Thursday, March 8, 2012

Sinopsis Novel "Mangir" Karya Pramoedya Ananta Toer

Latar belakang kisah Mangir karya Pramoedya Ananta Toer ini adalah keruntuhan Majapahit pada tahun 1527, akibat dari keruntuhan Majapahit, kekuasaan tak berpusat tersebar di seluruh daerah Jawa yang menyebabkan keadaan kacau balau. Perang terus terjadi untuk merebut kekuasaan tunggal, perang tersebut tentu saja menjadikan Pulau Jawa bermandikan darah. Sehingga yang muncul di Jawa adalah daerah-daerah kecil (desa) yang berbentuk Perdikan (desa yang tidak mempunyai kewajiban membayar pajak kepada pemerintah penguasa) dan menjalankan sistem demokrasi desa, dengan penguasanya yang bergelar Ki Ageng.

Adalah Ki Ageng Pamanahan menguasai Mataram dan mendirikan Kota Gede pada 1577. Kemudian Panembahan Senapati, anak Ki Ageng Pamanahan naik menjadi Raja Mataram.

Saat bersamaan muncul pula sebuah daerah Perdikan Mangir dengan pemimpinnya atau biasa disebut tua Perdikan yang bernama Ki Ageng Mangir Wanabaya seorang pemuda gagah dan berani beserta saudara angkatnya yang bernama Baru Klinting. Tak hanya berdua, Perdikan Mangir memperoleh bantuan dari beberapa orang demang yang masing-masing memiliki daerah kekuasaan pula. Demang Patalan, Demang Jodog, Demang Pandak, dan Demang Pajangan adalah  orang-orang yang setia selalu membantu Wanabaya.

Perdikan Mangir dan Wanabaya
Suatu hari Perdikan Mangir di bawah komando Wanabaya berhasil memukul mundur pasukan Mataram yang hendak menyerang dengan siasat perang Ronggeng Manggilingan. Setelah perang kecil tersebut usai, Wanabaya bersukaria dengan menari bersama wanita ronggeng keliling yang bernama Adisaroh. Adisaroh adalah seorang wanita yang sangat cantik sehingga membuat Wanabaya tak mampu melepaskan pandangannya dari Adisaroh yang lama kelamaan membuatnya jatuh hati kepadanya.

Lain halnya dengan Wanabaya, para demang dan Baru Klinting justru sibuk berdebat sengit akan tingkah laku Wanabaya yang menurut Demang Patalan dan Demang Pandak tidak sepatututnya dilakukan oleh seorang tua Perdikan. Sebaliknya Demang Jodog dan Demang Pajangan justru membenarkan apa yang dilakukan oleh Wanabaya, sementara itu Baru Klinting hanya bisa menjadi penengah antara kedua kubu yang berseteru.

Baru Klinting yang pandai bersilat lidah akhirnya memutuskan untuk menghadapkan Wanabaya beserta Adisaroh ke hadapan para demang. Mereka menuntut Wanabaya agar dapat bersikap bijak layaknya sebagai seorang tua Perdikan, bukannya malah mabuk sambil menari-nari bersama Adisaroh seusai perang. Bukan kepalang kekesalan Wanabaya, akhirnya di hadapan seluruh demang termasuk ayah Adisaroh Tumenggung Mandaraka, ia menyatakan rasa cintanya kepada Adisaroh dan hendak mempersuntingnya. Tak ada pilihan bagi Adisaroh untuk menolak begitu juga dengan para demang yang tak dapat membendung hasrat Wanabaya muda.

Tak henti sampai di situ, Baru Klinting tetap memberi wejangan dan nasihat kepada Wanabaya akan keputusan yang telah ia ambil. Dengan atau tanpa Adisaroh Wanabaya tetap harus menjadi orang yang paling setia dan cinta pada Perdikan Mangir serta tidak akan melemah pendirian. Tetap gagah berani dan terus maju melawan Mataram sebagai seorang setiawan.

Akhirnya Pambayun mengatakan yang sesungguhnya kepada Wanabaya bahwa sebenarnya dirinya adalah Putri Pambayun anak putri dari Panembahan Senapati dan Tumenggung Mandaraka tak lain adalah penasihat Mataram yaitu Ki Juru Martani. Bukan main kesalnya Wanabaya yang ternyata selama ini telah dibohongi oleh isteri tercintanya sendiri, sambil bersujud menangis Pambayun meminta maaf dan menyatakan rasa penyesalan dan bersalahnya. Apa daya wanabaya yang telah naik pitam tak kuasa menahan amarahnya dan terus menggerutu menungu kedatangan Baru Klinting yang mungkin bisa menenangkannya.

Hari kunjungan yang dinanti telah tiba, inilah saatnya wanabaya dan Pambayun beserta seluruh bala tentara Mangir menuju Mataram. Di lain pihak Panembahan Senapati, Ki Ageng Pamanahan, dan Ki Juru Martani sudah tak sabar menunggu menantunya Wanabaya menghadap. Ketika tiba di Mataram bala tentara Mangir langsung menyerbu Mataram dengan segenap kekuatan yang ada. Wanabaya dan Baru Klinting pun ikut menyerbu Mataram dan langsung menuju ruang pertemuan untuk menghujamkan kerisnya kepada Panembahan Senapati. Ketika hendak berlari menghujam kan kerisnya, Wanabaya ditikam dari belakang oleh Pangeran Purbaya yang merupakan kakak dari pambayun. Begitu juga dengan Baru Klinting, setelah menangkis serangan demi serangan akhirnya ia pun tewas oleh tikaman tombak Panembahan Senapati. Tak hanya mereka berdua, Ki Ageng Pamanahan ayah dari Panembahan Senapati pun tewas saat itu juga. Berakhirlah sudah perjalanan Perdikan Mangir di tangan Mataram, hanya tersisa Pambayun yang tengah bersedih sanbil memeluk jasad suami tercinta sang Tua Perdikan Mangir Wanabaya sambil terus berkata sendiri tanpa arti.


-----------------------------------------------------------
Sumber: http://boekoe-gratis.blogspot.com 

Sinopsis Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata

 

Awal cerita novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bermula dari kisah seorang perempuan yang bernama Syalimah yang menceritakan pengalamannya saat pertama kali dekat dengan Zamzami, dimana Zamzami adalah orang yang pertama dan terakhir yang memberikan ia sebuah kejutan. Syalimah mendapatkan sebuah kejutan berupa sepeda baru Sim King made in RRC yang sudah ia idam-idamkan sejak dulu. Zamzami yang sangat menyayangi istri, Syalimah dan anaknya. Kecintaan Zamzami kepada Enong, anak perempuan sekaligus sulung, digambarkan Andrea dengan upaya Zamzani membelikannya kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata, karena Enong memang sangat senang terhadap pelajaran Bahasa Inggris. “Satu miliar itu banyak sekali Nong. Ayah pun tak tahu berapa jumlah nolnya. Tujuh belas barangkali,” (hal 12). 

