aksen: Rias yang hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang mempunyai ciri sama dengan tokoh yang dibawakan.
8) Rias Lokal: Rias yang ditentukan oleh tempat atau hal yang menimpa peran saat itu.
Berdasarkan sifatnya, tata rias diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
1) Base (dasar)
2) Foundation
3) Lines
4) Rounge
5) Cleansing (cream)
b. Tata Pakaian
Tujuan pemberian kostum pada aktor dan aktris adalah:
1) Membantu mengidentifikasi periode saat lakon itu dilaksanakan.
2) Membantu mengindividualisasikan pemain.
3) Menunjukkan asal-usul dan status sosial orang tersebut.
4) Menunjukkan waktu peristiwa itu terjadi.
5) Mengekspresikan usia orang itu.
6) Mengekspresikan gaya permainan.
7) Mambantu aktor dan aktris mengekspresikan wataknya.
Berdasarkan sifat dan fungsinya, kostum diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:
1) Pakaian Dasar atau foundation
2) Pakaian Kaki (sepatu)
3) Pakaian Tubuh (body)
4) Pakaian Kepala (headdress)
5) Pakaian Pelengkap (accessories)
Berdasarkan tipenya, kostum diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1) Kostum Historis
2) Kostum Modern
3) Kostum Nasional
4) Kostum Tradisional
2. Perlengkapan di Pentas
a. Tata Lampu
Tujuan tata lampu adalah:
1) Penernerangan terhadap pentas dan aktor.
2) Memberikan efek alamiah dari waktu.
3) Membantu melukis dekor (scenery) dalam menambah nilai warna hingga terdapat efek sinar dan bayangan.
4) Melambangkan maksud dengan memperkuat kejiwaannya.
5) Mengekspresikan mood dan atmosphere dari lakon.
6) Mamberikan variasi-variasi
Berdasarkan fungsinya, lampu diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Lampu Primer
2) Lampu Sekunder
3) Lampu untuk latar belakang.
b. Tata Pentas dan Dekorasi
Macam-macam Pentas:
1) Pentas Konvensional: Bentuk pentas yang masih menggunakan proscenium (tirai depan)
2) Pentas Arena: Bentuk pentas tidak di panggung, tetapi sejajar dan dekat dengan penonton.
3) Revolving: Panggung yang dapat diputar.
4) Elevator Lift: Tiga pentas berupa panggung atau lebih disusun secara vertikal dan digunakan silih berganti dengan menaikkan atau menurunkan panggung.
Fungsi dekorasi: Untukmemberikan latar belakang.
Berdasarkan tempat mewujudkannya, ada 2 macam dekor, yaitu:
1) Interior Setting: Jika lakon dipentaskan di dalam rumah.
2) Eksterior Setting Jika lakon dipentaskan terjadi di alam terbuka.
Komposisi pentas harus memberikan pandangan yang indah, hangat, dan menarik. Adapun aspek motif meliputi hal-hal berikut:
1) Kewajaran
2) Menceritakan kisah
3) Menggambarkan emosi
4) Mengidentifikasi perwatakan
Berdasarkan aspek teknis, maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
1) Penyusunan komposisi pentas dengan daerah permainan hendaknya benar-benar dijaga.
2) Wujudkanlah komposisi pentas yang menghasilkan gambar yang baik.
3) Susunlah komposisi pentas yang mengontrol dan memimpin perhatian penonton kepadanya.
c. Ilustrasi Musik dan Tata Suara
1) Tata Musik
Fungsi tata musik adalah:
a) Memberikan ilustrasi yang memperindah.
b) Memberikan latar belakang.
c) Memberikan warna psikologis.
d) Memberi tekanan kepada nada dasar drama.
e) Membantu dalam penanjakan lakon, penonjolan, dan progresi.
f) Memberi tekanan pada keadaan yang mendesak.
g) Memberi selingan.
2) Tata Suara
Peran suara memberikan pelengkap adegan yang diucapkan pelaku dalam dialognya. Suara akan meyakinkan penonton terhadap adegan yang sedang ditonton.
Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Drama: Teori dan Pengajarannya (4)
Bab IV
Pengajaran Drama
Pengajaran Drama
1. Pendahuluan
Pengajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan menjadi dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi drama.
a. Pengajaran drama di sekolah
Pengajaran drama diklasifikasikan menjadi:
1) Pengajaran teks drama yang termasuk drama
2) Pementasan drama yang termasuk bidang teater
Kesulitan-kesulitan dalam pembinaan teater di sekolah yaitu:
1) Kekurangan pelatih atau sutradara yang dedikatif.
2) Kekurangan naskah drama yang cukup pendek dan temanya relevan dengan tuntutan sekolah.