Akan tetapi kebahagiaan Syalimah tidak berlangsung lama. Kecelakaan tragis menimpa suaminya, Zamzami. Zamzami tertimbun tanah. Syalimah terpaku di tempatnya berdiri. Nafasnya tercekat, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Syalimah berlari dan menggali tanah dengan tangannya sambil tersedak-sedak memanggil-manggil suaminya. Keadaan semakin sulit karena hujan turun. Tanah yang menimbun Zamzami berubah menjadi lumpur. Galian demi galian terus dilakukan Syalimah, tiba-tiba Syalimah melihat tangan dari Zamzami suaminya. Para penambang lainnya menarik tangan Zamzami, lelaki kurus itu tampak seperti tak bertulang, Zamzami diam tak bergerak semuanya telah terlambat. Akibat dari kejaian itulah Syalimah kehilangan tulang punggung keluarga.

Akibatnya gadis kecilnya yang berusia 12 tahun, yang bernama Enong harus rela ia jadikan korban. Enong sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun terpaksa harus berhenti sekolah lantaran ayahnya meninggal, Enong terpaksa harus berhenti dari bangku sekolah kelas 6 dan Enong harus mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga.  Kendati tidak meneruskan sekolah, namun semangat Enong untuk menguasai Bahasa Inggris tetap kuat. Berbagai usaha telah dilakukan Enong demi untuk memperoleh sebuah pekerjaaan. Enong sadar gadis seusia dia sangat susah untuk memperoleh pekerjaan, karena Enong sama sekali tidak memiliki keahlian. Jangankan keahlian untuk bekerja ijazah SD saja Enong belum memperolehnya. 

Syalimah, ibunda Enong dari kemarin telah menyiapkan keberangkatan Enong ke Tanjung Pandan, tapi ia tak sanggup. Jika melihat tas yang akan dibawa putrinya, air matanya berlinang. Satu-satunya yang ia bisa lakukan hanyalah menyenangkan hati anaknya, dan itu mungkin ia lakukan jika ia sendiri tampak kalah atas situasi yang menjepit mereka. Maka Syalimah selalu meyembunyikan kesedihannya. Namun, pertahanan yang sesungguhnya rapuh itu runtuh hari ini waktu ia melihat Enong menyimpan buku-buku sekolahnya di bawah dipan. Enong menyimpan semua buku, kecuali Kamus Bahasa Inggris Satu Milliar Kata hadiah dari ayahnya dulu. Katanya ia akan membawa kamus itu kemana pun ia pergi. Tangis Syalimah terhambur. Ia tersedu sedan dan memohon maaf pada putri kecilnya itu. Keesokan harinya Syalimah dan putrinya Enong melintasi padang ilalang , meloncati parit –parit kecil galian tambang, memotong jalan menuju jalur truk-truk timah yang akan berangkat ke Pelabuhan Tanjung Pandan. Saat itu juga Enong berpisah dengan Syalimah ibunya.

Enong langsung hilir mudik di pasar menawar-nawarkan diri untuk bekerja apa saja. Namun tak semudah yang disangka. Juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan demi penolakan ini ia alami berkali-kali selama berhari-hari. Enong tak berkecil hati. Kejadian itu memberinya pelajaran yang berharga. Bukanya sedih karena tak dipedulikan, ia malah senang sebab lain waktu ia tahu apa yang harus dilakukan.  

Akhirnya Enong memutuskan bekerja menjadi pendulang timah. Pendulang timah perempuan pertama di dunia ini telah lahir. Pekerjaan  mendulang timah amat kasar. Berlipat-lipat lebih kasar dari memarut kelapa, menyiangi kepiting, kerja di pabrik es, tukang cuci atau sekadar menjaga toko. Pendulang timah dipanggil kuli mentah, artinya kuli yang paling kuli. Jabatan di bawah mereka hanya kuda beban dan sapi pembajak.pendulang berendam seharian di dalam air setinggi pinggang dan ditikam langsung tajamnya sinar matahari. Berkubik tanah basah bercampur batu dan kaolin sehingga sangat berat, harus dimuat ke dalam dulang, yang juga beratnya tak kepalang. Sendi pinggang yang tak kuat dapat bergeser.

Radang sendi, wabah kaki gajah, penyakit kulit yang aneh karena virus lumpur, paru-paru yang hancur karena selalu menahan dingin dengan terus-menerus merokok, dan lantaran miskin, rokok yang dibeli adalah rokok murah sekali yang tak karuan asal muasalnya. Namun putri kecil Syalimah itu gembira bukan main mendapat pekerjaan baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu tak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan tak perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis dan memang karena ia memang tak punya pilihan lain. Hal itu dilakukan Enong semata-mata hanya untuk keluarganya tercinta. 

Hari demi hari pasir menipu Enong. Jika ia merasa lelah, ia membuka lagi kamus bahasa Inggris Satu Miliar kata pemberian ayahnya, Zamzami. Disisi lain, lokasi tambang timah itu adalah tanah perebutan yang tak jarang menimbulkan keributan, bahkan pertumpahan darah. Ini perkara sensitive. Jika petani bergantung pada apa yang ditanam, penambang bergantung pada lahan yang dikuasai. Perjuangan Enong membuahkan hasil. Perempuan kecil yang berusia 12 tahun itu akhirnya mampu mendapatkan timah. Antara kagum, malu,  iri, mereka kesulitan memulang-mulangkan kata meremehkan mereka pada Enong selama ini. Enong tak memikul timah sekarung seperti pendulang pria lainnya. Timahnya hanya sekaleng susu kecil, tapi lebih dari  cukup membeli sepuluh kilogram beras. 

Enong bangga tak terkira. Ia berhasil membeli beras untuk ibu dan saudara-saudaranya.Bersemangat setelah mendapat timah pertama, Enong semakin giat bekerja. Ia tidak tahu, di pasar, dibalik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu telah  bersiap membuntutinya. Mereka ingin mengintai lokasi Enong mendapat timah. Siang itu, ketika tengah menggali tanah, Enong mendengar salak anjing. Salak dari begitu banyak anjing. Ia berbalik dan terkejut melihat beberapa orang pria berlari menyongsongnya dari pinggir hutan sambil mengucung-acungkan parang, panah, dan senapan rakitan. Mereka berteriak-teriak mengancam dan melepaskan tali yang mengekang leher belasan ekor anjing pemburu. Enong sadar mungkin ia telah memasuki lahan orang. Ia maklum akan bahaya besar baginya. Ia berlari menyelamatkan diri. Melihatnya kabur, orang-orang itu makin bernafsu mengejarnya. Mereka mengokang senapan rakitan, menembaki dan memanahnya. Enong pontang panting menerobos gulma. Ia panik mendengar letusan senjata dan melihat anak-anak panah berdesing di dekatnya.