3) Kekurangan perserta yang dedikatif dalam berlatih.
4) Kekurangan fasilitas pentas.
5) Kekurangan biaya latihan dan biaya pementasan.
6) Kekurangan petugas teknik dan artistik
7) Kekurangan perhatian dan bantuan pemimpin sekolah demi perkembangan drama di sekolah.
b.Peranan drama sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan bahasa
Pengajaran drama sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan membaca (teks drama) dan menyimak atau mendengarkan (dialog pertunjukan drama, mendengarkan drama radio dan televisi). Sementara penunjang latihan penggunaan bahasa artinya melatih keterampilan menulis (teks drama sederhana, resensi drama dan resensi pementasan) dan wicara (melakukan pentas drama).
2. Tujuan Pengajaran (Instructional Objectives)
a. Taksonomi Bloom
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Kognitif: Pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Afektif: Menerima (receiving), menjawab atau mereaksi (responding), menaruh penghargaan (valuing), mengorganisasikan sistem nilai, dan mengadakan karakterisasi nilai.
3) Psikomotorik: Persepsi, kesiapan, respons terpimpin, mekanisme, respons yang kompleks.
b. David Merrill
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Fakta: Mengingatkan fakta
2) Konsep: Mengingatkan konsep dan menggunakan konsep
3) Prosedur atau rule: Mengingatkan prosedur dan menggumakan prosedur.
4) Prinsip: Mengingatkan prinsip dan menggunakan prinsip.
c. Robert M. Gagne
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Kemampuan intelektual: Diskriminasi, identifikasi, klasifikasi, demonstrasi, menggeneralisasikan.
2) Strategi kognitif: Mengubah konsep lama, mengambil kesimpulan, memecahkan masalah.
3) Informasi: Belajar label (judul), belajar fakta (informasi), belajar keseluruhan pengetahuan.
4) Sikap: Kecepatan (speed), kecermatan (accuracy), kekuatan (force), keluwesan (smoothness).
5) Sikap (attitude): Pemilihan, tindak perseorangan, tindakan.
d. H. L. B. Moody
Tujuan pengajaran dibagi menjadi:
1) Informasi
2) Konsep
3) Perspektif
4) Apresiasi
3. Proses Belajar Mengajar
a. Seleksi (pemilihan) Materi
Secara umum, seleksi materi harus disesuaikan dengan:
1) Tingkat perkembangan psikologis anak.
2) Tujuan yang digariskan melalui kurikulum.
3) Tujuan pendidikan dan pengajaran pada umumnya.
b. Gradasi (urutan penahapan)
Untuk pementasan drama, hendaknya dimulai dari role playing (bermain peran). Kemudian meningkat pada pemeranan adegan-adegan pendek. Mempelajari lakon pendek sederhana. Menyusul lakon pendek yang rumit, untuk akhirnya mementaskan lakon panjang.
c. Presentasi (teknik penyampaian)
Penyampaian dalam pengajaran drama, dapat berupa hal-hal berikut:
1) Mendiskusikan naskah drama tersebut.
2) Mementaskan sebuah adegan.
3) Mementaskan sebuah lakon.
4) Kegiatan mendengarkan sandiwara radio.
5) Diselenggarakan pertunjukan drama yang disusul dengan diskusi tentang pertunjukan tersebut.
d. Repetisi
e. Evaluasi dalam pengajaran drama
4. Strategi Pengajaran Teks Drama (Sebagai Karya Sastra)
a. Strategi stratta
Dalam strategi stratta, ada tiga tahap, yaitu:
1) Tahap penjelajahan
2) Tahap interpretasi
3) Tahap reaksi
b. Langkah-langkah penyajian
Sebelum guru dapat mengajarkan satu drama pada satu kelas, ia harus mengadakan dua macam persiapan, yaitu memilih bahasa yang cocok untuk kelasnya dan menyusun persiapan guna dapat mengajarkannya dengan baik, sebelum ia siap untuk membawa bahan itu ke kelas.
c. Strategi induktif model taba
Langkah-langkah dalam strategi induktif model taba adalah sebagi berikut:
1) Pembentukan konsep: Mendaftar data, mengklasifikasikan, memberi nama.
2) Penafsiran data: Menafsirkan, membandingkan, menyimpulkan atau menggeneralisasikan.
3) Penerapan prinsip: Menganalisis masalah baru, membuat hipotesis, menerangkan, memeriksa ramalan.
d. Strategi analisis
Langkah-langkah dalam strategi analis yaitu:
1) Membaca keseluruhan
2) Analisis
3) Memberikan pendapat akhir
e. Strategi sinektik (model gordon)
Ada tiga langkah dalam metode sintetik, yaitu:
1) Analogi langsung (direct analogy)
2) Analogi personal (personal analogy)
3) Konflik kempaan atau termapatkan (compressed conflict)
f. Role playing (bermain peran)
Langkah-langkah dalam role playing yaitu:
1) Memotivasi kelompok
2) Memilih pemeran (casting)
3) Menyiapkan pengamat
4) Menyiapkan tahap-tahap peran
5) Pemeranan (pentas di depan kelas)
6) Diskusi dan evaluasi I (spontanitas)
7) Pemeranan (pentas) ulang
8) Diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah
9) Membagi pengalaman dan menarik generalisasi
g. Sosio drama
Langkah untuk mengefektifkan sosio drama adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan problem
2) Mendeskripsikan situasi konflik
3) Pemilihan pemain (casting characters)
4) Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat
5) Memerankan situasi tersebut
6) Memotong adegan
7) Mendiskusikan dan menganalisis situasi, kelakuan, dan gagasan yang diproduksi.
8) Menyusun rencana untuk testing lebih lanjut atau implementasi gagasan baru.
h. Simulasi: Strategi untuk memberikan kemungkinan kepada murid agar ia dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan.
Langkah-langkah dalam stimulasi:
1) Pemilihan situasi, masalah atau permainanyang cocok
2) Pengorganisasian kegiatan
3) Periapan untuk memberikan petunjuk-petunjuk
4) Pemberian petunjuk secara jelas kepada siswa
5) Diskusi tentang kegiatan simulasi dengan pelaku
6) Pemilihan peran
7) Persiapan pemeranan
8) Mengawasi kegiatan simulasi
9) Penyampaian saran-saran perbaikan
10) Evaluasi tentang konstribusi
5. Strategi Pembelajaran Drama
a. Pementasan drama di kelas
Pementasan dapat berupa pementasan satu naskah drama oleh satu kelompok atau lebih. Guru harus menyediakan petugas teknis dan artistik untuk melayani pementasan yang dilaksanakan.
b. Pementasan drama oleh teater sekolah
Untuk pementasan sekolah, hendaknya dipilih naskah-naskah yang komunikatif, mudah dipahami, mempunyai konflik yang kuat dan atraktif.
c. Teknik pembinaan apresiasi drama
Dalam membina dan mengembangkan apresiasi drama, murid dan guru harus dilengkapi dengan bahan yang serasi untuk kelompok-kelompok yng diajarkan dan menguasai teknik mengajar drama dengan baik, serta dapat menyesuaikan teknik dan bahan jika diperlukan.
d. Catatan tambahan tentang pemilihan materi
Pemilihan bahan naskah drama untuk diajarkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan jiwa murid.
2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai untuk tingkat kemampuan murid.
3) Bahasanya sedapat mungkin menggunakan bahasa yang standar.
4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara kita.
Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Thursday, November 24, 2011
Sinopsis Ranah 3 Warna (Ahmad Fuadi)
Dalam novel pertama, penulis (A.Fuadi) telah berhasil membawa pembacanya menyelami dunia pondok pesantren yang selama ini mungkin hanya dikenal oleh para penghuni dan alumni penghuninya. Tapi seorang alumni Pondok Pesantren Gontor, telah dengan lihat mengajak kita menyelami dunia pondok pesantren yang selama ini samar-samar. Buku kelanjutan Negeri 5 Menara ini memulai kisahnya dengan acara memancing antara Alif dengan sahabat baiknya, Randai, di tepi Danau Maninjau. Potongan adegan ini menggambarkan bagaimana Randai telah melecut semangat juang Alif, yang alumni pesantren, untuk melangkah ke jenjang universitas yang diinginkannya.
Diceritakan bagaimana perjuangan Alif menempuh ujian persamaan, dan dengan apik serta mendatangkan dercak kagum, Ahmad Fuadi telah membuat kita melihat bagaimana perjuangan sungguh-sungguh seorang "anak kampung" alumni pondok pesantren yang lebih banyak belajar soal Agama, mencapai universitas negeri impiannya. Sejak perjuangan Alif mengikuti ujian persamaan, matera "man Jadda Wajada" yang selalu menjadi andalan semangatnya terus didengungkan kepada setiap pembacanya, membuat kata-kata itu seperti terpatri juga dalam hati para pembacanya, dan menjadikannya sebuah nilai tambah, ketika "mantera" tersebut ikut "memanaskan" suasana perjuangan tokoh utama dalam novel ini.