Salak anjing meraung-raung. Enong diburu seperti pelanduk. Ia berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak memedulikan kaki telanjangnya.yang berdarah karena duri dan pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia tak dapat berlari lebih jauh karena di depannya  mengadang tebing yang curam. Di bawah tebing itu mengakir sungai yang berjeram-jeram. Enong menoleh kebelakang, anjing-anjing pemburu sudah dekat. Ia berlari menuju tebing dan tanpa ragu ia meloncat. Tubuh kecilnya melayang, lalu berdentum dipermukaan sungai. Ia tenggellam bak batu, tak muncul lagi.

Enong lolos dari orang-orang yang memburunya karena nekat terjun dari tebing hulu sungai. Harapannya untuk selamat sangat kecil, namun dimakan buaya, mati terbentur batu di dasar sungai, atau tewas tenggelam, jauh lebih baik diperkosa dan dibunuh. Ditengah hutan itu, hukum tak berlaku, tak seorangpun akan menolongnya. Kepalanya terhempas di dasar sungai. Ia pingsan. Arus yang deras mengombang-ambingnya sekaligus membuatnya terlepas dari incaran buaya. Ia terlonjak-lonjak menuju hilir. Ia masih bernafas. Ketika ia sadar ia mendapati dirinya tersangkut di akar bakau. Rembulan kelam terpantul di atas sungai yang keruh. Ia bangkit dengan susah payah, compang-camping. Kepalanya terluka dan mengeluarkan darah. Ia terseok-seok meninggalkan muara.

Sungguh mengerikan apa yang telah ia alami. Beberapa hari Enong tak berani keluar rumah. Ia tak pernah menceritakan kejadian itu kepada siapa pun. Tidak juga pada ibunya. Sejak itu Enong tak bisa mendengar suara anjing menggonggong. Jika mendengarnya, ia merinding ketakutan. Kejadia itu telah membuat Enong trauma. Namun, di rumah itu ia dihadapkan pada pilihan yang amat sulit. Ia berusaha melupakan kejadian yang menakutkan itu. Ia harus kembali menambang karena ia, adik-adik, dan ibunya, sudah memasuki tahap terancam kelaparan.

Suatu ketika, dalam perjalanan menuju ladang tambang, Enong mendadak berhenti di muka Warung Kopi Bunga Seroja. Enong tertegun disamping sepedanya. Tubuhnya gemetar melihat wajah-wajah lelaki sangar yang minggu lalu memburunya di hutan. Mereka mengelilingi seorang pria yang tampak amat disegani. Ia paham bahwa lelaki-lelaki pemburunya itu adalah orang bayaran pria itu. Dibenamkannya wajah pria itu ke dalam benaknya. Kemudian, setelah sekian lama menatap wajah lelaki itu, Enong mendengar salakan belasan ekor anjing yang ganas, memekakkan telinganya. Padahal, tak ada seekor pun anjing di situ. Enong ketakutan dan menutup telingannya dengan tangan sehingga sepedanya terjatuh. Pria itu tak menyadari bahwa Enong sedang berada di dekatnya, bahwa saat itu mereka tersiap ke dalam pusaran nasib yang sama, dan ketika nanti mereka berjumpa lagi, Enong yang teraniaya akan membatalkan pria kejam itu dari ambisi terbesarnya.

Di sisi lain novel ini menceritakan tentang perjalanan cinta antara Ikal dengan A Ling. Dalam kesendiriannya Ikal bergumam dalam hati. Bulan Oktober tahun ini, dadaku hanya berdebar untuk tanggal 23 menunggu hujan pertama, tapi juga  untuk ayahku. Tak pernah terbayangkan aku akan berada dalam situasi seperti ini aku memusuhi ayahku sendiri. Genap sebulan kutinggalkan rumah. Kecewa pada ayah. Alasannya sungguh “Absurd”; Cinta. Aku menumpang di rumah Mapangi,orang bersarung kawan lamaku. Sering sepupu-sepupuku datang diutus Ayah untuk membujukku untuk pulang ke rumah.

"Semuanya tentu akan berbeda andai saja ayah menerima A Ling. Sekarang, saban hari aku menunggu Mualim Syahbana melayarkan perahunya. Akan kubawa lari saja perempuan Tionghoa itu. Kubawa lari ke Jakarta. Meski itu terang-terangan, seterang matahari di atas ubun-ubun, bahwa aku melawan ayahku sendiri. Sungguh menyedihkan keadaan ini. Aku telah banyak mengalami peristiwa buruk, namun permusuhan dengan ayah merupakan hal terburuk yang pernah terjadi dalam hidup aku. Tak pernah, tak pernah meski hanya sekali sebelumnya menentang ayah. Aku telah dibesarkan dengan cara bahwa memusuhi orangtua adalah sesuatu yang tak mungkin terjadi. Apa yang kulakukan sekarang, seumpama burung ranggon melawan angin. Dua hal yang diciptakan tidak saling bertentangan.

"Berulang kali kusesali mengapa ayah musti berada di tengah pilihan yang runyam ini. Mengapa ia yang tidak mengatakan tidak padaku, mengatakan tidak untuk sesuatu yang paling kuinginkan. Sungguh jiwaku tidak kuat jika harus memusuhi ayahku sendiri, namun kemungkinan lain yang tak dapat kutanggungkan adalah jika aku harus kehilangan perempuan Tionghoa itu.  Itu bak sendi pada buku-buku jemariku. Ia bak arus dalam sungaiku. Aku tak sanggup, tak sanggup."

Ikal menyadari bahwa yang bisa membantunya adalah Detektif M.Nur. segala usaha telah dilakukan oleh Ikal dan Detektif M. Nur untuk mendapatkan A Ling namun tetap saja gagal. Sesuatu telah terjadi, detektif M.Nur mengatakan kepada Ikal kalau A Ling sudah bertunangan dengan Zinar. Namun, kebahagiaan Ikal hanya sementara, karena A Ling ternyata telah dijodohkan dengan lelaki pemilik toko kelontong yang menjual gula dan tembakau bernama  Zinar. Lelaki yang secara fisik dan finansial lebih baik dari Ikal memang berbeda kelas dengannya. 

Jadi, teruslah novel Padang Bulan menjadi tempat Andrea menceritakan kegilaan Ikal yang lain karena terbakar api cemburu. Ikal yang menginginkan A Ling kembali berboncengan sepeda dengannya melakukan upaya sportif untuk mengalahkan Zinar. Caranya?bertanding dengan Zinar dalam olahraga catur dan sepakbola (Ikal gagal masuk tim voli, alasannya sebaiknya Anda baca sendiri) dalam acara lomba 17 Agustus-an. 

Mengenai keinginan Ikal melawan Zinar bermain catur juga membawa kelucuan tersendiri saat ia berkata kepada Ibunya mengenai hal ini; 

“Jadi, kau pikir hanya karena kau punya kawan seorang guru catur di negeri antah berantah sana, lalu kau bisa main catur?….Keluarkan ijazah-ijazahmu,” 
“Aku cemas apa yang akan dilakukan ibu,,,,kupikir ia akan mencampakkannya ke tungku, dihamburkan ke pekarangan atau dilemparkan ke dalam sumur, tapi tidak. Ibu membawanya ke ambang jendela. Ia membuka map itu, lalu menerawang ijazahku satu per satu di bawah sinar matahari.” 
“Kutaksir, ijazah-ijazahmu ini banyak yang palsu, Bujang.” (hal 148) 

Berbagai cara gila yang Ikal lakukan untuk mendapatkan kembali cinta A Ling hampir menjadikannya menjadi bujang lapuk yang mati muda, hanya karena keteledorannya menggunakan Octoceria. 

Love walks on two feet just like a human being 
It stands up on tiptoes of insanity and misery 

Insanity (kegilaan) dan misery (kesengsaraan) yang menjadi kata kerja yang dialami Ikal karena patah hati ditinggalkan A Ling. Puncaknya, A Ling datang ke rumah Ikal tepat saat ia sudah mengibarkan bendera putih kepada Zinar dan berketetapan untuk pergi merantau mencari kerja di Jakarta. Terlebih kedatangan A Ling adalah untuk memberikan undangan pernikahannya dengan Zinar. Saat Ikal datang ke pernikahan A Ling dengan Zinar, ia menyelipkan secarik puisi yang ia gubah sewaktu SD dulu saat perasaan aneh itu hinggap saat melihat kuku-kuku cantik A Ling;  

Komidi berputar pelan 
Lampu-lampu dinyalakan 
Komidi melingkar tenang 
Hatiku terang  
Terang benderang menandingi bulan 

Entahlah, nampaknya Ikal memang berbakat alami sebagai penyair puisi, selain puisi tersebut, Ikal pun secara spontan membantu Enong membuat tugas menulis puisi dalam kursus Bahasa Inggrisnya berjudul Bulan di Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman, yang dalam Bahasa Inggrisnya pun menurut saya tetap bernuansa klise sekaligus lucu. 

Novel Padang Bulan juga memperkenalkan Detektif M Nur dengan hewan merpati kesayangannya bernama Jose Rizal sebagai salah satu tokoh baru yang cukup dominan selain Enong. Lelaki yang dituliskan sebagai tetangga Ikal ini memancing pertanyaan serupa dengan Arai  dalam cerita Laskar Pelangi. Kemana Detektif M Nur yang bernama Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin berada saat masa kecil Ikal bersama laskarnya? 

Namun, hal itu tidaklah menjadi persoalan, selain karena detektif melayu partikelir ini menjadi tokoh kunci pada novel lanjutannya di Cinta di Dalam Gelas, ia pun memiliki karakteristik yang kuat sebagai pendamping Ikal dalam dwilogi ini, lagi-lagi layaknya Arai dalam Sang Pemimpi dan Edensor. Andrea pun menaruh satu sub bab tersendiri untuk mendukung latar belakang detektif nyentrik ini.

“Badannya kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil, alisnya hanya satu setengah,,,,,waktu kelas tiga ia terjatuh dari pohon nangka,,,,ia tidak bisa bersekolah beberapa lama, tapi saat ia sekolah lagi, ia menjadi pelupa dan sering mendengus seperti kambing bersin: nges,,nges,,” 
“Alhasil, tiga tahun berturut-turut ia tidak naik kelas. Ia bosan, guru-gurunya bosan, orangtuanya bosan, menteri pendidikan pun bosan, ia berhenti sekolah,” (hal 41-42). 

Singkat cerita Dalam perjalanan hidupnya, Enong kemudian bertemu dengan Ikal yang akhirnya bisa mengenalkan Enong dengan Ninochka Stronovky, seorang grand master perempuan catur internasional 

“Tokoh utama dalam novel Dwilogi Padang Bulan ini ada tiga orang, yakni Enong, Ikal dan Ninochka Stronovky. Ninochka Stronovky merupakan grand master catur sekaligus teman saya sendiri,” terangnya. 

-------------------------------------------------------------------------------
Sumber: http://amell-layarbiru.blogspot.com

Sinopsis Novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam Karya Nassirun Purwokartun

Pangeran sekar begitu marahnya karena merasa haknya dirampas oleh Waliyul Amri yang memberikan tahta sultan Demak Bintoro ke tangan Trenggono, adik lelakinya beda ibu. Ia merasa dialah yang lebih tepat menjabat sultan karena dia lebih tua. Sesungguhnya dia sudah merasa dilangkahi ketika Waliyul Amri memilih Pati Unus, adik lelakinya, sebagai sultan Demak menggantikan ayahanda Raden Fatah. 

Memang di kesultanan Demak Bintoro tidak berlaku konvensi lama yang mengakar di kerajaan-kerajaan nusantara dimana seorang anak lelaki tertua secara otomatis menjadi putera mahkota yang kemudian diproyeksikan sebagai pengganti kedudukan raja kalau sang raja lengser. Kesultanan Demak dengan tatanannya sendiri memiliki kaidah bahwa segala keputusan penting pada kesultanan harus mendapat restu atau dimusyawarahkan dulu dalam rapat Waliyul Amri. 

Waliyul Amri sendiri adalah sekelompok ulama sebagai penasihat raja dan sebagai tempat meminta pertimbangan bagi raja dalam memutuskan perkara atau kebijakan. Waliyul Amri juga memegang peran sebagai penyebar dakwah islam di tanah Jawa. Dengan adanya Waliyul Amri ini, kedudukan raja atau sultan di kerajaan Demak tidak sesakral, sehebat, sekuat raja-raja kerajaan nusantara era sebelumnya seperti Sriwijaya dan Majapahit. Raja bukan sebagai pengejawantahan Tuhan di muka bumi. Akan tetapi kekuasaannya dibatasi dan terkendali oleh Waliyul Amri.

Dengan demikian, tidak aneh jika pengganti Raden Fatah adalah justru anak bungsu: Pati Unus bukan Pangeran Sekar atau Trenggono. Dengan terpilihnya Pati Unus, sebenarnya Pangeran Sekar sudah merasa haknya dirampas. Karena ia masih beranggapan dan masih terpatri dalam jiwanya bahwa pengganti raja adalah anak laki-laki tertua. Ia bisa menerima keputusan Waliyul Amri itu setelah menerima penjelasan tentang alasan mereka mengangkat Pati Unus.