Alif, yang akhirnya berhasil menembus salah satu universitas negeri di Bandung, semakin ditempa oleh pengalaman manis dan pahit yang silih berganti menyapanya. Kehilangan salah seorang yang dikasihinya menjadi klimaks awal dalam novel ini, terbukti dengan berawal dari kejadian pahit tersebut, Alif berusaha bangkit semampunya, dan menyempurnakan "mantera", bukan lagi sekedar "Man Jadda Wajada" tapi juga "Man Shabara Zhafira", Siapa yang bersabar akan beruntung.
Kata-kata yang didengarnya pertama kali dari Kiai Rais, gurunya di Pondok Pesantren Madani, membuatnya lebih sabar menghadapi hidup dan sekali lagi mengajak pembacanya untuk ikut menyelami lika-liku perjuangan untuk mencapai kesabaran itu sendiri. Perkenalan Alif dengan Bang Togar Parangin-angin, yang merupakan seniornya di majalah kampus adalah sebuah "warna" yang menarik dalam novel ini. Lewat sosok pemuda Batak yang ceplas-ceplos namun berhati baik ini, Alif mulai membuka wawasannya tentang dunia tulis menulis. Ditempa secara "ekstrem" oleh seniornya itu membuat Alif tidak kecil hati. Seperti cerita-cerita sebelumnya, Alif menganggapnya sebagai sebuah kompetisi, dan ia selalu ingin keluar sebagai pemenang! Berkat bantuan ilmu dari Bang Togar Parangin-angin ini juga Alif bisa mulai membiayai sendiri hidupnya di tanah perantauan.
Di pertengahan novel, kita akan mulai dibawa kembali pada mimpi Alif menjejakan kaki di benua Amerika. Ketika teman-temannya menertawakan mimpinya, Alif tidak gentar. Ia terus berjuang hingga akhirnya memperoleh suatu peluang melalui suatu program pertukaran pelajar. Alif yang tidak pandai seni harus memutar otaknya demi memenangkan kompetisi. Baginya, bukan hanya seni yang harus dipamerkan di negeri orang, tapi intelegensi juga seharusnya berperan. Ia berjuang menarik perhatian para juri untuk mempertimbangkannya untuk bisa lolos dari ujian ini. Ketika akhirnya Alif bisa menginjakkan kaki di benua impiannya, pembaca seolah diajak bersamanya menjelajah dunia yang sungguh-sungguh baru.
Seorang anak kampung yang hanya bermodal mimpi, kini bisa menginjakkan kaki di benua yang tadinya hanya angan-angannya bersama rekan Sahibul Menara. Benua Amerika tidak lagi sejauh matanya memandang awan yang membentuk goresan Negeri Paman Sam itu. Ia menginjakkinya. Menjejakan langkahnya untuk mulai berpetualang, walaupun ia harus terima bahwa keinginannya untuk memperlancar bahasa Inggris terbentur dengan budaya di tempatnya ditempatkan yang tidak berbahasa Inggris. Tapi bukan Alif namanya kalau ia menyerah begitu saja.
Novel ini sungguh menyajikan "angin segar" diantara novel lainnya yang sudah mendahuluinya. Tidak hanya sekedar fiksi belaka, namun tuangan pengalaman hidup, ketepatan penggambaran suasana, serta kekayaan batin penulisnya, membuat isi novel ini seperti hidup. Kita benar-benar seperti diajak menjelajah ke benua Amerika, ikut menyelami budaya penduduk Quebec, daerah kecil tempat Alif ditempatkan selama kurang lebih enam bulan, dengan segudang cerita interaksi Alif dengan penduduk sekitar. Sayangnya, saya merasa kehilangan Bang Togar Parangin-angin, yang di awal novel ini menyumbang "cerita manis". "Keberadaan" Bang Togar tiba-tiba saja lenyap di pertengahan novel hingga pada halaman terakhir. Padahal, tokoh yang satu ini berjasa dalam perjalanan kehidupan Alif di Bandung.
Namun dengan semua kelebihan dan kekurangannya, novel ini sungguh layak dan disarankan untuk dibaca oleh setiap orang yang merasa "kerdil" akan impian, merasa nyaris putus asa, dan wajib juga dibaca oleh setiap orang yang sedang berlari dan tidak berhenti berlari mengejar mimpi-mimpinya.
Sinopsis Negeri 5 Manara (Ahmad Fuadi)
Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif. Alif adalah anak desa yang ditinggal di Bayur , kampung kecil di dekat Danau Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri diPadang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun amaknya (ibunya alif) tidak setuju dengan keinginan alif untuk masuk SMU, ibunya ingin alif menjadi Buya Hamka dan melanjutkan sekolah ke pondok pesantren.
Karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah diluar ranah minang , namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani )mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka kedepan. Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso , teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.
Novel ini benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani apapun yang ada dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
Subscribe to:
Posts (Atom)