Pati Unus memerintah Demak hanya dalam waktu kurang lebih tiga tahun. Waktu yang relatif pendek untuk mengurus sebuah pemerintahan besar seperti Demak. Mangkatnya Pati Unus ini diikuti musyarawah Waliyul Amri untuk menentukan penggantinya. Pangeran Sekar dengan PD dan yakin dirinya yang terpilih menggantikan adiknya sebagai sultan Demak. Akan tetapi, yang diputuskan Waliyul Amri tidak demikian. Waliyul Amri mengangkat Trenggono sebagai sultan Demak pengganti Pati Unus. Sontak, marahlah Pangeran Sekar dengan keputusan Waliyul Amri ini. Dia merasa sudah bersabar selama tiga tahun untuk mendapatkan haknya ternyata tidak membuahkan hasil. Pangeran Sekar merasa dihianati, dianaktirikan, dizalimi Waliyul Amri. 

Berbagai upaya dilakukan Bupati Jipang Panolang ini untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Demak, khususnya Waliyul Amri. Pangeran sekar berhasil mencuri Keris Brongot Setan Kober yang merupakan keris pusaka keraton yang digunakan untuk upacara pelantikan Trenggono menjadi Sultan Demak. Dengan keris pusaka itu Pangeran Sekar marah-marah di pendopo Kesultanan Demak menuntut hak yang dirasanya dirampas oleh pemerintah Demak.Untunglah tidak sampai terjadi kekisruhan yang begitu berbahaya dari peristiwa itu.

Sunan Kudus, sebagai guru Pangeran Sekar, yang merupakan pemimpin Waliyul Amri berhasil meredam amarah Pangeran Sekar. Sunan Kudus berhasil membujuk Pangeran Sekar untuk tidak berbuat nekat. Keris Brongot Setan Kober berhasil diminta dan disimpan di Panti Kudus, sehingga tidak disalahgunakan oleh Pangeran Sekar.

Keris yang tersimpan di Panti Kudus dicuri oleh Bagus Mukmin (Prawoto) dan kemudian digunakan untuk menghabisi Pangeran Sekar di Kali Tuntang. Prawoto berpikir bahwa pembuat onar dan kekisruhan harus dimusnahkan. Pangeran Sekar dianggapnya akan mengkudeta pemerintahan ayahnya.

Wafatnya Pangeran Sekar ini meninggalkan empat orang istri yang masing-masing mengandung anaknya. Dari masing-masing istri inilah kemudian lahir Penangsang, Mataram, Panuntun, dan Panuntas. Penangsang dilahirkan dari istri Pangeran Sekar dari anak Bupati Jipang Panolang. Dengan demikian, kelak Penangsanglah yang menggantikan ayahandanya menjadi Bupati Jipang Panolang yang wilayahnya terluas di antara kabupaten-kabupaten lain di Demak.

Penangsang memimpin Jipang Panolang sehingga menjadi sebuah kadipaten dari Kesultanan Demak yang paling makmur, kaya, dan sejahtera.  Bahkan warga Pajang yang berbatasan langsung dengan Jipang Panolang, berbondong-bondong pindah ke wilayah Kadipaten Jipang. Agar mendapat perhatian dari Jipang, agar turut merasakan kemakmuran di wilayah pemerintahan Jipang.  

Penangsang, sang pemimpin Jipang, memiliki watak yang tegas, keras dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan. Penangsang begitu marah setiap kali ia disama-samakan dengan ayahandanya, Pangeran Sekar. Ia lebih memilih menjadi dirinya sendiri. 
Sultan Trenggono hendak menaklukkan Blambangan yang belum juga mau bergabung dengan Demak Bintoro. Blambangan malah bekerja sama dengan Portugis di Malaka. Dalam perjalanan menuju Blambangan, Trenggono gugur oleh seorang penyusup. Musuh itu menyusup menjadi abdi dalem pembawa tempolong,  tempat untuk meludah Sang Raja dari hasil kunyahan kinang. 

Wafatnya Trenggono memunculkan permasalahan tentang siapa penggantinya. Sunan Kudus menjagokan Penangsang untuk diusulkan pada rapat dewan Wali. Sunan Kalijogo dan Sunan Muria mengusulkan Bagus Mukmin, nama kecil Raden Prawoto. Penangsang dengan tegas menolak pinangan Sunan Kudus. Ia berdalih ingin memajukan Jipang saja. Dia tidak tertarik untuk menjadi Sultan Demak. Akhirnya dengan berbagai bujuk rayu, Penangsang akhirnya mengiyakan pinangan tersebut. 

Di sisi lain Bagus Mukmin pun menolak untuk dicalonkan menjadi Sultan Demak. Ia merasa tidak pantas. Tanganya mulai ringkih, matanya buta, kondisi fisik yang tak lagi prima untuk memimpin sebuah kerajaan besar sekaliber Demak Bintoro. Ragu, bimbang, dia bingung menyelimuti pikiran Mukmin hingga menjelang hari digelarnya Rapat Musyawarah Waliyul Amri. Ia juga dihantui rasa bersalah atas tindakan yang dilakukannya sebagai dalang atas Tragedi Kali Tuntang yang menyebabkan Pangeran Sekar terbunuh. 

Hingga akhirnya rapat Waliyul Amri pun digelar dengan suara Mayoritas memilih Bagus Mukmin. Ketika ditanyakan kepada Mukmin: “Apakah bersedia untuk menjadi Sultan Demak, Bagus Mukmin hanya diam dalam kebutaannya. Diamnya dianggap menyetujui oleh Dewan Wali. Mukmin semakin gugup, bingung tak tahu harus berbuat  apa. Padahal jauh-jauh hari ia sudah mengungkapkan bahwa dia tidak mau untuk dicalonkan menjadi Sultan Demak. Itu pulalah yang membuat Penangsang mau mendatangi Rapat Dewan Wali. Sedianya ia tidak mau datang sama sekali. Sunan Kudus menyatakan bahwa jika Penangsang tidak mau datang, sebagai calon Sunan Demak maka Kerajaan Demak Bintoro terancam mengalami kekosongan raja. 

Namun setelah terjadi pemilihan Sultan Demak, dihasilkan keputusan bahwa Mukmin sebagai Sultan Demak Bintoro pengganti Sultan Trenggono. Marahlah Penangsang atas kejadian itu. Bukan kemarahan karena dia yang tidak terpilih. Namun ia marah karena informasi yang selama ini diterimanya tidak benar. Informasi bahwa Mukmin menolak dicalonkan menjadi Sultan Demak. Ia merasa dibohongi. Ia merasa dipermainkan atas kejadian tersebut. Ia merasa dipermalukan di rapat Dewan Wali seolah dia menjagokan diri lalu kalah dengan Mukmin. Padahal tidak sama sekali. Ia sedikit pun tidak tertarik dengna tahta sebagai Sultan Demak.

-------------------------------------------------------------------
Sumber: http://haryosongosongo.blogspot.com

Resensi Novel Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan Karya Tasaro


Adalah sebuah gebrakan baru di buat oleh Tasaro GK, seorang penulis muda yang kemampuan menulisnya tidak diragukan lagi. Tasaro mencoba menulis kisah Rasulullah SAW dalam sebentuk novel biografi. Dibutuhkan keberanian untuk menoreh kisah Lelaki teragung sepanjang masa dengan perpaduan sastra dan kenyataan, siroh dan khayalan. Memang sudah banyak novel biografi yang telah ditulis, namun untuk ukuran kisah Rasulullah SAW, kekasih Allah bolehkah?

Novel biografi ini kemudian menuai pro dan kontra. Ada yang memberikan apresiasi. Namun, ada juga yang tidak bersepakat. Alasannya, untuk orang awam yang belum mengenal Rasul, mungkin akan terjadi kesulitan dalam membedakan mana cerita rekaan dan yang mana sungguhan, hal tersebut menjadi fatal. Terlebih tidak ditemukan penjelasan tentang yang mana kisah rekaan dan yang mana siroh Rasulullah di bagian mana pun novel tersebut.

Tapi, terlepas dari pro dan kontra tersebut saya pikir Tasaro memiliki alasan yang kuat menulis tentang Rasulullah, sebuah alasan yang sama yang dirasakan semua ummat yang mengenal beliau, rindu dan cinta yang begitu mendalam. Ya Rasul, lumpuh kami karena rindu... Namun, ada baiknya jika Tasaro tetap mempertimbangkan dan memikirkan ulang bagaimana agar para pembaca awam paham betul bahwa Kasva dan Astu hanyalah tokoh selingan, sebuah hasil kreativitas imajinasi. Sedangkan kisah Rasulullah dan para sahabat adalah suatu yang nyata, sebuah sejarah yang akan terus mengabadi yang wajib dijadikan junjungan.

Di lain sisi, tidak dapat pula dipungkiri, Tasaro memiliki cara yang berbeda menggambarkan kisah Rasulullah SAW. Kekayaan majas dan metafora mampu menghadirkan makna dengan daya pikat istimewa. Ditambah dengan pilihan diksi nan indah pada tiap rangkaian kaliamat mampu membuat pembaca terhanyut dalam setiap kisah.

Hadirnya tokoh Kashva dan Astu sebagai tokoh selingan dalam novel ini pada awalnya memang cukup tertarik, terutama dengan diskusi-diskusi filsafat anatra Kashva dan Astu yang begitu menantang. Tentang pencarian serta rasa penasaran Kashva terhadap Himada, sosok pangeran kedamaian yang dijanjikan oleh semua kitab suci di seluruh dunia, termasuk kitabnya, Zardust. Hanya saja, saat khusyu menyelami kisah Rasulullah, tiba-tiba terpotong oleh kisah Kashva yang hadir setelahnya. Rasanya hampir sama jika tontonan sedang berada pada puncak ketegangan, tiba-tiba diselingi iklan.

Rasulullah dengan kisahnya yang telah mengaru biru telah sampai pada bab perang parit yang sungguh memosona, mujisat-mujisat yang membuat tercengang. Saat sebuah batu besar menghalangi proses penggalian parit sebagai benteng pertahanan Madinah dari serbuan kaum kafir. Batu besar itu menghimpit orang Anshar. Orang-orang sudah mencoba memecahkan batunya, Namun hasilnya nihil. Rasulullah akhirnya turun tangan, memecahkan batu besar yang seketika retak disertai berkas cahaya berpendar ke tiga arah, kastil-kastil Yaman dan Suriah, serta istana-istana Khosrou di persia. Sebuah kisah yang penuh ketegangan, namun ketika menoleh pada lembar selanjutnya, kisah diselingi oleh bab tentang pelarian Kashva. Karena penasaran dengan kisah Rasulullah, saya melewati bab itu, mencari lanjutan kisah Rasul, begitu seterusnya.

Dan sungguh tidak ada kisah seindah kisah Rasulullah dan para Sahabat. Tidak ada kisah motivasi yang mampu menandingi kisah motivator sejati, Rasulullah SAW. Tentang cinta, perjuangan, pengorbanan dan semuanya. Terhimpun dalam keihlasan demi menegakkan kalimat Allah SWT. Tentang strategi perang dan pedang dalam sebuah perwujudan cinta. Pilihan Michael H Hart, sungguh obejektif menempatkan Rasulullah pada tingkatan pertama orang paling berpengaruh di dunia. Rasulullah datang, menjungkirbalikkan peradaban jahiliah, menggantikan dengan peradaban Islam yang gilang gemilang selama 1300 abad pada dua pertiga belahan dunia. Walaupun kemudian cahaya tersebut meredup. Namun cahaya itu tidak akan pernah mati, dia akan selalu bersinar seiring kecintaan terhadap Rasullullah SAW dan ketaatan terhadap Allah SWT. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64). Dan jika sunnah Rasul sungguh-sungguh kita implementasikan dengan konsisten. Suatu saat cahaya itu akan kembali memasuki setiap rumah. Menerangi seluruh dunia menjadi Rahmatan lil lamin.Wallahu A'lam.

-------------------------------------------------------------------------
Sumber: http://charaaw.blogspot.com

Friday, January 6, 2012

Drama: Teori dan Pengajarannya (1)

Bab I
Drama dan Permasalahannya

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan sebagainya.
Moulton memberikan definisi drama (pentas) sebagai hidup manusia yang dilukiskan dengan action.

1. Lakon dan Konflik Manusia
Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Konflik itu lebih bersifat batin daripada fisik. Konflik manusia itu sering juga dilukiskan secara fisik. Dalam wayang akan kita saksikan bahwa klimaks dari konflik batin adalah bentrokan fisik yang diwujudkan dalam perang.
Konflik yang dipaparkan dalam lakon harus mempunyai motif. Motif dari konflik yang dibangun itu akan mewujudkan kejadian-kejadian. Motif dan kejadian haruslah wajar dan realistis, artinya benar-benar diambil dari kehidupan manusia.

Seluruh perjalanan drama dijiwai oleh konflik pelakunya. Konflik itu terjadi oleh pelaku yang mendukung cerita (pelaku utama) yang bertentangan dengan pelaku pelawan arus cerita (pelaku penentang). Dua tokoh tersebut disebut dengan tokoh protagonist dan tokoh antagonis. Konflik antara tokoh protagonist dan tokoh antagonis itu hendaknya sedemikian keras, tetapi wajar, realistis, dan logis.

Motif dalam penulisan lakon merupakan dasar laku dan merupakan keseluruhan rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan respons. Motif dapat ditimbulkan berdasarkan hal-hal berikut:
a. Kecenderungan dasar manusia untuk dikenal, untuk memperoleh pengalaman, ketenangna, kedudukan.
b. Situasi yang melingkupi manusia yang berupa keadaan fisik dan sosialnya.
c. Interaksi sosial yang ditimbulkan akibat hubungan dengan sesama manusia.
d. Watak manusia itu sendiri yang ditentukan oleh keadaan intelektual, emosional, ekspresif, dan sosiokultural.

Motif yang dipilih bergantung pada selera penulis. Penulis menentukan motif itu dari sumber mana. Lakon, baik sebagai peniru kehidupan, ilusi kehidupan, atau penggambaran tentang konflik dan masalah kehidupan, selalu dikendalikan dan diatur oleh proses tingkah laku manusia.

2. Struktur Drama Naskah
a. Plot atau Kerangka Cerita
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal sampai akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena kontradiksi pelaku.
Jalinan konflik dalam plot itu biasanya meliputi hal-hal berikut:
1) Protasis atau jalinan awal
2) Epitasio
3) Catarsis
4) Catastrophe (Aristoteles)

Gustaf Freytag memberikan unsur-unsur plot sebagai berikut:
1) Exposition atau Pelukisan Awal Cerita
2) Komplikasi atau Pertikaian Awal
3) Klimaks atau Titik Puncak Cerita
4) Resolusi atau Penyelesaian atau Falling Action
5) Catastrophe atau Denounment atau Keputusan

Plot drama ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sirkuler, artinya cerita berkisar pada satu peristiwa saja.
b. Linear, yaitu cerita bergerak secara berurutan dari A-Z.
c. Episodik, yaitu jalinan cerita itu terpisah kemudian bertemu pada akhir cerita.

b. Penokohan dan Perwatakan
Penokohan erat hubungannyadengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Watak tokoh akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan sanping. Jenis dan warna dialog akan menggambarkan watak tokoh itu.

Klasifikasi tokoh
1) Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita:
a) Tokoh Protagonis: Tokoh yang mendukung cerita.
b) Tokoh Antagonis: Tokoh penentang cerita.
c) Tokoh Tritagonis: Tokoh pembantu.

2) Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya:
a) Tokoh Sentral: Tokoh-tokoh yang peling menentukan gerak lakon.
b) Tokoh Utama: Tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral.
c) Tokoh Pembantu: Tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.

Perwatakan para tokoh harus konsisten dari awal sampai ahkir. Watak tokoh protagonis dan tokoh antagonis harus memungkinkan keduanya menjalin pertikaian, dan pertikaian itu memungkinkan untuk berkembang mencapai klimaks. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi. Penggambaran itu berdasarkan keadaak fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis).

c. Dialog atau Percakapan
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan di atas panggug. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam tulis

d. Setting atau Landasan atau Tempat Kejadian
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Penentuan ini harus secara cermat, sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan. Setting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu.

e. Tema atau Nada Dasar Cerita
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya. Tema merupakan “struktur dalam” dari sebuah karya sastra. Tema juga berhubungan sudut pandang pengarang yang memendang dunia ini, apakah dari segi bahagia, duka, mengejek, mencemooh, harapan, ataukah kehidupan ini sama sekali tidak bermakna.

f. Amanat atau Pesan Pengarang
Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya itu. Pembaca yang cukup teliti akan dapat menangkap apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis.

g. Petunjuk Teknis
Dalam naskah drama diperlukan juga petunjuk teknis, yang sering pula disebut teks samping. Teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktis, keras lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan berbeda dari dialog (misalnya dengan huruf miring atau huruf besar semua).

h. Drama Sebagai Interpretasi Kehidupan
Ulasan tentang drama sebagai interpretasi kehidupan erat hubungannya dengan nada dasar atau pandangan dasar penulis drama itu. Sebagai interpretasi terhadap kehidupan, drama mempunyai kekayaan batin yang tiada tara. Kehidupan yang ditiru oleh penulis drama lakon diberi aksentuasi-aksentuasi sesuai dengan sisi kehidupan mana yang akan ditonjolkan oleh penulis.

3. Naskah – Pengarang – Pementasan – Penonton
Keunggulan naskah drama adalah pada konflik yang dibangun. Di sisi lain yang harus diperhatikan yaitu penonton. Meskipun pementasan bermutu, tetapi tidak ada daya apresiasi penonton tidak sesuai dengan jenis tontonan itu, maka pertunjukan ada kemungkinan gagal karena penonton tidak mampu menghayati tontonannya sesuai dengan tuntutan tontonan itu.
Ada hubungan timbal balik dan saling menentukan antara pengarang, naskah, pementasan, dan penonton drama. Dalam drama, M-1 diartikan menghayalkan, M-2 berarti menuliskan, M-3 berarti memainkan, dan M-4 berarti menonton. Dalam hal ini, naskah drama sebenarnya merupakan model paling utama untuk suatu pementasan drama yang baik, jika dipentaskan oleh sutradara dan aktor yang baik.

Dalam menilai suatau naskah, maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Tema relevan dengan konfliknya cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang matap.
b. Konfliknya cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang mantap.
c. Watak pelakunya mengandung pertentangan yang memungkinkan katajaman konflik.
d. Bahasanya mudah dihayati dan komunukatif.
e. Mempunyai kemungkinan pementasan.

4. Pementasan Drama
Pementasan drama merupakan karya kolektif yang dikoordinasikan oleh sutradara, yaitu pekerja teater yang dengan kecakapan dan keahliannya memimpin aktor-aktris dan pekerja teknis dalam pementasan. Selain itu ada pula produser yang memberikan biaya pementasan dan manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.

Unsur-unsur pementasan drama
a. Aktor dan Casting
Aktor-aktris merupakan pelaksana pementasan yang membawakan ide cerita langsung di depan publik. Aktor-aktris merupakan tulang punggung pementasan. pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting.

Ada 5 macam casting :
1) Casting By Ability: Adalah pemilihan peran berdasarkan kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan.
2) Casting To Type: Adalah pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik si pemain.
3) Anti Type Casting: Adalah pemilihan peran berdasarkan watak dan ciri fisik yang dibawakan
4) Casting To Emotional: Adalah pemilihan peran berdasarkan observasi atau penelitian kehidupan pribadi calon pemeran.

b. Sutradara
Tugas sutradara yaitu mengkoordinasi segala macam urusan pementasan, sejak latihan dimulai sampai dengan pementasan selesai.

Ada beberapa tipe sutradara, yaitu sebagai berikut :
1) Berdasarkan mempengaruhi jiwa pemain, ada dua macam sutradara:
a) Sutradara Teknikus adalah sutradara yang lebih mementingkan seni luar yang gemerlap.
b) Sutradara Psikolog dramatik adalah sutradara yang lebih mementingkan watak secara psikologis dan tidakan begitu mementingkan faktor teknis.

2) Berdasarkan cara melatih pemain, ada tiga tipe sutradara:
a) Sutradara Interpretator adalah sutradara yang berpegang teguh pada naskah secara kaku.
b) Sutradara Kreator adalah sutradara yang menciptakan variasi baru
c) Gabungan keduanya dipandang paling baik.

3) Berdasarkan cara penyutradaraan, terdapat dua macam cara, yaitu:
a) Cara Diktator adalah seluruh langkah pemain ditentukan sutradara.
b) Cara Laissez Faire adalah aktor dan aktris menjadi pencipta permainan dan peranan sutradara sebagai supervisor yang membiarkan pemain melakukan proses kreatif.

c. Produser
Adalah orang yang memberikan biaya pementasan dan juga manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.

d. Penata Pentas
Adalah orang yang bertugas untuk menghidupkan peran di atas pentas. Peralatan teknis tentunya akan sangat membantu. Peralatan-peralatan tersebut nantinya akan meliputi hal-hal seperti pengaturan pentas, dekorasi, tata lampu, tata busana, dan lain sebagainya.

e. Penata Artistik
Adalah orang yang bertugas untuk mengatur secara artistik yaitu segala hal-hal yang berkaitan atau berhubungan dengan pementasan drama secara langsung. Berhubugan dengan tata rias (make up), tata busana (costum), tata lampu (lighting), tata musik dan efek suara (sound and system).

5. Klasifikasi Drama
Drama diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a. Tragedi (duka cerita)
Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih uang besar dan agung. Dengan kisah tentang bencana ini, penulis naskah mengharap agar penontonnya memandang kehidupan secara optimis. Pengarang secara bervariasi ingin melukiskan keyakinan tentang ketidaksempurnaan manusia.

b. Komedi (drama ria)
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tetapi lucu.

c. Melodrama
Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama. Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya.

d. Dagelan (farce)
Dagelan disebut juga banyolan. Sering kali jenis drama ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan atau komedi ketengan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi, tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembangan cerita sang tokoh.

6. Jenis dan Konsepsi Tentang Drama atau Teater
a. Jenis-jenis Drama
1) Drama Pendidikan
2) Drama Duka (tragedy)
3) Drama Ria (comedy)
4) Drama untuk dibaca (closed drama)
5) Drama Teatrikal (drama untuk dipentaskan)
6) Drama Romatik
7) Drama Adat
8) Drama Liturgi
9) Drama Simbolis
10) Monolog
11) Drama Lingkungan
12) Komedi Intrik (intrique comedy)
13) Drama Mini Kata (teater mini kata)
14) Drama Radio
15) Drama Televisi
16) Drama Eksperimental
17) Sosio Drama
18) Melodrama
19) Drama Absurd
20) Drama Improvisasi
21) Drama Sejarah

b. Klasifikasi Drama Berdasarkan Aliran
1) Aliran Klasik
2) Aliran Romantik
3) Aliran Realisme
4) Aliran Ekspresionisme
5) Aliran Naturalisme
6) Aliran Eksistensialisme

c. Konsepsi Tentang Drama
1) Rendra, mengemukakan konsep “Kegagahan dalam Kemiskinan: Teater Modern Indonesia”
2) Putu Wijaya, mengemukakan konsep ”Jalam Pikiran Teater Mandiri: Bertolak Dari yang Ada”
3) Wahyu Sihombing, mengemukakan konsep ”Masalah Sutradara adalah Masalah Penafsiran Naskah dan Casting”
4) N. Riantiarno, mengemukakan konsep ”Kemarin atau Nanti: Teater Tanpa Selesai”
5) Danarto, mengemukakan konsep ”Mewujudkan Teater Tanpa Kata”
6) Ikranagara, mengemukakan konsep ”Konsep Kerja Teater, Teater Saja”
7) Arifin C. Noer, mengemukakan konsep ”Teater Kata”

7. Sejarah Drama
a. Drama Klasik
Drama Klasik adalah drama pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal sampai kini.
1) Zaman Yunani: Tokoh yang paling terkenal adalah Plato, Aristoteles, dan Sopholches.
2) Zaman Romawi: Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Plutus, Terence atau Publius Terence Afer, dan Lucius Seneca.

b. Teater Abad Pertengahan
Pengaruh Gereja Katolik atas drama sangat besar pada zaman pertengahan ini. Dalam pementasan ada nyanyian-nyanyian yang dilagukan oleh para rabib dan diselingi dengan koor.
Ciri-ciri khas teater pada abad pertengahan, adalah sebagai berikut:
1) Pentas kereta
2) Dekor bersifat sederhana dan simbolis
3) Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama modern.

c. Zaman Italia
Tokoh yang terkenal pada yang terkenal pada zaman ini adalah Dante, Torquato Tasso, dan niccolo Machiavelli.
Ciri-ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut:
1) Improvisatoris atau tanpa naskah
2) Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru kemudian pemain berimprovisasi.
3) Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan.
4) Gejala acting: pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.

d. Zaman Elizabeth
Tokoh yang paling terenal pada zaman ini adalah Shakespeare.
Ciri-ciri naskah zaman Elizabeth adalah:
1) Naskah puitis
2) Dialognya panjang-panjang
3) Penyusunan naskah lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada.
4) Laku bersifat simultan, berganda, dan rangkap.
5) Campuran antara drama dengan humor.

e. Zaman Perancis
Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Pierre Corneille (1606-1684), Jean Racine (1639-1699), Moliere, Jean Babtista Poquelin (1622-1673), Voltaire (1694-1778), Denis Diderot (1713-1784), Beaumarchais.

f. Zaman Jerman
Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Gotthold Ephraim Lessing (1729-1781), Wolfgang Von Goethe (1749-1832), Christhop Friedrich Von Schiller (1759-1805).

g. Drama Modern
Tokoh yang terkenal dalam drama ini adalah Ibsen (Norwegia), Strindberg (Swedia), Bernard Shaw (Inggris), dan tokoh-tokoh dari Irlandia, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan perkembangan pesat.

h. Perkembangan Teater di Indonesia
Teater Tradisional: Teater yang berkembang di kalangan rakyat. Sifatnya supel, artinya dipentaskan di sembarangan tempat. Bersifat improvisasi atau tanpa naskah.
a) Teater Rakyat: Sifat teater rakyat seperti halnya teater tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat.
b) Teater Klasik: Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya).
c) Teater Transisi: Merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat.

Referensi:
Waluyo, Herman. J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya